Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Bagi kita yang hidup di kota, hampir dipastikan tidak akan ketinggalan informasi sedikitpun. Kecanggihan teknologi memungkinkan kita bisa berselancar di dunia maya sesuka kita, bila terkoneksi dengan jaringan internet. Bagi yang berprofesi sebagai tenaga pengajar/pendidik, bisa mengunduh bahan ajar di situs-situs tertentu.Begitupun bagi seorang pelajar, bisa mengunduh referensi. Selain itu akses buku pun sangat mudah dengan menjamurnya toko-toko buku.
Tapi, pernahkah terlintas di benak kita, kehidupan anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah di daerah-daerah terpencil? Jangankan untuk mengakses internet, akses transportasi menuju daerah-daerah terpencil masih sangat sulit. Bagaimana dengan akses mereka untuk mendapatkan buku? Sudahkah mereka mendapatkan pendidikan yang layak?
Melihat fenomena-fenomena yang terjadi dengan dunia pendidikan di daerah-dearah terpencil, maka di tahun 2009, tercetuslah gerakan Indonesia Mengajar yang digagas oleh Anies Baswedan (saat itu belum menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI).
Melalui gerakan Indonesia Mengajar, sejumlah pemuda-pemudi terbaik Indonesia dikirim ke semua daerah di Indonesia untuk menjadi Pengajar Muda selama satu tahun. Setelah satu tahun berlalu, para Pengajar Muda ini kembali dan melakukan evaluasi. Salah satu yang menjadi bahan evaluasi mereka adalah susahnya akses untuk mendapat buku-buku layak baca untuk anak-anak didik mereka.
“Mereka (Pengajar Muda) akhirnya memikirkan satu solusi gimana caranya biar masyarakat Indonesia juga turut serta membantu gerakan Indonesia Mengajar dengan menyediakan buku,” tutur Arya kepada FAJAR PENDIDIKAN.
“Akhirnya, di tahun 2011 dibentuklah satu gerakan, yaitu Indonesia Menyala, dan baru di launching pada bulan april 2012,” lanjutnya.
Satu tahun setelah launching Indonesia Menyala di Jakarta, tepat di tanggal 1 Januari 2013, gerakan Makassar Menyala di-launching, yang awalnya diinisasi oleh Ikes, Arya, Warka, dan Fathul. Mereka adalah para Pengajar Muda dari Makassar.
Setelah launching, mereka mengirim tujuh buah buku layak baca ke tempat penempatan Pengajar Muda di Kabupaten Majene. Karena sasaran utama donatur buku itu adalah masyarakat Kota Makassar itu sendiri, maka dicarilah satu solusi bagaimana gerekan Makassar Menyala ini bisa dikenal luas oleh masyarakat.
“Kita ingin menggerakkan orang-orang di Makassar. Akhirnya dibuatlah kegiatan pertama yang diberi nama Say It With Book,” kata Arya. “Jadi kita cari tanggal yang orang-orang happening dengan tanggal tersebut, jadi diambillah tanggal 14 Februari. Kita memanfaatkan momen valentine dan mengambil tagline,‘Katakan Cintamu Kepada Negara Dengan Buku’,” tambahnya.
Dari kegiatan Say It With Book, terkumpul sekita 150-an buku dan dikirim ke penempatan Pengajar Muda di Halmahera Selatan, Banggai, Sangihe, dan Majene.
Masih di tahun yang sama, 2013, teman-teman Penyala Makassar memanfaatkan peringatan hari pendidikan nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Mei, dengan membuat suatu kegiatan yang diberi nama Pack Your Spirit. Kegiatan Pack Your Spirit tidak hanya dilaksanakan oleh Makassar Menyala. Jakarta Menyala, Jogja Menyala, dan Semarang Menyala pun melaksanakan kegiatan serupa dan tentu saja dilaksanakan secara serempak di keempat kota tersebut.
Khusus Kota Makassar, terkumpul sekitar 520-an buku dari 300an donatur di kegiatan Pack Your Spirit tersebut. Dan buku-buku tersebut didistrisubisikan ke Majene, Banggai, Nyianggas, dan Kapuas.
Mengadakan Riset
“Kita bertanya ke anak-anak SD, mereka tahu tidak lokasi perpustakaan kota dan perpustakaan provinsi itu di mana. Ternyata hampir 90 persen anak-anak SD itu jawab tidak tahu dimana lokasi perpustakaan kota maupun provinsi,” tuturnya.
