Meningkatkan Infastruktur Jaringan Sebagai Upaya Menyelesaikan Masalah ‘Susah Sinyal’ Para Pelajar Daring Di Masa Pandemi Covid-19

Penulis : Aulia Cahya

Pembelajaran daring adalah suatu model pembelajaran yang tak lepas dari yang namanya teknologi, yang mana kegiatan belajar mengajarnya berlangsung secara virtual.

Menurut Plt. Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Pembelajaran daring di Indonesia sudah dimulai sejak akhir tahun 1980-an (Nizam, 2020). Namun pembelajaran daring ini baru mendunia di tahun 2020 akibat dari dampak pandemi Covid-19 yang telah memakan banyak korban. Pandemi yang menjadi tragedi tragis bagi seluruh lapisan masyarakat dan melumpuhkan hampir seluruh sektor, termasuk sekolah.

Hal ini membuat para pelajar mau tidak mau harus memasuki lingkup pembelajaran daring dan meninggalkan pembelajaran tatap muka untuk sementara waktu sebagaimana dalam surat edaran nomor 4 tahun 2020.

Dalam penyelenggaraan model pembelajaran daring ini ternyata memancing berbagai kontra. Sebagaimana dalam survei yang dilakukan oleh UNICEF dari tanggal 18-19 Mei dan 5-8 Juni 2020 melalui kanal U-Report yang menyatakan bahwa 66% pelajar merasa tidak nyaman belajar daring.

Faktor yang menyebabkan mereka tidak nyaman belajar daring pun berbeda-beda di antaranya, 38% pelajar mengatakan mereka kekurangan bimbingan dari guru, 35% mengatakan akses internet yang buruk, dan jika pembelajaran daring berlanjut, 62% pelajar mengatakan mereka membutuhkan bantuan kuota internet.

Sementara itu dalam jurnal yang ditulis oleh Nindia Taradisa dan timnya setelah melakukan penelitian pada bulan Juni 2020. Salah satu hambatan guru dalam melakukan pembelajaran daring adalah keterbatasan sinyal.

Ternyata susah sinyal tidak hanya ditemui dalam film karya Ernest Prakasa di tahun 2017, tetapi juga kini menjadi masalah mutlak dalam penyelenggaraan pembelajaran daring.

Hal ini tentunya tidak bisa dibiarkan begitu saja karena kita tahu faktor utama yang menunjang keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran daring ini adalah internet. Internet sangat dibutuhkan untuk mengakses teknologi yang menjadi media pembelajaran daring.

Sementara itu internet juga ditunjang oleh adanya sinyal dan kuota. Sinyal dan kuota ini seperti barang komplementer, yang mana keberadaannya saling ketergantungan atau bisa dikatakan juga kuota tanpa sinyal adalah hal yang percuma begitupun sebaliknya.

- Iklan -

Pemerintah harus menaruh titik berat pada permasalahan ini. Apalagi kita juga tahu bahwa pembelajaran daring tidak hanya dilakukan di satu tempat saja, tapi bahkan di seluruh daerah. Baik itu di daerah pegunungan sekalipun. Daerah yang bahkan sudah terkenal dengan sinyalnya yang kurang kondusif.

Menurut saya meningkatkan infrastruktur jaringan adalah suatu hal yang sangat penting dalam meraih keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran daring. Selain untuk memperlancar penyelenggaraan pendidikan juga dapat menjaga kenyamanan dan

keselamatan para pelajar, sebab tidak bisa dipungkiri banyak pelajar yang rela mempertaruhkan keselamatannya demi mendapatkan sinyal, seperti beberapa pelajar di Luwu Timur yang terpaksa mendaki gunung demi bisa belajar daring.

Jadi selain memberikan subsidi bantuan kuota, baiknya juga menyediakan pemasangan penguat sinyal repeater atau booster, dan yang tidak kalah penting adalah memperhatikan daerah yang sama sekali belum dialiri internet dengan membuka akses jaringan di sana, apalagi sekarang tercatat masih ada ratusan daerah yang belum dimasuki internet.

Semoga saja dengan terlaksananya program ini dapat membuat seluruh pelajar lebih memaksimalkan diri untuk berpartisipasi dalam pembelajaran daring ini sebab masalah utama mereka yang diatasi oleh pemerintah. Serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang menurut dewan pendidikan kota Makassar tengah mengalami penurunan setelah melakukan rangkaian kegiatan (Rudianto Lallo, 2021)

Sebagai kesimpulan, pembelajaran daring yang sudah ada sejak tahun 1980-an ini mendapatkan momentumnya di masa Pandemi covid 19. Masa yang membuat seluruh pelajar mau tidak mau harus berbaur dengan teknologi dan berpindah ke ruang lingkup pembelajaran daring.

Dalam penyelenggaraan pembelajaran yang masih terbilang asing bagi beberapa kalangan pelajar ini pun memunculkan banyak kontra. Sebagian besar dari pelajar tidak nyaman dengan model pembelajaran ini. Tantangan utama yang mereka rasakan adalah
kesulitan mendapatkan internet.

Padahal tanpa internet mereka tidak dapat mengakses pembelajaran yang serba virtual ini. Hal itu juga bukan tanpa alasan sebab pembelajaran digital tidak hanya digelar di tempat yang kekuatan sinyalnya baik tapi juga di tempat yang sama sekali sinyalnya tidak kondusif seperti di daerah pegunungan, bahkan ada beberapa pelajar yang rela mempertaruhkan keselamatan mereka dengan mendaki gunung untuk mendapatkan sinyal demi keberlangsungan pendidikan mereka.

Pemerintah harus memperhatikan tu dan mencari solusi salah satunya adalah dengan meningkatkan infrastruktur jaringan. Baik dalam rangka memberikan subsidi bantuan kuota, melakukan pemasangan penguat sinyal repeater atau booster, dan membuka akses internet di tempat yang sama sekali belum dialiri internet. Diharapkan langkah ini dapat menjadi peran pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia hingga dapat mencapai generasi emas 2045.

——-

DAFTAR PUSTAKA

Emalfida, Nindia Taradisa dan Nida Jarmita. (2020). Kendala Yang Dihadapi Guru Mengajar Daring pada Masa Pandemi Covid-19 di Min 5 Banda Aceh. https://repository.ar-
raniry.ac.id/id/eprint/14083/1/Jurnal_Nindia%20Taradisa%2C%20160209063%2C%20FT

K%2C%20PGMI%2C%20082283525253.pdf. Karana, Kinanti Pinta. (2020). Indonesia: Survei terbaru menunjukkan bagaimana siswa belajar dari rumah. https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/indonesia- survei-terbaru-menunjukkan-bagaimana-siswa-belajar-dari-rumah.

Puspita, Ratna. (2021). Dewan Pendidikan Makassar: Kualitas Pendidikan Menurun. https://www.republika.co.id/berita/qyvzvq428/dewan-pendidikan-makassar-kualitas-pendidikan-menurun.

Putra, Ilham Pratama. (2020). Ternyata, Belajar Daring Sudah Ada Sejak 1980 di Indonesia. https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/8N00jB7N-ternyata-belajar-daring-sudah-ada-sejak-1980-di-indonesia.

Tim Prmn 02. (2020). Sulit Dapat Jaringan, Pelajar di Luwu Timur Terpaksa Daki Gunung demi Bisa Belajar Online. https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-01648434/sulit-dapat-jaringan-pelajar-di-luwu-timur-terpaksa-daki-gunung-demi-

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU