Komunitas Sahabat Alam
Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Komunitas Sahabat Alam atau yang oleh anggotanya disebut Kosalam; awalnya dirintis oleh lima orang yang berprofesi sebagai petani – yang berdomisili di Kecamatan Moncongloe Maros, Desa Moncongloe Bulu di tahun 2008. Namun karena kesibukan masing-masing, Kosalam vakum. Hingga pada akhirnya di tahun 2015, empat orang yang merupakan alumni Universitas Hasanuddin sepakat untuk mengaktifkan kembali Kosalam.
“Awal berdirinya Kosalam hanya berjalan selama kurang lebih satu tahun. kemudian vakum. Dan kembali aktif tahun 2015. Yang membedakan dengan waktu awal berdiri, adalah format perkumpulannya. Sekarang, kosalam punya koperasi (koperasi sahabat alam) serta lembaga riset dan pendidikan (ecology aterra),” jelas Aman Wiajaya, salah satu aktivis Kosalam.
Praktik menanam beberapa jenis sayuran dan belajar membuat mikroba dan pupuk organik cair (POC) adalah aktivitas pertama dan sekaligus sebagai penanda bahwa Kosalam hadir kembali.
Selain itu, kegiatan menjaring kader pun dilakukan di tingkat desa dan juga di kalangan mahasiswa. Pengkaderan di tingkat desa sasarannya adalah dari kalangan keluarga petani generasi muda.
“Untuk format kaderisasinya ada beberapa kegiatan, di antaranya sekolah penulisan yang sudah dua kali jalan; sekolah pengorganisasian rakyat sudah jalan dua kali juga. Pendidikan ekonomi alternatif yang baru mau dijalankan. Karena baru mulai kembali, jadi format itu masih bisa berubah, karena teman-teman terus mencari model yang tepat untuk kondisi anak muda sekarang. Khususnya di anak muda di desa,” jelasnya.
Nah, sambungnya, karena pengurus Kosalam juga memikirkan soal pondasi ekonomi perkumpulan ke depannya, maka dibuatlah koperasi yang di dalamnya ada beberapa unit usaha. Salah satunya, usaha permodalan. Khususnya untuk keluarga petani dan anak muda di desa yang punya keinginan mengembangkan usaha berbasis potensi desa.
“Belakangan dirasa juga perlu ada wadah untuk kerja-kerja intelektual, maka dari itu diinisiasi lembaga riset dan pendidikan, ecology aterra,” katanya.
Lahirnya Kosalam dilatarbelakangi dengan kepedulian para pendirinya untuk melestarikan lingkungan hidup melalui kerja-kerja pertanian, tepatnya pertanian alami. Yang juga bersentuhan dengan persoalan kesejahteraan keluarga petani.
“Karena selain ramah lingkungan, bertani alami juga ramah ekonomi. Mengurangi biaya produksi. Dan bisa meningkatkan produktivitas dengan lahan yang tidak begitu besar. Kedua, semangat untuk keluar dari jerat pertanian konvensional, yang selama ini cuma menguntungkan segelintir orang. Petani cuma jadi objek/konsumen input-input pertanian kimia/pabrikan. Selebihnya jadi korban rentenir dan tengkulak,” beber Aman.
Dengan bertani alami, sambungnya, petani bisa memproduksi sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan untuk masa depan pertanian, dan dengan berorganisasi, petani bisa belajar mengatur banyak hal secara kolektif, salah satunya soal pasar.
Terlepas dari itu, sejak aktif kembali, kata Aman, tujuan utama yang dirancang belum sepenuhnya tercapai. “Kalau tujuan-tujuan taktis; semisal koperasi sahabat alam jadi wadah petani untuk mengakses modal, itu sudah tercapai,” ungkapnya.
Tujuan utama yang dimaksud adalah petani betul-betul sudah lepas dari cengkraman pertanian konvensional. Petani sudah mandiri dalam hal mengelola organisasi dan memproduksi pengetahuan. Sudah punya pasar alternatif. Dan anak-anak muda di desa, khususnya keluarga petani, sudah tidak menjadikan kota sebagai tumpuan hidup. Tapi bisa mengelola sumber daya lokal di desa untuk kemajuan desanya masing-masing.
Selain itu, lahan-lahan pertanian bisa terjaga atau sustainable. Sehingga generasi petani ke depannya bisa tetap melanjutkan kerja-kerja pertanian.
Terlepas dari itu, Aman menjelaskan bahwa kehadiran koperasi yang didirikan sejak awal tahun 2016 telah memberi banyak manfaat, di antaranya beberapa anggota bisa mengakses permodalan untuk membangun usaha mandirinya. Selain usaha mandiri, tetap juga mengerjakan usaha-usaha bersama yang dibangun dalam koperasi.
“Misal anggota ada yang akses modal untuk membuka usaha percetakan. Usaha rental alat outdoor, jual pulsa, dan beberapa usaha lain. Terus di dalam koperasi sendiri ada beberapa unit usaha yang dikelola sama-sama. Misal unit simpan pinjam, unit handcraft, dan unit pertanian alami. Selebihnya ada beberapa petani yang mengakses permodalan melalui unit simpan pinjam,” jelasnya.
Diakhir wawancara dengan FAJAR PENDIDIKAN, Aman yang sejak duduk di bangku perkuliahan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial ini berharap semoga visi Kosalam dapat tercapai.
“Untuk petani, semoga tetap jadi petani, khususnya generasi mudanya. Selebihnya, harapan teman untuk orang-orang, jangan takut jadi petani atau bekerja bersama petani. Karena berbicara soal petani, sama saja berbicara soal diri sendiri. Soal makan apa kita hari ini, esok, dan seterusnya. Tanpa lingkungan dan makanan yang sehat, berat rasanya bangsa ini bisa maju,” harapnya. (FP)