Menjelang detik-detik berakhirnya Ramadan, dan setelah ditetapkan masa liburan lebaran Idul Fitri, 5-18 April, jutaan rakyat, mudik ke kampung halamannya, bersua dengan keluarga, yang lama tidak jumpa.
Di bawah ini, ada sebuah renungan tentang mudik. Mudik dunia dan mudik akhirat.
1. Rasa gembira dan rasa takut. Benar, mudik lebaran ke kampung dunia, membuat hati terasa gembira dan bahagia.
Tapi mudik ke kampung akhirat sebagian takut dan cemas. Iya karena Al Wahn. Yaitu cinta dunia dan takut mati.
2. Dinanti-nantikan dan dihindari. Iya, betapa bahagia ketika mendapat cuti liburan panjang, akan mudik ke kampung dunia.
Tapi mudik ke kampung akhirat, dihindari, dicemaskan. Bahkan sekadar berita kematian saja, sudah ngeri.
3. Persiapan Mudik
Benar, mudik lebaran mempersiapkan segalanya. Baju terbaru. Kendaraan performa terbaik. Senyuman dan suasana menyenangkan.
Tapi mudik akhirat? Seandainya tidak tahu bekalnya apa? Bahkan tidak ada yang siap mudik sekarang juga.
4. Buah Tangan
Iya bahagia sekali bisa membawa buah tangan, ole-ole bagi mereka yang dikampung. Buah tangan tidak seberapa, tapi bernilai.
Tapi buah tangan akhirat, belum jelas? Karena tempat persinggahan akhirat belum tentu bertemu.
5. Selama Merantau
Benar, selama merantau, hidup seadanya, pakaian, tempat tinggal, yang penting, pulang kampung sukses dan membawa semua keberhasilan di perantauan.
Tapi mudik akhirat telah dilupakan. Pura-pura lupa, atau sengaja dilupakan malahan bermegah-megah di tanah perantauan. Sejatinya tanah perantauan semu.
Seperti Musafir yang Berteduh di Bawah Pohon
Sekadar lewat, sebagaimana musafir yang mampir sebentar di bawah pohon. Kemudian pergi. Rasulullah SAW bersabda, ” Apa peduliku dengan dunia? Tidaklah aku tinggal di dunia, melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan bsristirahat. Lalu musafir tersebut meninggalkannya”. ( HR Tirmidzi no.2551, dishahih oleh Syaikh Al Albani dalam shahih wa Dhaif’ Sunan At Tirmidzi ).
Sudah pasti! Kita pasti mudik ke kampung akhirat. Allah azza wa jalla berditman, “Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”. (An Nisa’ 4 :78 ). ( kultum /ana )