Omicron Meluas, Eks Menristekdikti Prof Nasir: Kuliah Online Harus Dipercepat!

“Cara mengajarnya masih sama seperti menggunakan papan tulis. Mahasiswa datang, dosen datang, di waktu yang sama, mendengarkan materi di jam yang sama, melihat layar berjam-jam sampai ada keluhan matanya terasa pedih.

Ini bukan kuliah online, ini hanya memindahkan kuliah dengan media komunikasi!,” ungkap Prof. Nasir mengingatkan.

Percepatan, lanjut Prof Nasir, nantinya perlu dilakukan dengan cara menerapkan kuliah online yang terintegrasi. Atau biasa disebut sistem Learning Management System (LMS).

Dengan sistem LMS, dosen bisa berbagi materi, menyelenggarakan kuis dan ujian, serta merekap nilai dan melaporkannya, dalam sekali klik.

Bahkan tidak menjadi soal, jika dosen dan mahasiswa tidak ketemu di waktu yang sama. Dosen cukup merekam penjelasannya dan mengunggah soal kuis, lalu mahasiswa bisa mengakses rekaman dan mengerjakan kuis kapan saja.

“Kuliah online yang terintegrasi ini perlu kita percepat. LMS akan memberikan wadah bagi mahasiswa dan dosen untuk melakukan kegiatan belajar mengajar secara synchronous (langsung) atau asynchronous (komunikasi terjadwal),” ungkap Prof. Nasir.

Sudah Dilakukan di Beberapa Kampus

Menurut Prof. Nasir, banyak sekali keuntungan yang bisa didapatkan dosen dan mahasiswa ketika menerapkan kuliah online yang terintegrasi. Keuntungan ini bahkan sudah terbukti di beberapa kampus.

Baca Juga:  Berantas Judi Online, Pemerintah Tetapkan Tiga Prioritas

University of Agder di Norwegia misalnya, saat dikunjungi Prof. Nasir pada tahun 2018 lalu, menyelenggarakan kuliah online yang terintegrasi dan bisa diikuti puluhan ribu mahasiswa dari penjuru dunia.

- Iklan -

Kampus ini bahkan mengajarkan bedah saraf dengan metode Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), dimana mahasiswa bisa menggunakan alat yang menampilkan seolah-olah mereka sedang melakukan operasi bedah secara nyata.

Artificial Intelligence dan aplikasinya dalam praktikum dunia kesehatan, berdasarkan Webinar SEVIMA pada Desember 2020 lalu, juga telah diselenggarakan di kampus dalam negeri seperti STIKES Mitra Husada Bekasi dan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS).

Kuliah online yang terintegrasi tidak hanya meringankan tugas dosen, namun juga mempercepat kuliah mahasiswa.

Karena belajar dan praktek bisa dilakukan kapan saja (anytime), dan dimana saja (anywhere and anyplace).

“Kuliah blok dokter bedah tema ini yang informasinya mencapai 16 minggu, dengan AI bisa satu sampai dua minggu tuntas.

Rasio dosen mahasiswa pun tidak jadi soal, karena satu profesor bisa saja seribu mahasiswa karena semua serba otomatis dengan LMS. Alatnya sudah ada, tinggal kita merubah mindset,” lanjut Nasir.

Baca Juga:  Kick-Off HPN 2025, Dirut TMII Kenalkan Wajah Baru TMII

Rektor Universitas Siber Asia yang juga Rektor Asing pertama di Indonesia, Jang Youn Cho PhD, juga mengisahkan bagaimana perkuliahan online sukses ia lakukan di kampus dalam konteks Indonesia.

Menggunakan Sistem Akademik berbasis Awan (siAkadcloud), Universitas Siber Asia bermitra dengan puluhan institusi publik maupun swasta di Indonesia hingga mancanegara untuk mengembangkan perkuliahan online yang terintegrasi.

Senada, Direktur SEVIMA Ridho Irawan juga menceritakan bagaimana lebih dari 700 kampus se-Indonesia yang tergabung dalam Komunitas SEVIMA telah menggunakan Sistem Akademik berbasis Awan (siAkadcloud).

Tantangan dalam penerapan sistem, ungkap Ridho, pasti sangat beragam seperti yang telah dijelaskan oleh Prof. Nasir.

“Walaupun demikian dengan semangat bersama untuk merevolusi pendidikan tinggi, kuliah online yang terintegrasi bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja di seluruh Indonesia.

Dengan begitu kualitas pendidikan bisa dilakukan secara merata di seluruh penjuru negeri,” tutup Ridho.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU