FAJARPENDIDIKAN.co.id – Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Hasanuddin (Unhas) mensahkan pembukaan dua Program Studi S2 di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) masing-masing Program Studi S2 Ilmu Gizi dan S2 Administrasi dan Kebijakan Kesehatan setelah mendapatkan persetujuan atau pertimbangan dalam rapat paripurna terbatas yang berlangsung pada hari Jumat 11 Juni 2021.
Rapat yang dibuka oleh Prof Dr Ir Ambo Ala, MS., dan selanjutnya dipandu oleh Prof Dr Syamsul Bachri, SH., MS., meminta kepada masing-masing tim task force untuk mempresentasikan secara garis besar arah dari program studi tersebut.
Dr Abdul Salam, SKM., MKes., yang mewakili tim mempersentasikan usulan pembukaan program studi Ilmu Gizi. Adapun visinya adalah “Menjadi Pusat Unggulan Pengembangan Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat Berbasis Benua Maritim yang Terbaik di Indonesia pada Tahun 2030”.
Adapun misinya adalah menyelenggarakan pendidikan berkualitas untuk menghasilkan lulusan yang ahli di bidang gizi kesehatan masyarakat, menerapkan penelitian di bidang gizi untuk mengatasi masalah kesehatan saat ini dan mendatang;
Menyelenggarakan pengabdian masyarakat berbasis teknologi yang nyata untuk mewujudkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh dan mengelola pusat kajian gizi kepulauan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat benua maritim.
“Lima poin utama yang diharapkan dari persentasi ini terutama yang berkaitan dengan potensi mahasiswa, kontribusi lulusan terhadap masyarakat, sumber daya program studi, pendanaan dan termasuk keberlanjutan,” kata Dr Abdul Salam.
Dari sisi potensi mahasiswa, kata Abdul, jumlah Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (Peminatan Gizi) FKM Unhas Tahun 2016-2020 rata-rata diantara 20-40 mahasiswa.
“Jumlah ini sangat memungkinkan untuk tetap survive dalam pembukaan program studi ini. Calon mahasiswa S2 Gizi berasal dari Alumni S1 Gizi FKM Unhas dan juga selain itu terdapat sekitar 25 Program Studi S1 Ilmu Gizi di Wilayah Indonesia Timur,” terangnya.
Terdapat 13 PTN dan 45 PTS di Wilayah Indonesia Timur yang memiliki Program Studi S1 Kesmas Peminatan Gizi.
Abdul Salam, lebih lanjut memaparkan bahwa kontribusi lulusan kepada masyarakat adalah baik pada tingkat nasional maupun tingkat internasional.
Pada tingkat nasional diantaranya adalah pada Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan kabupaten/kota, rumah sakit dan universitas.
Sementara pada tingkat internasional dinatarnya adalah UNICEF dan Hellen Keller International.
Dari sisi sumber daya Total Dosen di Departemen Ilmu Gizi FKM Unhas sebanyak 18 orang, yaitu profesor tiga orang, doktor delapan orang, magister tujuh orang dan tiga orang sementara pendidikan S3.
Selain itu, juga melibatkan juga tenaga pengajar dari Prodi lain seperti dari Prodi Kesehatan masyarakat, Kedokteran, Pertanian, MIPA, dan lain-lain.
Dari sisi sarana dan prasarana sangat mendukung dan juga dari sisi pendanaan terutama yang berkaitan dengan rencana pemasukan dan pengeluaran dianggap sangat layak.
Menurut Abdul Salam bahwa Program Studi S2 Ilmu Gizi FKM Unhas dapat menjadi Program Studi S2 Ilmu Gizi ke-5 di Indonesia setelah Universitas Diponegoro, Institut Pertanian Bogor, Universitas Negeri Sebelas Maret dan Universitas Indonesia dan menjadi Program Studi S2 Ilmu Gizi Pertama di luar Pulau Jawa.
Banyak masukan, pertanyaan dan pertimbangan dari anggota Majelis Wali Amanat berkaitan dengan usulan pembukaan kedua program studi S2 tersebut. Namun setelah mendengarkan berbagai masukan, lalu kemudian MWA mensahkan kedua program studi tersebut.
Dekan FKM Unhas, Dr. Aminuddin Syam, SKM., MKes., MmedEd., menyampaikan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada MWA dan demikian pula tim task force.
“Dengan persetujuan pembukaan prodi S2 AKK dan Gizi oleh Majelis Wali Amanat adalah bukti keseriusan Unhas mengawal aspek promotif dan preventif kesehatan masyarakat Indonesia, melalui FKM Unhas.
Dengan persetujuan pembukaan kedua prodi tersebut, maka diharapkan pengelola kesehatan di tingkat manajerial baik di Puskesmas maupun di dinas kesehatan propinsi dan kota/kabupaten semakin banyak jumlahnya sehingga akan berbanding lurus dengan semakin baiknya status kesehatan masyarakat terutama di kawasan timur Indonesia,” ungkap Dekan.