Begitulah sepenggal syair lagu “Aku Papua” yang dinyanyikan penyanyi nasional asal Papua Barat, Edo Kondologit, ciptaan mendiang Franky Sahilatua. Sebuah lagu yang menceritakan kekayaan tanah Papua, suatu tanah impian bagi para pelancong. Lagu ini juga menggambarkan kehidupan masyarakat Papua yang ramah.
Pesona wisata Raja Ampat telah menjadi fokus wisata dunia sampai saat ini. Lokasi alam yang masih alami dan keindahan panorama menakjubkan, menjadikan Raja Ampat sebagai salah satu pilihan wisata utama.
Sebagai sebuah destinasi wisata bahari, potensi yang dimiliki Raja Ampat tentu saja tidak jauh dari kehidupan laut, meski ada juga atraksi yang lain. Misalnya menyaksikan kehidupan berbagai jenis burung langka, seperti Kakatua Raja dan Cendrawasih.
Selain snorkeling dan diving, aktivitas lain yang ditawarkan Raja Ampat adalah trekking dan hiking, memancing, serta memberi makan berbagai jenis ikan.
Tanpa harus menyelam atau masuk ke laut dalam, Anda sudah dapat melihat ikan-ikan seakan menari, memamerkan liukan tubuh mereka. Laut Raja Ampat memang memiliki keindahan yang menjadikannya salah satu dari 10 tempat menyelam terbaik di dunia. Bahkan, diakui sebagai perairan nomor satu di dunia yang memiliki flora-fauna terlengkap.
Dikutip dari laman id.wikipedia.org, diketahui bahwa 75 persen spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Terdapat lebih dari 1000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan 540 jenis karang keras. Tak satu pun tempat dengan luas area yang sama, memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.
Monika, traveller dari Balikpapan pun merasa sangat bersyukur bisa menikmati kekayaan alam Raja Ampat. “Bagus sekali, akuarium raksasa. Lihat ikan cantik-cantik, pindah tempat, lihat jutaan ikan sampai gelap, karena begitu banyaknya ikan,” kata ibu 2 anak ini.
Perairan Raja Ampat memang memiliki ekosistem alam yang masih terjaga kelestariannya. Besarnya nilai strategis alam di Papua, menyebabkan wisata kepulauan Raja Ampat dilindungi dengan undang-undang RI.
Inilah sebabnya, jumlah orang yang berkunjung pun dibatasi. Untuk menjaga alamnya, Pemkab Raja Ampat tidak membuka semua daerah untuk wisata.
Tawarkan Keindahan
Ingin ke Raja Ampat? Tak perlu khawatir, kini terdapat banyak paket wisata yang ditawarkan oleh sejumlah penyedia jasa travel di internet. Di antaranya melihat keindahan Pulau Piaynemo, Wayag, Kampung Wisata Arborek, Yenbuba hingga pasir timbul yang punya keunikan masing-masing.
Seperti keunikan Piaynemo yang menyajikan pemandangan alam jika dilihat dari puncak bukit setinggi 59 meter dari permukaan laut, setelah berjuang mendaki tangga kayu berjarak 122,4 meter. Begitu sampai di puncak, mata pun disuguhi pemandangan menakjubkan, berupa hamparan pulau kecil dengan air laut berwarna biru.
Piaynemo juga dikenal dengan sebutan Wayag kecil karena pemandangannya yang menyerupai Pulau Wayag, ikon wisata Raja Ampat. Tapi posisi Wayag yang berada di tempat paling jauh di bagian utara dan harus ditempuh antara enam sampai tujuh jam, membuat wisatawan yang tidak punya banyak waktu, memilih ke Piaynemo saja.
Destinasi lainnya adalah kampung Wisata Arborek yang juga sekaligus menjadi lokasi untuk snorkeling dan menyelam (diving). Juga ada Yenbuba yang menawarkan keindahan taman lautnya.
Raja Ampat memang terkenal dengan keindahan bawah lautnya yang merupakan salah satu dari sepuluh surga bawah laut terbaik di dunia. Namun, untuk menjangkau dan meng-explore keindahannya, membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Ini membuat Raja Ampat menjadi destinasi wisata alam eksklusif bagi para pelancong yang ingin suasana berbeda dan alami.
Meski membutuhkan waktu dan biaya yang “menguras” tabungan, menjelajah di Raja Ampat menjadi pengalaman yang berkesan. Semua terbayar lunas setelah melihat pemandangan karya Tuhan seindah ini. Ya, traveling adalah salah satu cara bersyukur dan mengagumi ciptaan Tuhan.
Keindahan dunia bawah laut Raja Ampat tak perlu diragukan lagi. Tidaklah berlebihan jika ada yang mengatakan, mengunjungi Raja Ampat, wajib sekali seumur hidup. Ya, menjelajah Indonesia, kurang lengkap jika belum menginjakkan kaki dan menikmati sepotong “surga” di timur nusantara ini.
Penulis: Sriyanto AH – Papua Barat