OPINI : Bukan Otokrasi Maupun Demokrasi Solusi Atas Pendemi

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyebut negara-negara yang menganut pemerintahan otokrasi atau oligarki lebih efektif menangani virus corona. Tito juga menyebut negara dengan pemerintahan seperti itu mudah mengendalikan perilaku masyarakat dalam menghadapi perilaku masyarakat dalam menghadapi pandemi karena kedaulatan negara dipegang oleh satu atau segelintir orang.

Sementar, kata Tito negara yang menganut demokrasi , seperti Indonesia, India, dan Amerika Serikat cenderung mengalami kesulitan karena pemerintahan tidak bisa memaksakan rakyatnya.

Dia juga mencontokan sulitnya menerapkan protokol kesehatan di Indonesia. Padahal tindakan yang dilakukan sederhana, seperti mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker saat beraktivitas di luar rumah.

Tito juga mengatakan penanganan pandemic Covid-19 di negara demokrasi akan lebih sulit apabila banyak kalangan kelas menengah kebawah. Menurutnya masyarakat kalangan itu sulit dimintai menerapkan protokol kesehatan.

Bukti Gagalnya Demokrasi Mengatasi Pandemi
Negara demokrasi yang selama ini dibanggakan telah terbukti gagal hadapi wabah. Karena adanya ketidak patuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan. Ini hanya alasan bagi rezim untuk menutupi betapa boroknya sistem demokrasi. Dan agar public memaklumi ketidakmampuan penguasa dalam menjalankan fungsinya dalam mengatasi pandemic.

Baca Juga:  Meluruskan Sejarah Imam Bonjol

Sedangkan negara otokrasi-oligarki yang menghasilkan kepatuhan masyarakat sebagai prasyarat penanganan krisis bukanlah pilihan untuk mengatasi pandemi. Malah bisa dinilai sebagai pernyataan yang menyesatkan.

Upaya yang dibutuhkan dalam mengatasi pandemi untuk saat ini bukan kepatuhan karena terpaksa, dan bukan karena ancaman hukuman seperti yang telah terjadi di negara-negara otokrasi. Karena kepatuhan yang seperti ini tidak untuk selmanya malah justru akan melahirkan dendam rakyat terhadap pemimpin yang lama-lama akan meledak.

Seharusnya rezim saat ini memaksimalkan usahanya dalam mengatasi pandemi dan lebih mengencangkan mensosialisasikan protokol kesehatan, serta menyediakan fasilitas agar rakyat mudah melaksanakan apa yang diperintahkan. Ini malah penguasa dengan terang-terangan mempertontongkan kecurangan dan ketidak mampuan penguasa dalam mengatasi masalah. Sehingga hasilnya rakyat semakin kehilangan kepercayaan pada penguasa.

Sehingga pernyataan seperti yang disampaikan Tito itu mampu menyesatkan hanya demi mempertahankan sistem demokrasi dan menolak realita bahwa negeri ini lagi membutuhkan suatu perubahan dan solusi yang tepat dalam kehidupan ini.

- Iklan -

Sistem Islam Solusi Mengatasi Pandemi Bukan Otokrasi Maupun Demokrasi
Dalam sistem islam akan mewujudkan terselenggaranya fungsi negara secara konsisten yang dijalankan oleh penguasa. Dimana penguasa sebagai pengayom dan penanggung jawab terhadapa rakyatnya. Negara akan bekerja dengan optimal dalam mengatasi krisis dan pandemi dengan mensosialisasikan protokol kesehatan untuk dijalankan oleh rakyat.

Baca Juga:  Meluruskan Sejarah Imam Bonjol

Rakyat pun tidak ragu dengan kebijakan yang disampaikan oleh penguasa. Bahkana rakyat pun taat untuk menjalankan kebijakan penguasa karena didorong dengan keimanan.

Dalam sistem islam, setiap individu akan menjalankan kebijakan penguasa dengan keimanan. Karena keimanan selalu di di pupuk dalam diri rakyat. sehingga mereka akan patuh dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan protokol karena ingin memperoleh pahala dengan menaati pemimpin yang menjalankan amanah kekuasaan sesuai perintah Allah.

Dengan adanya kebutuhan umat untuk mengenal sistem islam yang mampu memberikan solusi dalam masah ini karena berasal dari Dzat Maha Tahu dan yang mampu menghasilkan kepatuhan secara mutlak. Masyarakat akan taat terhadap aturan karena dorongan iman, bukan karena ketakutan terhadap sanksi. Allahu alam bissawab.

Oleh: Nurlinda / Pemerhati Sosial

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU