“Pak, Ibu Kartini lahir di bulan apa?” Tanya seorang anak kepada Rusdin Tompo, begitu diperlihatkan gambar RA Kartini, melalui mesin pencari Google.
“Bulan April,” jawab saya.
“Tanggal berapa lahirnya?” Tanya anak lain, menimpali.
“Tanggal 21,” kata saya singkat.
“Ih, kalau begitu, hari ini Ibu Kartini berulang tahun,” balasnya ssnang.
“Nah, makanya setiap tanggal 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini,” jelas saya.
“Tapi kenapa diperingati, Pak?” Tanyanya lagi.
“Karena RA Kartini dinilai berjasa, membuat sekolah bagi anak-anak perempuan. Dia mau perempuan maju,” terang Rusdin.
“Kenapa hanya untuk anak perempuan sekolahnya,” tanyanya kritis.
“Karena dahulu, anak laki-laki yang lebih diperhatikan. Jadi Ibu Kartini mau, supaya anak perempuan juga bersekolah seperti anak laki-laki,” tambah Rusdin Tompo, yang sudah lebih 20an tahun beraktivitas mengkampanyekan pentingnya perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak.
Obrolan yang tadinya di depan kelas 1 itu, kemudian berpindah ke atas panggung pertunjukan.
Rusdin Tompo, penggiat literasi yang beberapa tahun terakhir mendampingi anak-anak SD Negeri Borong, dalam kegiatan ektrakurikuler minat bakat, pada hari itu, Kamis, 21 April 2022, kemudian mengajak anak membuat karya terkait RA Kartini.
Dia memang menggunakan pendekatan momen hari-hari besar nasional untuk memantik ide anak-anak berkarya.
Dari situ juga anak-anak akan diberi informasi terkait momen hari besar tersebut. Sehingga, mereka tahu mengapa ada peringatan dan pentingnya memperingati hari itu.
Karena pertemuan ekskul yang rutin diadakan setiap hari Kamis, bertepatan dengan Hari Kartini, maka tema karya yang dibuat anak-anak tentang RA Kartini. Rusdin sendiri, cukup memberi keleluasan pada anak, tergantung pengetahuan, imajinasi, dan pilihan ekspresi yang akan dibuat.
“Ibu Kartini itu berasal dari mana?” Tanya seorang anak sambil mulai membuat tulisan di kertasnya.
“Ibu Kartini lahirnya di Jepara, Jawa Tengah?” Jawab saya, sembari menjelaskan bahwa Jepara itu terkenal dengan ukirannya, ukiran Jepara. Produk yang bisa dikenali dari Jepara adalah kursi dengan ukiran khas Jepara.
Seorang anak langsung menyela, “Nenekku suka ki duduk di kursi yang ada ukirannya.”
Mendengar pengakuan itu, Rusdin hanya tersenyum.
“Pak, siapa nama suaminya Ibu Kartini?” Tanya anak lain, penasaran.
Rusdin Tompo lalu melihat ke smartphone-nya, mencari jaringan wifi. Disampaikan bahwa suami RA Kartini seorang bangsawan. Namanya Raden Adipati Joyodiningrat.
“Ibu Kartini lama mi meninggal? Umur berapa ki saat meninggal?” Lanjutnya, bertanya.
Dijawab bahwa usia RA Kartini saat wafat adalah 25 tahun. Beliau lahir pada tahun 1879, dan meninggal pada tahun 1904.
Ada pula anak yang bertanya, apakah gambar RA Kartini pernah ada di uang kertas. Dijawab bahwa pernah, tapi sudah lama. Gambar wajah RA Kartini pernah ada pada pecahan Rp5 dan Rp10.000.
Pecahan uang kertas yang.memuat gambar RA Kartini ada pada uang kertas emisi 1952, yang nanti berlaku mulai 1953 sampai dengan 1961. Uang ini merupakan seri tokoh dan kebudayaan.
Gambar RA Kartini kembali muncul dalam uang kertas pecahan Rp10.000, yang berlaku sejak 1985-1995. RA Kartini merupakan Pahlawan Nasional yang dikenal sebagai pejuang emansipasi wanita.
Sambil ngobrol, anak-anak juga asyik menulis dan menggambar pada kertas yang dibagikan. Hasilnya, ada yang menulis lagu “Ibu Kita Kartini”, ada yang menulis judul bukunya, “Habis Gelap Terbitlah Terang”, ada pula yang menggambar potret RA Kartini, yang biasa kita lihat.
Seorang anak, membuat cerita tentang RA Kartini berdasarkan obrolan kami. Berikut ini tulisan, Fatimah Azzahra, murid kelas 2:
“Ibu Kartini lahir 21 April, dan Ibu Kartini membikin sekolah untuk perempuan. Ibu Kartini hatinya sangat baik. Dia tinggal di kabupaten Jepara, di Jawa Tengah. Ibu Kartini meninggal saat umurnya 25 tahun. Hari ini adalah hari ulang tahun Ibu Kita Kartini.”
Tulisan itu diberi judul Ibu Kita Kartini, dilengkapi gambar dua bendera Merah Putih, yang tengah berkibar.