Melihat kenyataan dari hasil riset tersebut, teman-teman Penyala Makassar kemudian berinisiatif untuk mengadakan kegiatan Pack Your Spirit di perpustakaan kota dan kegiatan Pustaka Ceria di perpustakaan provinsi.
“Jadi kita (Penyala Makassar) mengundang anak-anak SD untuk berpartisipasi di kegiatan Pack Your Spirit di perpustakaan kota dan kegiatan pustaka ceria di perpustakaan provinsi,” ceritanya.
“Di sana (perpustakaan kota dan perpustakaan provinsi), kita (Penyala Makassar) mengajari mereka (anak-anak SD) bagaimana cara membuat kartu perpustakaan dan cara menggunakannya, cara menyusun buku di perpustakaan, intinya mengenalkan perpustakaan ke anak-anak SD,” tambahnya.
Memasuki tahun 2014 hingga tahun 2015, kegiatan yang pernah dilakukan pada tahun 2013 kembali dilaksanakan. “Jadi setiap tahun, kegiatan serupa kembali diadakan. Cuma sasarannya sudah bergeser. Bukan hanya menyuplai buku-buku layak baca ke teman-teman Pengajar Muda. Tetapi menyuplai juga ke perpustakaan mandiri atau perpustakaan-perpustakaan daerah yang perlu dibantu atau teman-teman komunitas yang masih bergerak di bidang edukasi dan literasi,” jelasnya.
Item-item buku yang bisa didonasikan seperti buku pendidikan kurikulum terbaru (batasan di kurikulum KTSP) buku cerita anak (islami maupun non islami), buku cerita anak seperti dongeng Indonesia, buku komik (yang edukatif non serial cantik), buku mewarnai, buku pengetahuan alam, buku ensiklopedia, atlas, dan peta. “Biasanya ada juga yang menyumbang video edukasi,” katanya.
Bedah Perpustakaan
Saat teman-teman Penyala Makassar mengadakan kegiatan Bedah Perpustakaan, kenyataan yang mereka dapati, yaitu ada kondisi dimana perpustakaannya ada, bukunya tidak ada, pustakawannya tidak ada. Ada kondisi juga dimana perpustakaannya tersedia, buku-bukunya ada, pustakawannya tidak ada, bahkan perpustakaannya tidak pernah dibuka. “Terus ada juga kondisi di mana perpustakaannya ada, buku-bukunya ada tapi tidak terawat, tidak ada pustakawan,” tuturnya.
“Sebagian besar kondisi perpustakaannya ada, buku di perpustakaan ada, tapi tidak terawat dan buku-bukunya sudah lama. Kita sering sekali dapat perpustakaan yang isi-isi bukunya ada yang tahun 1994,” tambahnya.
Distribusi Buku
“Kalau sekolah yang sudah dapat distribusi buku secara berkala, kebanyakan merupakan sekolah-sekolah di mana teman-teman Pengajar Muda ditempatkan,” jawabnya.
“Jadi satu penempatan Pengajar Muda itu bisa ada 8-9 sekolah. Ada Majene, Banggai, Sangihe, Kalimantan Selatan, Kapuas, Dadalima, Fak-Fak,” tambah Arya.
Saat ini, ada sekitar 20an sekolah yang secara berkala mendapatkan distribusi buku. Untuk pendampingannya sendiri, baru tiga sekolah yaitu, SD Inpres Kantisang, SD Inpres Kajenjeng Antang, dan SD Inpres Baranglompo.
Cara Donasi Buku
Donatur buku yang dari luar Sulawesi bisa mention ke twitter @PenyalaMakassar. Alamat pengiriman Jl. Amanagapa No. 26. Bisa juga melalui kontak person atas nama agus 085255312174. “Anak-anak Indonesia di mana pun berada, bisa mendapatkan buku layak baca tanpa terbatas aksesnya. Semakin banyak orang yang peduli dengan pendidikan, semakin banyak orang yang berusaha untuk meningkatkan minat bacanya. Bisa dimulai dari anak-anak. Caranya dengan mendampingi anak-anak membaca atau membacakan dongeng ke anak-anak,” harapnya. (FP)