Menyimak Ceramah Ketakwaan Nabi Ibrahim dan Keluarganya di Hari Raya Idul Adha 1443 H

Perayaan Idul Adha 1443 H telah dilaksanakan oleh umat muslim. Tahun ini, salat Idul Adha di Indonesia tidak serentak dilakukan.

Khotib salat Idul Adha, Ustaz Syahrir Spd.I, Mpd.I mengatakan ‘’Hari Raya Idul Qurban, Antara Kecintaan Ibrahim kepada Allah dan Kecerdasan Putranya Ismail’’

Alhamdulillah, hari Lebaran Idul Adha 1443 H, meskipun Umat Islam Indonesia terpecah melaksanakannya, ada yang lebaran kemarin, 9 Juli 2022, dan ada yang lebaran hari ini, 10 Juli 2022, namun tidak mengurangi hikmatnya pelaksanaan hari Lebaran yang disebut juga hari Raya Idul Qurban ini.

Meski berbeda, semua umat muslim yang ada saat ini, beruntung masih bisa mendapati Hari Raya Idul Adha tahun ini, 9 atau 10 Juli 2022.Terlebih lagi bagi umat muslim yang datang dari seluruh penjuru dunia, melaksanakan ibadah Haji di kota suci Mekah dan Madinah.

Mereka berkumpul bersama jutaan lainnnya, menyempurnakan keimanannya kepada Allah Subhanahu Wataalaa. Mereka menyatu melaksanakan ibadah Haji, tanpa memperdulikan suku bangsa, kaya dan miskin, tua dan muda, semuanya sama derajatnya di hadapan Allah SWT.

Menurut Ustaz Muhaammad Syahrir Spd.I Mpd.I, yang bertindak sebagai Khatib salat Idul Adha, 10 Juli 2022 di Mesjid Syuhadaa Jl. Baji Ampe – Makassar, hanya satu yang mengikat mereka, yaitu akidahnya sama. Sama – sama meyakini satu Tuhan, yaitu Allah SWT, satu nabi, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, kitabnya Al-Qur’an, dan sama kiblatnya, serta ibadah hajinya, hanya ke tanah suci Mekah dan Madinah.

Baca Juga:  11 SD Ikuti Peningkatan Kompetensi Guru Mengenai IKN

Ustaz Syahrir pada kesempatan tersebut, juga mengulas tentang taqwa. Orang yang paling mulia di sisi Allah, katanya, adalah orang yang bertqwa. Dengan taqwanyalah mereka dapat mengendalikan diri dari perbuatan sia-sia. Serakah dari kekuasaan, tidak jujur, serta sifat – sifat ketamakan lainnya.

Orang tua yang memiliki ketaqwaan, juga dapat mendidik anaknya, menjadi anak yang baik.
Selanjutnya, katanya, dalam hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Hamidi, tidak ada yang lebih memberatkan timbangan amal bagi seorang muslim pada hari Kiamat nanti, selain akhlak dan prilaku yang baik.

Inilah yang direfleksikan dalam pelaksanaan hari Raya Idul Qurban, pengorbanan yang paling agung, dari mimpi Nabi Ibrahim yang ‘’menyembelih’’ putra kesayangannya Ismail, anak yang dinanti-nantikannya, selama puluhan tahun.

- Iklan -

Saat usia Ismail dianggap sudah mampu berusaha, Nabi Ibrahim pun mendiaialogkan mimpinya tersebut kepada anaknya Ismail. Yang ternyata pun disambut oleh Ismail, ikhlas menjalankan perintah Allah. Namun akhirnya Allah mdenggantikan Ismail, yang disembeli adalah seekor domba besar.

Jejak Nabi Ibrahim inilah yang diikuti kaum muslimin, setiap momentum Lebaran Idul Adha, melakukan penyembelihan hewan qurban bagi yang memiliki kelonggaran ekonomi.Kecintaan Ibrahim Kepada Allah dan Kecerdasan Ismail.

Ustaz Syahrir berpendapat, apa yang dimimpikan Nabi Ibrahim tersebut, adalah bentuk ujian Allah kepadanya, apakah dia lebih mencintai anaknya, dari pada Allah SWT. Dan ternyata, Ibrahim lolos dari ujian tersebut.

Baca Juga:  Pengurus MUI Sulsel: Mari Kita Membiasakan Diri Menjaga Wudhu

Demikian kepada Ismail, diuji kecerdasannya, dengan peristiwa tersebut, dan ternyata Ismail pun cerdas.

Menurut Ustaz Syahrir, tidak semua juga kaum muslimin yang kaya, mau melaksanakan qurban. Hanyalah orang yang kaya keimanannya, yang mungkin jumlahnya sedikit.

Orang miskin pun namun kaya imannya, dia rela melakukan qurban. Dia mencontohkan kisah seorang ibu, yang kehidupannya sangat sederhana, tinggal di gubuk tua, namun karena kesabarannya, dan hatinya kaya dengan keimanan, dia rela mengorbankan kocek, untuk melakukan penyembelihan hewan qurban dengan seekor kambing. Qurbannya tersebut di atas namakan kepada ibunya yang sedang terbaring lemah, karena sakit.

Ustaz Syahrir juga menyebutkan, tidak ada amal perbuatan anak Adam yang disaksikan langsung oleh Allah, pada 10 Zulhijjah, hanyalah dengan menumpahkan darah melalui penyembelihan hewan qurban.

Secara ibadah, katanya, itulah sebagai bukti ketaatan kepada Allah seperti yang pernah ditunjukkan Nabi Ibrahim, secara moral sebagai kepedulian sosial, sarana berbagi kepada orang yang kurang mampu, dan menghilangkan sifat kebinatangan, layaknya seperti ‘’serigala’’, ‘’tikus’’, ‘’anjing’’, dan ‘’domba’’.

Syahrir mengutif pendapat Qurasy Shihab, bintang tersebut, melambangkan, sifat nafsu serakah, tidak jujur, ingin menguasai dan sifat adu domba.

Liputan : Nurhayana Kamar

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU