Nadiem mengatakan para pelajar terancam ketertinggalan pembelajaran atau learning loss. Ia khawatir dampak buruk itu menjadi permanen karena anak-anak tak kunjung belajar secara ideal.
“Dampak terlalu lama PJJ ini lumayan membahayakan kalau kita lanjutkan lebih lama lagi. Saya sangat cemas dengan dampak permanen daripada PJJ,” kata Nadiem, Jumat (3/9).
Nadiem berkata pelajar di daerah-daerah terpencil paling terdampak kondisi ini. Pasalnya, mereka tidak memiliki dukungan internet dan teknologi informasi memadai. Selain itu, Nadiem menyebut PJJ juga berpengaruh pada kesehatan mental anak. Ia juga menyebut banyak anak yang terpaksa putus sekolah karena pembelajaran jarak jauh.
Mantan bos Gojek itu mendorong pemerintah daerah mulai menggelar pembelajaran tatap muka (PTM). Menurutnya, Indonesia sudah terlalu lama melakukan PJJ. Bahkan, Nadiem menyebut Indonesia jadi negara paling lama melakukan PJJ.
“Saya sangat cemas dengan dampak permanen daripada PJJ. Makanya, kita sekarang harus secepat mungkin dan seaman mungkin mengembalikan pada pembelajaran tatap muka,” ucap Nadiem.
Pemerintah menerapkan pembelajaran jarak jauh sejak pandemi Covid-19 melanda Maret 2020. Sekolah diminta menggelar kegiatan belajar-mengajar via internet.
Dalam pelaksanaannya, PJJ dinilai tidak efektif, terutama di daerah dengan akses internet minim. Pemerintah pun memutuskan untuk kembali melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas dan bertahap sejak awal tahun.
Pemerintah mengimbau sekolah di daerah PPK. Level 1-3 memberi opsi belajar tatap muka. Sementara itu, sekolah di daerah level 4 masih harus melaksanakan PJJ.