FAJARPENDIDIKAN.co.id – Sejak pandemic COVID-19 terjadi kegiatan-kegiatan yang dilakukan diluar rumah terpaksa dihentikan termasuk kegiatan belajar mengajar hal ini karena adanya kebijakan social distancing dan physical distancing hingga penetapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sehingga banyak sekolah terpaksa diliburkan dan dialihkan menjadi pembelajran online. Dan ini sudah terjadi hampir tiga bulan lamanya, namun baru barusan ini kita mendapati informasi mengenai kemendikbud yang berencana membuka kembali sekolah di pertengahan juli.
“Kita merencanakan membuka sekolah mulai awal tahun pelajaran baru, sekitar pertengahan Juli,” ujar Plt. Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Muhammad Hamid kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Sabtu (9/5).
Namun kebijakan ini diragukan oleh Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Satriwan. Ia meragukan koordinasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang terlihat tak sinkron dalam penanganan corona.
“Kalau ingin membuka sekolah di tahun ajaran baru, oke itu kabar baik. Tapi [datanya] harus betul-betul [tepat], mana [daerah] yang hijau, kuning, merah,” tuturnya kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Sabtu (9/5).
Ia menjelaskan pembukaan sekolah harus disinkronkan dengan data kasus dan penyebaran corona di setiap daerah. Jangan sampai, lanjutnya, ketika siswa dan guru kembali beraktivitas ternyata wilayah tersebut dalam pengawasan. Menurut Satriwan ini bisa saja terjadi mengingat pemerintah pusat dan daerah kerap memegang data yang berbeda-beda. Belum lagi berkaca pada komunikasi tak sinkron antar pemerintah pusat dan pemda belakangan. (Sabtu, 16/05/21 CNNIndonesia)
Seperti yang kita ketahui bahwa korban positif, ODP dan PDP masih meningkat setiap harinya maka kebijakan ini jelaslah salah, tidak ada yang bisa memastikan bahwa anak anak dan para guru yang kembali bersekolah kemudian menjalani proses belajar mengajar akan aman dari penularan COVID-19.
Karena nyatanya kebijakan social distancing dan physical distancing yang dilakukan selama ini tidaklah maksimal, ada saja alasan masyarakat untuk tetap keluar rumah entah untuk memenuhi kebutuhannya atau mereka yg tidak disiplin.
Kita yakini memang terjadinya pandemic ini membawa banyak dampak bagi kita, terutama pada bidang perekonomian. Dengan tidak adanya aktivitas diluar menyebabkan kebutuhan kita pun terbatas.
Dan jika rencana pembukaan kembali sekolah dilaksanakan maka tidak lain itu adalah upaya untuk memulihkan kondisi sosial ekonomi, bagus memang, apalagi karena ekonomi kita sekarang sedang turun turunnya hanya saja kebijakan ini ini tidak dibarengi dengan pemastian apakah keadannya sudah aman dan virus ini tidak menyebar lagi? Sedangkan Faktanya, untuk memastikan siapa saja yang terinfeksi (melalui tes masal dan PCR) saja belum dilakukan. Kekurangan alat selalu menjadi alasan.
Jika rencana ini tetap dilakasanakan maka sungguh paradigma kapitalisme telah merasuki sendi-sendi kekuasaan mereka. Mereka lebih mementingkan kekuasaan dan material ekonomi daripada keselamatan nyawa rakyatnya. Dan jelas Inilah watak rezim Ruwaibidhah yang mengadopsi sistem kapitalisme. Watak yang selalu mengutamakan kepentingan kapitalis ketimbang rakyatnya.
Hal ini sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW: “Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan. Saat orang bohong dianggap jujur. Orang jujur dianggap bohong. Pengkhianat dianggap amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat. Ketika itu, orang “Ruwaibidhah” berbicara. Ada yang bertanya, “Siapa Ruwaibidhah itu?” Nabi menjawab, “Orang bodoh yang mengurusi urusan orang umum.” (HR. Hakim)
Dan ini sangat berbeda dengan Islam, dimana keselamatan dan kesehatan rakyanya lah yang menjadi hal paling utama. Karena itu adalah tugas negara dalam hal ini adalah khalifah dalam mengurusi rakyatnya.
Bagaiamana yang kita ketahui bahwa wabah semacam ini sudah ada di jaman kepemimpinana Umar bin Khattab, yang penanagnananya pun sesuai dengan syariat salah satunya melakuakn karantina, memisahkan yang sehat dan yang sakit kemudianorang-orang yang diluar wilayah karantina masih tetap melanjutkan kerja mereka sehingga kehidupan sosial & ekonomi tetap berjalan.
Seperti itulah gambaran penanganan wabah dalam islam yang jelas dapat kita lihat bahwa keselamatan dan kebutuhan rakyatnya adalah suatu hal yang harus di prioritas kan.
Oleh : Iffah Muflihah. N