Ma’nene digelar Dina Sambara bersama anak dan keluarga, untuk membersihkan jasad suami, Barnabas Kamban (73) yang telah meninggal 2 tahun lalu. Selain suami, juga ada jasad orang tua dan keluarga yang lain.
Toraja memang kaya dan unik akan berbagai macam warisan budaya. Sebut saja upacara Rambu Solo yang merupakan kegiatan paling dikenal oleh para wisatawan.
Namun ada satu lagi ritual dari Toraja yang masih juga berkaitan dengan kematian; Ma’nene. Ritual ini merupakan kegiatan membersihkan jasad para leluhur, baik yang sudah puluhan hingga ratusan tahun meninggal dunia.
Sudah tidak banyak yang melakukan ritual ini. Tetapi di beberapa daerah, seperti Desa Pangala dan Baruppu masih melaksanakannya secara rutin tiap tahun. “Kalau di sini (Lempo Poton), tiap tiga tahun sekali,” kata Dina Sambara.
Prosesi dari ritual Ma’nene dimulai dengan para anggota keluarga yang datang ke “Patane”, sebuah kuburan keluarga yang berbentuk rumah. Jasad dikeluarkan dari Patane, kemudian dibersihkan. Pakaian yang dikenakan jasad para leluhur itu diganti dengan kain atau pakaian yang baru.
Setelah pakaian baru terpasang, jenazah tersebut dibungkus dan dimasukkan kembali ke Patane. Rangkaian prosesi Ma’nene ditutup dengan berkumpulnya anggota keluarga untuk beribadah bersama.
Biasanya, ritual ini dilakukan serempak satu keluarga atau bahkan satu desa. Sehingga acaranya pun berlangsung cukup panjang. Ma’nene biasa dilakukan setelah masa panen berlangsung, kira-kira di Agustus akhir.
Ritual Ma’nene lebih dari sekadar membersihkan jasad dan memakaikannya baju baru. Ritual ini mempunyai makna yang lebih, yakni mencerminkan betapa pentingnya hubungan antaranggota keluarga bagi masyarakat Toraja, terlebih bagi sanak saudara yang telah terlebih dahulu meninggal dunia.
Masyarakat Toraja menunjukkan hubungan antarkeluarga yang tak terputus, walaupun telah dipisahkan oleh kematian.