OPINI : Peran Pemuda Di Hari Sumpah Pemuda

"Pemuda sekarang kurang peka terhadap ketidak adilan dan penindasan. Mereka telah terjerumus dalam budaya hedonisme (hura-hura, red)," Poltak mendefinisikan arti pemuda yaitu pihak yang berani, radikal, militan, berbeda dan peka terhadap ketidakadilan dan penindasan.

FAJARPENDIDIKAN.co.id – “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Ir. Soekarno Hatta
Pemuda adalah aset sebuah bangsa di tangan pemuda lah tercipta sebuah perubahan bagi suatu bangsa. Peristiwa sumpah pemuda yang diperingati setiap tanggal 27-28 Oktober, tidak hanya diartikan sebagai ikrar saja. Namun lebih dari itu pemuda diharuskan mampu mengetahui peran mereka sebagai penggerak perubahan bagi suaru bangsa, menghilangkan penindasan serta ikut memperjuangkan keadilan di tengah-tengah masyarakat. khususnya mahasiswa. Itulah mengapa mahasiswa sering disebut sebagai agent of change,social control dan iron stock sebab dipundaknya masa depan bangsa dipertaruhkan.

Namun sayangnya peran pemuda khususnya mahasiswa sebagai agent agent pengerak perubahan nampak mulai memudar dalam kancah pergerakan mereka. Peran pemuda mulai mengalami pergeseran ibarat seperti pembagian partisi yang pergerakan mereka semakin nampak bervariasi. Beragam kriteria dalam pegergerakan pemuda hari ini semakin mewarnai hipud mereka mulai dari bersikap apatis, hedonisme dan individualisme. Tak jarang kehidupan para pemuda diwarnai dengan kesibukan pribadi mereka untuk meperkaya diri pada usaha yang mereka geluti, sampai lupa untuk kembali vocal menyuarakan hak-hak rakyat yang kini tertindas akibat sebuah kebijakan yang mendzolimi rakyat. Bahkan ada juga pemuda khususnya mahasiswa hanya disibukkan pada study oriented pengejar IP semata sampai lupa hakekat fungsi mereka yakni sebagai agent of change pembawa perubahan ditengah-tengah masyarakat.

Baca Juga:  Meluruskan Sejarah Imam Bonjol

Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI) Jakarta, Poltak Agustinus Sinaga menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi generasi muda sekarang yang semakin bersikap apatis terhadap kehidupan berbangsa dan bertanah air.

“Pemuda sekarang kurang peka terhadap ketidak adilan dan penindasan. Mereka telah terjerumus dalam budaya hedonisme (hura-hura, red),” Poltak mendefinisikan arti pemuda yaitu pihak yang berani, radikal, militan, berbeda dan peka terhadap ketidakadilan dan penindasan. (27 Oktober 2014 https://investor.id)

Tak jarang pemuda hari ini mengalami Krisis Identitas, mereka lupa tugas utama mereka sebagai Agent Perubahan Bangsa untuk kemaslahatan rakyat.

Pemuda dalam Pandangan Islam
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, “Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang 5 (perkara) : Tentang umurnya dimana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana dia usangkan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan dan tentang apa yang telah dia amalkan dari ilmunya“. (HR. At-Tirmizi).

Pemuda dalam pandanga Islam adalah mereka yang yang menjadi garda terdepan dalam melawan kedzoliman, mereka yang vocal dalam menyuarakan keadilam saat penguasa mulai berpaling dari hukum Allah. Sebagaimana kisah heroik para pemuda muslim ketika mereka menjadi panglima perang diusia yang masih belia, mereka tampil sebagai Mujahid yang tak takut mati Syahid dalam menyebarluaskan dakwah Islam. Sebab tujuan hidup mereka adalah mencari Ridho Allah semata, hinggah menjadikan nama mereka tertulis dalam sejarah kebangkitan Islam sebagai pemuda penggerak perubahan.
Ada banyak pemuda tangguh yang dicetak oleh Daulah Islam dalam diantaranya adalah Usamah bin Zaid di usianya yang baru berusia 18 tahun. Namun ia mampu memimpin para anggotanya untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat pada masa itu. Usamah sebagai panglima perang di perbatasan Syam Yang mana anggotanya adalah para pembesar sahabat, yakni Abu Bakar as Siddiq dan Umar bin Khattab

Baca Juga:  Meluruskan Sejarah Imam Bonjol

Tidak hanya Usamah bin Zaid yang mampu dicetak oleh Daulah Islam sebagai panglima perang dengan usia muda dan pemberani. hadir pula kisa heroik seorang anak Sultan Murad II yang memang sudah dipersiapkan sejak kecil oleh ayahnya dalam menaklukkan Konstantinopel (Kerajaan Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11 abad). Seorang Hafiz Qur’an mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani.

Semua itu dipersiapkan oleh Sultan Murad II untuk merealisasikan Sabda Rasulullah Saw tentang penaklukkan Konstantinopel, bagaimana dengan kita sebagai seorang pemuda ? tentu kita masih ada tugas besar yakni menaklukkan Kota Roma sebagaimana Sabda Rasulullah Saw. Allahu Akbar
Oleh : Sri Suciati, S.Kom / Aktivis Dakwah

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU