OPINI : Sudahka Negeri Ini Merdeka ?

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Tepat di hari ini 75 tahun Indonesia merdeka, terbebas dari belenggu penjaja hingga merasakan kemenangan yang telah di bawa oleh para pahlawan bangsa. Dengan pekikan Takbir para tokoh Islam yang ikut serta memerdekakan bangsa ini adalah suatu hal yg patut di Syukuri. Tentu tahun ini tak ada euforia yang mengema, sebab gerak terbatasi akibat adanya Pandemi Covid-19. Keseruannya tak semeriah tahun-tahun biasanya.

Yang kadang perayaannya menghibur masyarakat untuk sejenak meninggalkan rentetan permasalahan kehidupan yang mereka alami
Sebagaimana Kisah Ibu Yuli Nur Amelia berakhir di liang lahat setelah 2 hari kelaparan karena wabah virus corona. Ibu Yuli menjadi makin miskin karena pembatasan yang disebabkan karena wabah corona. Ibu miskin yang merupakan warga Kelurahan Lontarbaru, Kecamatan Serang, Kota Serang meninggal dunuia. Ibu Yuli meninggal dunia, Senin, 20 April 2020 sekitar pukul 15.00 WIB. (21 April 2020 : www.suara.com).


Sungguh tragis nasib seorang rakyat jelata hidup di negeri yang kaya akan sumber daya alam namun Naasnya mati dalam keadaan kelaparan. Sebaigaman ungkapan yang sama tengah di sampaikan oleh Pengamat ekonomi Iman Sugema menggambarkan Indonesia ibarat tikus mati di lumbung padi. Perumpamaan itu diambilnya melihat kondisi krisis energi yang dialami Indonesia. Padahal, dalam hitungannya, melihat produksi minyak dan gas dalam negeri, seharusnya tak ada krisis yang dialami. Persoalan utamanya, menurut Iman, adanya inefisiensi dalam tata niaga migas tanah air. “Indonesia itu mengalami surplus energi.

Baca Juga:  Hari Pahlawan, Merdeka atau Mati, Prabowo "The Last Emperor"

Kalaupun digunakan untuk kepentingan domestik dan ekspor, kita tidak harus mengalami krisis energi seperti sekarang. Sangat tidak masuk akal kalau PLN mengatakan ada kekurangan pasokan energi. Jadi, kita itu ibarat tikus mati di lumbung padi. Produksi surplus tapi krisis. Ini menunjukkan kusutnya pengelolaan migas,” kata Iman, dalam diskusi di Kantor Indonesia Bangkit.(6-Juli-2008 www.kompas.com).


Banyaknya sumber daya alam yang melimpah tidak menjamin kesejateraan masyarakat, sebagaimana yang terjadi pada Indonesia. Dijuluki sebagai jambul khatulistiwa karena banyaknya hutan yang dimilikinya dan Indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa. Namun keindahan julukan tersebut tak seindah dengan kehidupan masyarakat yang tiap tahunnya, angka kemiskinan terus bertambah apa lagi saat pendemi covid-19.

Persentase penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 9,78 persen, meningkat 0,56 persen poin terhadap September 2019 dan meningkat 0,37 persen poin terhadap Maret 2019. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 26,42 juta orang, meningkat 1,63 juta orang terhadap September 2019 dan meningkat 1,28 juta orang terhadap Maret 2019. (15-Juli-2020 www.bps.go.id)


75 tahun Indonesia merdeka terhindar dari penjajahan fisik namun beralih kepada penjajahan secara finansial. Sumber daya alam melimpah ruah namun kenyataannya tak semuanya dinikmati oleh rakyat. Seperti halnya Tambang Grasberg adalah tambang emas terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar di dunia dimiliki oleh perusahaan Asing milik AS.

Baca Juga:  Meluruskan Sejarah Imam Bonjol

Freeport anak perusahaan dari Freeport McMoran Copper and Gold. Tambang Grasberg terletak di provinsi Papua di Indonesia, tapi hasilnya tidak sepenuhnya dimiliki oleh Indonesia.
sebagian besar saham dari Freeport yaitu 90,64 persennya dikuasai oleh Freeport McMoRan sebagai induk perusahaan PT Freeport Indonesia. Dan, hanya 9,36 persen saja saham Freeport yang dikuasai oleh negara. Jadi, bisa dikatakan kalau sebagian besar keuntungan akan lari ke Amerika.

Bahkan dari total keuntungan yang bisa diperoleh Freeport yaitu sebesar US$ 6,555 miliar, hanya sekitar 5-3,5% yang diterima oleh negara dari sektor tembaga. Lalu, 1% diterima negara dari Freeport sebagai royalti dari sektor emas dan perak. Jumlah yang sangat kecil diibandingkan yang bisa didapat oleh Freeport sendiri. (13 Agustus 2015 www.kompasiana.com)

- Iklan -


Sejatinya kemerdekaan itu ketika masyarakat tak lagi dibebangkan oleh pajak kehidupan, sebagaimana kesehatan harusnya menjadi tanggung jawab negara sehinggah tak ada lagi slogam Orang Miskin Dilarang Sakit”. Sebab itu sudah menjadi tanggung jawab negera dalam menjamin Kesehatan masyarakatnya. Bangsa yang merdeka tentunya harus mampu mengelola segala bentuk sumber daya alam yang dimilikinya untuk mensejahterakan rakyatnya.

Dan kemerdekaan yang hakiki adalah membebaskan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kedzaliman agama-agama kepada keadilan Islam Inilah makna kemerdekaan yang sesungguhnya, yang dipegang oleh pasukan Muslim di kala itu dari panglima tertingginya Saad bin Abi Waqqash hingga Ribi bin Amir.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU