Mitos dan Fakta Tentang Sindrom Down Pada Anak

Minimnya informasi mengenai Sindrom Down sering kali menyebabkan munculnya banyak mitos di masyarakat. Berikut adalah beberapa mitos umum yang berkaitan dengan Sindrom Down, serta fakta-fakta sebenarnya tentang kondisi ini. Mari kita simak penjelasan mengenai Sindrom Down.

Sindrom Down atau Down Syndrome adalah kondisi keterbelakangan fisik dan mental yang disebabkan oleh perkembangan kromosom ke-21 yang tidak normal, juga dikenal sebagai trisomi 21. Sindrom ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1866 oleh Dr John Langdon Down melalui publikasi tulisannya di Inggris.

Beberapa anak dengan Sindrom Down memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda dibandingkan anak-anak normal lainnya. Mereka sering kali memiliki tubuh yang relatif pendek, kepala yang kecil, dan hidung datar yang mirip dengan ciri-ciri orang Mongoloid, sehingga Sindrom Down kadang disebut sebagai mongolisme.

Selain itu, Sindrom Down sering kali disamakan dengan autisme. Untuk memahami Sindrom Down secara lebih akurat, penting untuk memastikan informasi yang diperoleh berasal dari sumber terpercaya agar dapat membedakan antara mitos dan fakta sebenarnya.

Mitos: Down Syndrome adalah penyakit langka

Fakta: Sindrom Down tidaklah langka dan sebenarnya cukup umum terjadi. Di Amerika Serikat, sekitar satu dari 691 bayi lahir dengan Sindrom Down, yang berarti sekitar 6.000 bayi per tahun. Di Indonesia, diperkirakan sekitar satu dari 1.000 bayi mengalami kelainan kromosom ini.

Baca Juga:  Usus Kotor, Sumber Penyakit

Mitos: Anak dengan Sindrom Down hanya bisa masuk ke sekolah khusus

Fakta: Meskipun anak dengan Sindrom Down memiliki ciri fisik khas dan karakteristik yang berbeda dari individu lain, seperti kemampuan intelektual, mereka tetap bisa mengikuti kurikulum biasa. Anak-anak dengan Sindrom Down dapat bersekolah di sekolah umum dan mengikuti pelajaran seperti anak-anak lainnya.

Dalam proses pendidikannya, mereka mungkin akan mendapatkan dukungan tambahan di kelas, seperti pelajaran inti, olahraga, pengembangan diri, dan kelas sosial. Bahkan, beberapa anak dengan Sindrom Down dapat menyerap informasi dengan cepat.

- Iklan -

Mitos: Anak kecil dan orang dewasa dengan Sindrom Down memiliki perilaku yang sama

Fakta: Orang dewasa dengan Sindrom Down tidak sama dengan anak kecil dan seharusnya tidak diperlakukan seperti anak-anak. Mereka mengalami perkembangan secara individual, mirip dengan orang pada umumnya.

Perkembangan kemampuan bicara pada anak dengan Sindrom Down mungkin terhambat karena perkembangan saraf dan motorik mereka. Oleh karena itu, anak-anak ini sering memerlukan metode alternatif untuk berkomunikasi sebelum kemampuan berbicara mereka berkembang sepenuhnya.

Baca Juga:  6 Tips Berhubungan Seks di Usia Menopause, Tetap Harmonis

Mitos: Anak dengan Sindrom Down sering terkena penyakit

Fakta: Meskipun risiko beberapa kondisi medis, seperti kelainan fungsi jantung, pernapasan, dan masalah pendengaran, lebih tinggi pada pengidap Sindrom Down, mereka dapat memiliki harapan hidup yang mirip dengan orang biasa jika mendapatkan perawatan yang baik.

Selain itu, meskipun Sindrom Down sering dianggap berhubungan dengan kemampuan kognitif rendah, banyak pengidap Sindrom Down yang berprestasi dan memiliki kemampuan luar biasa, bahkan dalam beberapa kasus melebihi kemampuan yang dimiliki oleh orang-orang tanpa kondisi tersebut.

Mitos: Sindrom Down tidak bisa memiliki keturunan

Fakta: Pria dan wanita dengan Sindrom Down mungkin mengalami penurunan tingkat kesuburan, namun meskipun tantangan ini ada, mereka tetap dapat memiliki anak. Tingkat keberhasilan dalam memiliki keturunan mungkin lebih rendah, tetapi bukan tidak mungkin.

Penting untuk memahami bahwa anak dengan Sindrom Down bukanlah aib atau berbahaya. Mereka adalah manusia biasa yang membutuhkan kasih sayang, kehidupan sosial, serta hak dan kemampuan untuk berperilaku seperti orang lain pada umumnya. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU