OPINI : Kasus Covid Meningkat, Akibat Pelonggaran Kebijakan

Hanya ada satu pemimpin yang mampu mengeluarkan umat dari wabah ini yaitu hanya dengan sistem islam yang diterapkan secara menyeluruh

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Pemerintah mengatakan anggaran kesehatan untuk penanganan Covid-19 yang sebesar Rp 87,55 triliun tidak akan bertambah hingga akhir tahun walaupun kasus positif Covid-19 saat ini semakin banyak dengan jumlah penambahan rata-rata per hari diatas 1.000 kasus.

Menurut Staf Ahli Badan Pengeluaran Negara Kementeriian Keuangan Kunta Wibawa Dasa Nugraha mengatakan kasus positif saat ini semakin tinggi karena tes yang semakin banyak, Namun rasio kasus sebenarnya sama. Sehingga anggaran tersebut sudah dipertimbangkan dengan perkiraan dan modeling untuk jumlah kasus hingga ratusan ribu orang yang positif Covid-19 hingga akhir tahun.

Adapun rincian alokasi anggaran kesehatan penanganan Covid-19 yang sebesar Rp 87,55 triliun tersebut antara lain untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp 65,8 triliun, insentif tenaga medis Rp 5,9 triliun, santunan kematian Rp 0,3 triliun, bantuan iuran jaminan kesehatan nasional (JKN) Rp 3 trilliun, anggaran Gugus Tugas Covid-19 Rp 3,5 triliun dan insentif perpajakan di bidang kesehatan Rp 9,05 triliun.

Dengan meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19 malah pemerintah beranggapan bahwa naiknya kasus hanya karena tes yang semakin masif dilakukan, bukan karena tidak diputusnya rantai penyebaran. Padahal meningkatnya angka penyebaran dikarenakan tidak adanya upaya memutus rantai penyebaran wabah tersebut. Bahkan pemerintah malah mendorong untuk tetap aktif di tengah pandemi. Dengan alasan menghidupkan roda perekonomian dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Namun faktanya pertumbuhan ekonomi semakin merosot sedangkan jumlah Covid-19 semakin meningkat.

Pemerintah meranggapan ini adalah hal yang wajar, bahkan prestasi pemerintah yang menunjukkan sudah dilakukan tes ke lebih banyak orang. Ini sih memang benar dilakukan dimana target presidan Jokowi terkait 20 ribu tes perhari telah tercapai. Yaitu pada tanggal 18 juni 2020 dengan 20.650 pengujian. Namun angka pengujian tersebut dilakukan setiap hari dan beberapa kali dibawa target presiden. Rasio tes pun meningkat, disaat jumlah kasus memasuki level 40 ribu kasus. Pada tanggal 16 juni jumlah tes telah mencapai 1.000 dengan jumlah 1.259 orang per 1 juta penduduk. (tirto.id)

Baca Juga:  Meluruskan Sejarah Imam Bonjol

Walaupun upaya telah dilakukan oleh pemerintah namun bisa dikatakan masih kurang maksimal. Itu karena terbatasnya alat diagnosa Covid-19 dan harganya pun mahal sehingga menjadi salah satu penyebab masyarakat enggang untuk melakukan tes mandiri. Dimana negara juga tidak mau mengeluarkan dana tambahan untuk menggengjot dilakukannya tes Covid-19 sebaik mungkin. Dengan ini sangat terihat upaya pemerintah dalam usahanya untuk memadamkan wabah ini hanya setengah hati.

Dengan tejadinya pelonggaran PSBB yang dilakukan pemerintah justru semakin menjadikan meningkatnya angka persebaran wabah. Dimana juga setelah penerapan New normal life semakin memperparah penularan wabah di negara Indonesia. Ini membuktikan bahwa pemimpin negeri ini tidak bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya. Pemerintah telah lalai dalam menjamin hak hidup rakyatnya.

Hanya ada satu pemimpin yang mampu mengeluarkan umat dari wabah ini yaitu hanya dengan sistem islam yang diterapkan secara menyeluruh. Karena pemimpin dalam islam sangat memahami bahwa seorang pemimpin adalah amanah yang harus dijaga dan kerjakan dengan jujur. Sebagaimana sabdanya Nabi Saw. pada saat Abu Dzar al- Ghifari meminta amanah kepemimpinan, Rasulullah Saw dengan tegas menyatakan “wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu dalah orang yang lemah. Kepemimpinan itu adalah amanah, kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat. Kecuali orang yang mengambilnya dengan sesungguhnya, dan menunaikan apa yang menjadi kewajibannya dengan baik”.

Baca Juga:  Meluruskan Sejarah Imam Bonjol

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa seorang pemimpin harus mampu menunaikan amanah kepemimpinannya dengan sebaik-baiknya maka ia akan mendapatkan kemuliaan dan kebanggaan. Sebaliknya pababila ia tidak mampu menunaikan hak dan tanggungjawab kepemimpinannya maka kepemimpinan tersebut bisa menjadi kehinaan dan penyesalan bagi pemangkunya.

- Iklan -

Sehingga pemimpin yang menjadi idaman itu adanya hanya dalam sistem islam yaitu sistem yang benar berasal dari Allah SWT. Dengan sistem ini yang digunakan untuk mengurus dan mengatur seluruh aspek kehidupan. Baik itu dalam bidang pemerintahan, ekonomi, peradilan, politik dalam dan luar negeri, dan yang lainnya. Sehingga terwujud kehidupan yang penuh berkah.

Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh khalifah Umar bin Khathab. Dimana beliau menjalankan tugas kekhalifahan dengan sebaik-baiknya. Yaitu pada masa kekuasaannya terjadi paceklik panjang dan wabah. Dimana pada saat terjadi wabah umar dengan segera mengisolasi daerah yang terkenaha wabah pertama kali agar tidak terjadi penularan kewilayah yang lainnya. Dan yang diisolasi semua kebutuhan nya ditanggung oleh negara. Segingga rakyat tidak lagi merasa kesulitan dan kebingungan dalam pemenuhan kebutuhannya.

Oleh: Nurlinda/ Pemerhati Sosial

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU