FAJARPENDIDIKAN.co.id – Wabah COVID-19 kini telah menginfeksi lebih dari 169.000 kasus secara global dan menelan sekitar 6.500 korban jiwa. Di Indonesia sendiri, sampai saat ini sudah ada 117 kasus dan 5 pasien yang meninggal dunia. Sebagai salah satu upaya mengurangi risiko penularan COVID-19, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menyarankan untuk menjalani social distancing.
Apa itu social distancing?
Dilansir dari John Hopkins University, social distancing adalah salah satu upaya dalam mengurangi risiko infeksi menular dan tidak berdekatan dengan orang sakit.
Social distancing tidak sekadar membatasi kontak dengan orang sakit, melainkan juga dengan membatalkan acara kelompok hingga menutup fasilitas umum untuk menghindari keramaian.
Jika diterapkan untuk mengurangi penularan COVID-19, metode ini digunakan untuk memperlambat infeksi virus di antara populasi yang berisiko tinggi. Selain itu, jarak sosial disebut-sebut juga untuk mengurangi beban tenaga kesehatan.
Orang sehat atau orang yang berpotensi terinfeksi virus minimal perlu menjaga jarak sekitar dua meter atau panjang tubuh orang dewasa. Dengan demikian, jarak sosial juga menyarankan seseorang untuk tidak menyentuh orang lain, termasuk berjabat tangan.
Hal ini dikarenakan sentuhan fisik merupakan cara penularan dan penyebaran termudah, terutama dalam kasus COVID-19 ini.
Memang social distancing tidak dapat mencegah 100% penularan, tetapi metode sederhana ini membutuhkan peranan Anda untuk memperlambat penyebaran virus.
Apabila jumlah kasus yang setiap harinya terus meningkat tidak dijaga, tentu akan semakin mempersulit penanganan di rumah sakit karena pasien yang terus berdatangan.
Akibatnya, angka kematian akan terus mengikuti karena jumlah tenaga dan fasilitas kesehatan yang tidak sebanding dengan banyaknya pasien.
Maka itu, pemerintah di hampir sebagian besar negara yang terinfeksi menyarankan tidak bepergian untuk sementara waktu kecuali urusan mendesak.
Mengapa social distancing efektif mengurangi penularan virus?
Apabila dilakukan dengan benar, social distancing dalam skala besar dapat memperlambat rantai penularan virus dari orang ke orang. Hal ini dikarenakan kebanyakan orang yang terinfeksi dapat menyebarkan virusnya setidaknya lima hari sebelum mereka menunjukkan gejala.
Oleh karena itu, jarak sosial dapat membantu membatasi penularan, terutama dari orang-orang yang belum sadar bahwa mereka terinfeksi virus.
Metode ini sebenarnya pernah digunakan ketika wabah flu Spanyol 1918 dan dinilai cukup efektif di beberapa negara yang terinfeksi.
Sebuah studi PNAS mengungkapkan bahwa kota-kota yang melakukan social distancing saat awal pandemi memiliki tingkat kematian yang cukup rendah. Jarak sosial yang dilakukan saat flu Spanyol ini berupa menutup sekolah dan melarang acara di tempat umum.
Menurut Tom Inglesby, direktur pusat di John Hopkins Center for Health Security, konsep ini sebenarnya sudah diterapkan pada dua kota di Tiongkok.
Kota Guanghzhou merupakan salah satu kota yang melakukan pengendalian penyakit sejak awal wabah COVID-19. Alhasil, kota tersebut memiliki jumlah pasien rawat inap yang jauh lebih rendah ketika puncak wabah terjadi.
Sementara itu, social distancing juga satu dari sedikit cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan infeksi virus. Hal ini dikarenakan vaksin COVID-19 masih dalam pengembangan dan belum ada obat untuk memperlambat infeksi virus.
Oleh karena itu, melakukan karantina terhadap diri sendiri untuk mempertimbangkan risiko penularan dan penyebaran infeksi virus ternyata cukup penting.
Setidaknya, Anda dapat melindungi diri sendiri dan anggota keluarga di rumah meskipun tidak semua orang melakukannya.
Tindakan lainnya untuk mengurangi penyebaran penyakit
Social distancing perlu dilakukan oleh semua orang, terutama bagi Anda yang sedang dalam keadaan kurang sehat dan lansia dengan penyakit penyerta, seperti diabetes dan jantung.
Membatasi jarak sosial pun perlu diikuti dengan menjaga kesehatan dan kebersihan diri sendiri. Terdengar mudah dan sederhana, tetapi mencuci tangan dan mengikuti etika batuk ternyata cukup efektif memperlambat penyebaran infeksi SARS-CoV-2.
Sementara itu, tindakan kesehatan masyarakat lainnya yang bisa digunakan untuk membatasi penyebaran infeksi adalah isolasi dan karantina.
Isolasi merupakan metode yang digunakan oleh seseorang ketika mereka sakit dan memiliki infeksi menular. Setidaknya, orang sakit akan dipisahkan dengan orang sehat.
Isolasi diri sendiri sebenarnya dapat dilakukan, tetapi alangkah baiknya ketika Anda mengalami sejumlah gejala berkaitan dengan COVID-19 segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
Pada beberapa besar kasus, isolasi dilakukan secara sukarela. Namun, hampir sebagian pemerintah mewajibkan isolasi pada orang sakit untuk melindungi kesehatan masyarakat.
Sementara itu, orang yang menjalani karantina juga akan terpisah dari orang lain. Walaupun tidak menunjukkan gejala, kemungkinan penularan masih dapat terjadi.
Tindakan karantina lainnya adalah membatasi orang yang datang dan pergi ke daerah tertentu. Negara mempunyai kekuatan agar proses karantina berlangsung lancar di kota masing-masing. Baik isolasi dan karantina setidaknya dapat dilakukan untuk memperlambat penyebaran penyakit menular.
Social distancing tidak akan efektif jika Anda tidak menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri sebagai upaya mengurangi risiko penularan dan penyebaran COVID-19. Tetap mendapatkan tidur yang cukup, memenuhi kebutuhan nutrisi dan rutin berolahraga di rumah setidaknya menjaga daya tahan tubuh menghadapi wabah penyakit. (WLD/*)