Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id- Institut Teknologi dan Bisnis Kalla sekali lagi telah menggelar webinar nasional dengan sukses, Sabtu, (10/07/2021). Kali ini tema yang diangkat mengenai Penguatan Ekosistem Kewirausahaan Melalui Sinergi Pentahelix. Pada webinar itu dihadiri oleh berbagai kalangan. Mulai dari mahasiswa, staf kantoran, hingga dosen dari berbagai universitas. Pelaksanaan kegiatan webinar nasional itu dilakukan via zoom dengan tujuan lebih menguatkan ekosistem lewat 4 perspektif.
Webinar nasional ITB Kalla dihadiri pemateri yang berfokus pada perspektif bisnis, Komunitas, Akademisi dan perspektif pemerintah selaku pemegang regulasi. Perspektif bisnis diwakili oleh Salman Subakat selau PT. Paragon Technology Innovation, perspektif komunitas diwakili oleh Indra Cahya Uno dari OK OCE Indonesia, perspektif akademisi diwakili oleh Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Kalla dan yang terakhir dari pihak pemerintah yang diwakili Prof.Ir.Nizam dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.
Webinar itu terbagi atas 2 sesi dan dibawakan oleh Wakil Rektor 2 Amril Arifin sebagai moderator dan Dosen Kewirausahaan ITB Kalla Andi Tenri Pada. Perhelatan kegiatan itu berlangsung lancar. Hal itu terlihat dari jumlah peserta yang berpartisipasi sebanyak 207 partisipan dan 40 lebih pertanyaan yang terlontar di kolom chat.
Syamril dalam materinya mengatakan bahwa dari segi Akademisi sangat penting menawarkan sebuah values yang bertujuan untuk pembentukan karakter kewirausahaan. Hal itu bisa dilakukan dengan pembentukan kurikulum yang baik dan kegiatan yang menunjang.
“Penguatan pendidikan dalam membentuk karakter sangat penting dilakukan, hal itu bisa kita lakukan dengan membuat berbagai kegiatan seperti magang, kunjungan industri ke perusahaan dan lainnya. Nah untuk kurikulum sendiri bisa dibentuk dengan materi desain thinking, problem solving dan masih banyak lagi. Hal itu kami tawarkan di kampus ITB Kalla sebagai institutsi pendidikan berbasis bisnis dan teknologi,” Jelasnya.
Salman selaku CEO PT.Paragon dalam materinya menceritakan bagaimana cara membangun usaha ditengah era digital seperti ini. Salman juga menyarankan anak muda yang ingin terjun didunia bisnis untuk bisa berada dan berbaur ditengah msyarakat. Karena tidak bisa dipungkiri bisnis itu tentang masyarakat, maka perlu hands on langsung untuk bisa merasakan cara kerja bisnis yang sebenarnya.
“Dalam memulai bisnis yang paling penting tentukan dulu core-nya akan kemana. Apakah bisnis yang kita jalankan adalah jasa, kuliner, fashion atau yang lainnya. Setelah itu barulah kkita melakukan riset untuk menganalisis data dalam pengambilan keputusan nantinya. Terakhir, yang paling penting adalah terjun langsung dalam membangun bisnis. Tujuannya adalah untuk merasakan dan mengetahui bisnis yang akan kita bangun dari hulu ke hilir,” Ungkapnya.
Setelah mendengarkan materi yang dibawakan oleh Syamril dan Salman, para peserta masuk ke sesi tanya jawab yang kemudian mengakhiri sesi pertama webinar nasional itu. Selanjutnya sesi kedua dilanjutkan oleh pemateri dari perspektif pemerintah dibawakan oleh Prof. Nizam dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan dari perspektif community dibawakan oleh Indra Cahya Uno selaku Founder Gerakan OK OCE Indonesia.
Prof.Nizam dalam materinya menjelaskan banyak tentang kampus merdeka yang juga menjadi program nasional dari kementerian pendidikan. Nizam mengatakan bahwa semangat kewirausahaan merdeka belajar – kampus merdeka mempunyai banyak tantangan dan peluang yang bisa dimanfaatkan kedepannya.
“Tantangan yang kita hadapi di berbagai sektor tentu saja adalah bagaimana kita bisa menyiapkan skill dan kompetensi baru menghadapi era digital 4.0 yang kedepannya akan memasuki era society 5.0. Akan tetapi, selain tantangan kita juga perlu siap menyambut peluang peluang baru kedepannya. Salah satunya adalah munculnya lapangan pekerjaan baru yang kemudian harus kita sikapi dengan skill dan kompetensi yang baru juga. Maka dari itu SDM kita, program studi yang kaitannya dalam hal ini adalah kurikulum, khususnya di perguruan tinggi harus siap menghadapi itu semua,” Himbaunya.
Melengkapi sinergi pentahelix pada webinar itu, juga turut hadir Indra Cahya Uno sebagai pemateri terakhir dari perspektif community. Indra dalam materinya menjelaskan bahwa begitu banyak ketimpangan yang terjadi dari pemenuhan tenaga kerja dengan jumlah SDM tidak produktif kita di Indonesia. Indra pun mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat angka pengangguran tertinggi di Asia.
“Saya miris melihat SDM kita yang begitu banyak tidak mendapatkan pekerjaan. Hal yang lebih miris lagi adalah lulusan S1 turut andil dalam angka pengangguran di Indonesia. Kemudian muncul pertanyaan apakah gelar sarjana adalah jaminan kerja apa lagi di era saat ini. Tentu saja jawabannya tidak. Saat ini yang menjadi penentu adalah skill dan kompetensi yang mumpuni. Selain itu, mengatasi pengangguran juga bisa kita lakukan lewat pendampingan wirausaha. Karena dengan begitu, selain menciptakan lapangan kerja, jika ini kita lakukan dengan massif maka akan membantu Indonesia dalam peningkatan perekonomian khususnya di sektor UMKM. Maka saya harapkan, teman teman dari ITB Kalla harus sadar dan segera bergerak untuk membentuk sebuah community wirausaha yang berfokus pada pelatihan, pendampingan, dan pengembangan bisnis di Sulawesi selatan khususnya di Kota Makassar itu sendiri,” Jelasnya.
Di akhir materi, Indra uno juga menjelaskan alasan lahirnya OK OCE sebagai payung gerakan sosial model bisnis penggalangan dana seperti donasi umum, donasi atas penggunaan jaringan dan dukungan, serta royalty atas penggunaan merek. Indra juga menjelaskan bahwa semakin banyak komunitas wirausaha yang terbentuk yang kemudian bersinergi baik dengan pemerintah, pelaku bisnis, serta akademisi dibidang bisnis, maka akan semakin menguatkan ekosistem kewirausahaan.