Muhammadiyah Sulsel akan Terbitkan Buku Juknis Dakwah Kultural

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan (Sulsel) berencana untuk menerbitkan buku Petunjuk Teknis (Juknis) Dakwah Kultural dengan pendekatan seni dan budaya lokal Sulawesi Selatan.

Untuk mendalami dan menyusun buku tersebut, Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel bekerja sama dengan Lembaga Pengkajian Pengembangan dan Pengamalan Al-Islam Kemuhammadiyahan (LP3AIK) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar mengadakan Seminar Dakwah Kultural pada Senin (25/11), di Ruang UBC Kampus Unismuh, Jalan Sultan Alauddin, Makassar.

Seminar ini menghadirkan berbagai pembicara, antara lain Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Abdul Qadir Gassing; Pakar Antropologi Islam UIN Alauddin Makassar, Wahyuddin Halim serta dua budayawan, Yudhistira Sukatanya dan Chaeruddin Hakim. Para pembicara akan membahas berbagai perspektif terkait pemanfaatan seni dan budaya sebagai media dakwah di Sulawesi Selatan.

Abdul Qadir Gassing akan menyampaikan materi bertajuk “Budaya dalam Tinjauan Tarjih Muhammadiyah: Kriteria Budaya yang Sesuai dengan Nilai-Nilai Islam” dengan studi kasus tari Padduppa Ber-Bajubodo.

Wahyuddin Halim akan membahas “Strategi Pemanfaatan Seni dan Budaya sebagai Media Dakwah di Sulawesi Selatan: Peluang dan Tantangannya bagi Muhammadiyah”, sementara Yudhistira Sukatanya dan Chaeruddin Hakim akan membahas “Strategi Pemanfaatan Seni dan Budaya sebagai Media Dakwah” dari sudut pandang mereka masing-masing.

Baca Juga:  Tokoh Muhammadiyah Sulsel, Subari Damopolii Meninggal Dunia

Seminar ini dibuka oleh Abdul Qadir Gassing, yang juga merupakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, didampingi oleh Wakil Rektor IV Unismuh Makassar, KH Mawardi Pewangi dan Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel, Nurdin Mappa.

Dalam sambutannya, Qadir Gassing menekankan pentingnya dakwah berbasis budaya sebagai salah satu pendekatan yang efektif untuk menciptakan perubahan sosial yang lebih baik.

Menurutnya, dakwah yang mengintegrasikan unsur-unsur budaya lokal dapat menghadirkan suasana yang hidup, menggembirakan, dan menginspirasi, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Selain itu, dakwah berbasis budaya juga dapat berfungsi sebagai jembatan dialog antara agama dan budaya, sehingga agama menjadi payung yang menjaga dan melindungi budaya dari penyimpangan.

- Iklan -

Qadir juga mengutip hasil Tanfidz Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-48, yang menekankan bahwa dakwah berbasis budaya adalah upaya untuk mencerahkan umat dan memaksimalkan peran agama dalam menjaga tatanan sosial. Pendekatan ini, menurutnya, juga dapat membantu mengikis kemaksiatan, syirik, takhayul, dan khurafat secara alami.

Baca Juga:  Debat Publik Cabup dan Wabup Bone Berjalan Kondusif, Kapolres: Alhamdulillaah

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor IV Unismuh Makassar, KH Mawardi Pewangi, menegaskan pentingnya integrasi seni dan budaya dalam kehidupan beragama. Ia menyampaikan bahwa pendekatan seni dan budaya memiliki peran strategis dalam memperkuat dakwah Islam. Tanpa adanya integrasi dengan seni dan budaya, agama akan kesulitan untuk mencapai kemajuan, khususnya dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang.

Mawardi juga menambahkan bahwa Muhammadiyah, sebagai organisasi yang mengedepankan konsep Islam berkemajuan, berupaya untuk tetap relevan dengan perkembangan zaman, termasuk dalam hal seni dan budaya, namun tetap berlandaskan pada tauhid dan akhlak mulia.

Sementara itu, Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel sekaligus Sekretaris LP3AIK Unismuh Makassar, Nurdin Mappa, menyampaikan bahwa materi-materi yang dihasilkan dari Seminar Dakwah Kultural ini akan menjadi bahan masukan penting dalam penyusunan buku Petunjuk Teknis Dakwah Kultural Muhammadiyah Sulawesi Selatan.

Buku ini diharapkan dapat memberikan pedoman yang jelas dan praktis bagi para penggerak dakwah di daerah, agar dapat memanfaatkan seni dan budaya lokal sebagai media dakwah yang efektif. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU