Beranda blog Halaman 169

KMM Deklarasikan Dukungan untuk UCU ,Pemuda Didorong Jadi Pengawal Kebijakan

0
Enrekang – Kawan Muda Milenial (KMM) resmi mendeklarasikan dukungan kepada pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Enrekang nomor urut 02, Muh. Yusuf R. dan Andi Tenri Liwang La Tinro, dalam acara yang digelar di permandian Matua, Kecamatan Alla, pada Minggu (13/10).

Koordinator KMM, Akbar, menjelaskan bahwa gerakan dukungan ini merupakan aksi yang terstruktur dan terukur, berdasarkan data serta berfokus pada perubahan yang diusung oleh generasi muda. Ia menekankan pentingnya peran kaum muda dalam mendorong perubahan, seperti peristiwa sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI yang dipicu oleh usaha generasi muda melalui peristiwa Rengasdengklok.

“Sama seperti saat ini, kami ‘menculik’ kedua tokoh muda Massenrempulu, UCU dan IWAN, agar segera menjadi pemimpin di Bumi Massenrempulu,” tegas Akbar, yang disambut sorak-sorai ratusan peserta.

Calon Bupati Enrekang nomor urut 02, Yusuf Ritangnga, menegaskan komitmennya untuk memberikan ruang bagi pemikiran dan kreativitas pemuda. Ia bahkan meminta generasi muda untuk terlibat aktif dalam menyumbangkan ide demi kemajuan Bumi Massenrempulu.

“Jika kami ditakdirkan memimpin, kami tidak hanya membutuhkan ide-ide dari pemuda untuk membangun tanah kelahiran kita. Pemuda harus menjadi pengawal kebijakan kami, memberikan kritik apabila ada kebijakan yang tidak sesuai,” ujar Yusuf.

Senada dengan Yusuf, calon Wakil Bupati Andi Tenri Liwang La Tinro juga mengajak generasi muda agar tidak apatis terhadap politik. Ia menekankan pentingnya peristiwa politik sebagai ruang demokrasi untuk memilih pemimpin yang ideal.

“Kita jauh dari gaya intimidasi yang otoriter. Niat kita adalah menyelamatkan Enrekang dari jurang kehancuran,” tegasnya.

Ketua Dharma Wanita Persatuan Dorong Pengurus DWP Kemenag Bone Tingkatkan Potensi Diri

0

Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Sulawesi Selatan, Ny. Nurlina Anas Tonang, mengukuhkan pengurus DWP Kantor Kemenag Kabupaten Bone periode 2024-2026. Prosesi pengukuhan berlangsung di Aula Lantai II Kantor Kemenag Bone, Sabtu (12/10/2024), disaksikan oleh sejumlah pengurus DWP Kanwil Kemenag Sulsel.

Dalam sambutannya, Ny. Nurlina Anas menyampaikan bahwa percepatan realisasi program DWP Kemenag di tingkat kabupaten/kota sangat bergantung pada peran aktif seluruh pengurus di KUA kecamatan.

“Peran serta pengurus dan anggota DWP di tingkat kecamatan sangat dibutuhkan agar program kerja DWP Kabupaten/Kota dapat terealisasi dengan cepat,” ujarnya.

Ny. Nurlina juga mengingatkan pentingnya bagi pengurus dan anggota DWP untuk merasa bangga menjadi bagian dari institusi Kementerian Agama, serta terus mengasah potensi diri guna memberikan kontribusi terbaik.

“Pengurus harus terus mengembangkan potensi dan meng-upgrade diri agar dapat memberikan kontribusi maksimal bagi organisasi, institusi, dan masyarakat,” tuturnya.

Selain itu, Ny. Nurlina menekankan pentingnya sinergi antara DWP Kemenag Bone dan DWP Pemerintah Kabupaten Bone untuk memperkuat pelaksanaan program kerja.

“Koordinasi dengan DWP Pemerintah Kabupaten sangat penting demi memastikan realisasi program kerja berjalan lancar,” tegasnya.

Di akhir sambutannya, Ny. Nurlina berpesan agar pengurus DWP tidak hanya sekadar hadir dalam kegiatan organisasi, namun juga berperan aktif dan memberikan manfaat nyata.

“Organisasi DWP bukan sekadar ajang kumpul, makan, dan foto, melainkan tempat untuk saling memotivasi, mengasah keterampilan, serta memperluas wawasan,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua DWP Kemenag Kabupaten Bone, Hj. Marsufa Rafik, menekankan pentingnya memahami visi dan misi organisasi dalam mendukung peran perempuan dalam pembangunan bangsa.

“Organisasi akan berkembang jika kita mampu memahami peran penting perempuan dalam pembangunan, yang juga merupakan visi DWP,” kata Hj. Marsufa.

Adapun pengurus yang dikukuhkan adalah Hj. Marsufa Rafik sebagai Ketua, Ikasartika Ahmad Yani sebagai Wakil Ketua, Hidaya sebagai Sekretaris, Hj. Hudaya sebagai Wakil Sekretaris, dan Suryaningsih sebagai Bendahara. Pengukuhan dihadiri oleh seluruh pengurus dan anggota DWP dari KUA kecamatan serta madrasah se-Kabupaten Bone.

Pimpin Lat Pra Operasi Zebra, Kapolres Bone Ajak Personel Masif Edukasi

0

Kapolres Bone AKBP Erwin Syah,S.I.K.M.H didampingi oleh Wakapolres Kompol Antonius Tutleta,S.Pd membuka Latihan Pra Operasi Zebra Pallawa 2024 di Aula Sarja Arya Racana Mapolres Bone. Senin (14 Oktober 2024).

Pada kesempatan tersebut, AKBP Erwin Syah,S.I.K.M.H dalam arahannya menyampaikan bahwa, Lat Pra Ops ini adalah langkah penting untuk memastikan semua personel memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing saat di lapangan.

“Dengan dilaksanakannya Lat Pra Operasi, diharapkan Personel dapat bekerja dengan profesional dan menjalankan tugas dengan baik sesuai dengan prosedur Hukum. Kita harus bekerja keras untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat”, Ujar Kapolres Bone.

AKBP Erwin Syah,S.I.K.M.H juga menyampaikan kepada personel agar rutin melakukan sosialisasi dan edukasi secara masif kepada seluruh lapisan masyarakat agar tercipta masyarakat yang patuh dan tertib berlalu lintas saat berkendara.

“Melalui Operasi Zebra Pallawa tahun 2024 ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keselamatan berlalu lintas, menekan angka pelanggaran dan dapat meminimalisir fatalitas korban laka lantas”, Harap Kapolres Bone.

Selanjutnya, Kapolres Bone mengingatkan kepada seluruh personel yang terlibat Operasi Zebra Pallawa bahwa, pelaksanaan Operasi ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini kita menghadapi memontum demokrasi Pemilihan Kepala Daerah.

“Oleh karena itu, Personel yang terlibat dalam Operasi mandiri kewilayahan dengan sandi zebra harus benar-benar mengenalisa pelanggaran terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan teguran maupun penegakan hukum”, Pesan Kapolres Bone.*

Resep Roti Canai, Nikmat dengan Kuah Kari

0

Rubrik Selera Nusantara edisi kali ini menyajikan resep Roti Canai by @yoenitaa. Roti Canai adalah salah satu hidangan ikonik dari Malaysia dan Indonesia, yang sangat populer di kalangan pecinta makanan.

Roti ini terbuat dari adonan tepung terigu, air, dan sedikit minyak, yang kemudian dilipat dan diputar hingga tipis sebelum digoreng hingga kecokelatan dan renyah.

Ciri Khas

Tekstur: Roti Canai memiliki tekstur yang sangat khas—lapisan-lapisan tipis yang renyah di luar dan lembut di dalam. Saat digigit, Anda akan merasakan kombinasi kerenyahan dan kelembutan.

Rasa: Roti ini memiliki rasa yang netral, sehingga sangat cocok dipadukan dengan berbagai jenis lauk, mulai dari kari, sambal, hingga gula.

Variasi: Ada banyak variasi Roti Canai, seperti Roti Telur (dengan telur), Roti Bawang (dengan bawang), atau Roti Pisang. Setiap variasi menawarkan pengalaman rasa yang berbeda.

Penyajian

Roti Canai biasanya disajikan hangat dengan kuah kari, sambal, atau bahkan dengan susu kental manis. Keberagaman pilihan ini membuatnya menjadi hidangan yang cocok untuk sarapan, makan siang, atau camilan.

Roti Canai adalah hidangan yang menyenangkan dan mudah dinikmati. Kombinasi tekstur, rasa, dan cara penyajian yang fleksibel menjadikannya favorit banyak orang. Cocok untuk dinikmati sendirian atau bersama teman-teman, Roti Canai pasti akan memuaskan selera!

Resep Roti Canai

Bahan:

  • 500 gram tepung terigu
  • 3 butir kuning telur
  • 100 gram margarine
  • 50 gram minyak samin
  • 100 ml minyak goreng
  • 100 ml susu cair
  • 225 ml air hangat
  • 1 sendok teh garam
  • Margarine ditambah minyak samin untuk olesan

Cara Membuat Roti Canai

  1. Campurkan susu cair dan kuning telur, kocok hingga tercampur rata. Tambahkan air hangat, aduk lagi hingga tercampur rata.
  2. Masukkan tepung terigu dan garam ke dalam mangkok besar, tuangkan susu cair yang sudah tercampur telur dan air tadi. Tuangkan minyak goreng, kemudian minyak samin. Aduk hingga tercampur rata dan kalis, diamkan sebentar saja.
  3. Bagi adonan @55 gram menjadi 20 buah, lalu bulatkan. Kemudian rendam dalam minyak selama 1 jam.
  4. Ambil 1 donan, lalu gilas tipis melebar. Olesi dengan margarine dan minyak samin. Lalu gulung memanjang, bentuk seperti konde berlawanan arah. Lakukan sampai adonan habis.
  5. Panaskan teflon, panggang roti canai dengan cara dipipihkan terlebih dahulu, dengan cara dibolak-balik. Lalu angkat dan sajikan. Bila tidak ada kari kambing, bisa juga kari ayam atau kari daging atau sambel cocol.

Selamat mencoba dan menikmati. (ana)

Simak!! Sejarah Tari Tuntung Tulus dari Provinsi Kalimantan Barat

Indonesia terkenal dengan beragam tarian tradisional yang berasal dari berbagai provinsinya. Artikel ini akan membahas mengenai Sejarah Tari Tuntung Tulus, Makna Tari Tuntung Tulus Properti dan gerakan, serta busana yang dipakai oleh penarinya.

Tari Tuntung Tulus adalah tarian tradisional yang berasal dari Kalimantan Barat dan merupakan bagian dari budaya suku Dayak Kanayatn. Tarian ini memiliki keunikan tersendiri dan sering kali dipertunjukkan dalam upacara adat atau perayaan tertentu.
Nama “Tuntung Tulus” diambil dari kata “Tuntung” yang berarti berjalan atau melangkah, dan “Tulus” yang berarti tulus atau ikhlas. Oleh karena itu, tarian ini menggambarkan perjalanan yang penuh ketulusan hati.

1. Sejarah Tari Tuntung Tulus

Tari Tuntung Tulus merupakan bagian dari tradisi masyarakat Dayak Kanayatn yang sudah ada sejak zaman dahulu. Tarian ini biasanya ditampilkan dalam upacara adat yang berkaitan dengan kesyukuran, seperti setelah panen atau acara-acara adat lainnya yang melibatkan seluruh komunitas.

Sejarah tarian ini juga terkait dengan kehidupan agraris masyarakat Dayak Kanayatn, di mana mereka sangat menghormati alam dan roh leluhur yang diyakini melindungi mereka selama bercocok tanam. Tarian ini menjadi simbol rasa syukur kepada roh leluhur dan kekuatan alam yang memberikan kehidupan.

2. Makna Tari Tuntung Tulus

Tari Tuntung Tulus mengandung makna spiritual dan simbolik yang mendalam. Tarian ini melambangkan perjalanan hidup manusia yang penuh ketulusan dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan.

Gerakan yang dilakukan dengan ketulusan hati dalam tarian ini mencerminkan kesederhanaan, keikhlasan, dan rasa syukur masyarakat Dayak terhadap segala yang mereka miliki, terutama dalam hal berkah alam dan hasil panen. Selain itu, tarian ini juga melambangkan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

3. Properti yang Digunakan

Tari Tuntung Tulus biasanya tidak menggunakan banyak properti khusus, tetapi elemen-elemen tradisional tetap memainkan peran penting dalam memperkuat karakter tarian. Beberapa properti yang mungkin digunakan antara lain:

  • Selendang atau kain tradisional: Selendang atau kain panjang yang digunakan penari, melambangkan keharmonisan dan keindahan dalam gerakan tarian.
  • Perisai dan tombak: Dalam beberapa variasi, properti seperti perisai dan tombak dapat digunakan untuk melambangkan kesiapan dan kekuatan, meskipun sifat tarian ini lebih lembut dibanding tarian perang.

4. Gerakan Tari

Gerakan dalam Tari Tuntung Tulus relatif sederhana tetapi penuh makna. Gerakannya melambangkan perjalanan kehidupan dan rasa syukur kepada alam serta leluhur. Beberapa gerakan yang menjadi ciri khas Tari Tuntung Tulus antara lain:

  • Gerakan melangkah pelan: Penari melakukan gerakan melangkah dengan perlahan dan penuh keikhlasan, melambangkan perjalanan hidup yang tulus.
  • Gerakan tangan lembut: Tangan penari bergerak lembut, melambangkan rasa syukur dan keikhlasan dalam menerima segala berkah yang diberikan oleh alam dan leluhur.
  • Gerakan berputar: Sesekali penari berputar dalam gerakannya, yang melambangkan siklus kehidupan yang terus berjalan, dari masa ke masa, dengan segala lika-likunya.

Tarian ini umumnya dilakukan secara kelompok, dengan gerakan yang serempak dan harmonis, mencerminkan kebersamaan dan rasa persatuan di antara para penari.

5. Busana Tari

Busana yang dikenakan dalam Tari Tuntung Tulus merupakan pakaian adat khas masyarakat Dayak Kanayatn. Beberapa elemen busana tersebut antara lain:

  • Baju tradisional Dayak: Penari mengenakan pakaian adat Dayak yang terbuat dari bahan kain tradisional, dengan motif khas Dayak yang menggambarkan kebudayaan dan filosofi kehidupan masyarakat Dayak Kanayatn.
  • Aksesoris manik-manik: Penari juga mengenakan kalung, gelang, dan hiasan kepala yang terbuat dari manik-manik warna-warni, yang melambangkan kekayaan dan keindahan budaya Dayak.
  • Ikat kepala: Ikat kepala yang dipakai oleh penari pria dan wanita menambah kesan tradisional yang kuat dalam tarian ini.

Mengenal Tarian Tradisional dari Kalimantan Timur, Tari Belian Bawo

Indonesia terkenal dengan beragam tarian tradisional yang berasal dari berbagai provinsinya. Artikel ini akan membahas mengenai Sejarah Tari Belian Bawo, Makna Tari Belian Bawo Properti dan gerakan, serta busana yang dipakai oleh penarinya.

Tari Belian Bawo merupakan salah satu tarian tradisional dari Kalimantan Timur yang berasal dari masyarakat suku Dayak. Tarian ini memiliki akar dalam ritual penyembuhan tradisional suku Dayak, yang dikenal sebagai upacara Belian.

Tari Belian Bawo biasanya dibawakan oleh dukun atau pawang dalam upacara adat untuk menyembuhkan penyakit, mengusir roh jahat, atau memohon perlindungan dari roh leluhur.

1. Sejarah Tari Belian Bawo

Tari Belian Bawo memiliki sejarah yang sangat erat dengan praktik kepercayaan animisme masyarakat Dayak di Kalimantan Timur sebelum masuknya pengaruh agama-agama besar seperti Islam dan Kristen.

Tarian ini berasal dari upacara penyembuhan atau ritual pengobatan tradisional yang dilakukan oleh dukun Dayak yang disebut Belian. Dalam upacara ini, dukun memanggil roh leluhur untuk meminta bantuan dalam menyembuhkan penyakit atau mengusir roh jahat yang diyakini menyebabkan malapetaka.

Seiring dengan waktu, Tari Belian Bawo tidak hanya dilakukan dalam konteks ritual, tetapi juga ditampilkan sebagai bagian dari festival budaya untuk melestarikan warisan adat.

2. Makna Tari Belian Bawo

Makna Tari Belian Bawo sangat terkait dengan kepercayaan spiritual masyarakat Dayak. Tarian ini merupakan sarana komunikasi antara manusia dan dunia roh. Gerakan-gerakan dalam tarian ini dipercaya dapat memanggil roh leluhur dan menjembatani manusia dengan alam gaib.

Tujuan utama dari Tari Belian Bawo adalah untuk memohon kesembuhan, perlindungan, serta mengusir energi negatif. Dalam konteks ritual penyembuhan, tarian ini juga berfungsi untuk memberikan ketenangan batin kepada orang yang sakit atau mengalami masalah spiritual.

3. Properti yang Digunakan

Tari Belian Bawo melibatkan penggunaan beberapa properti tradisional yang memiliki nilai sakral, di antaranya:

  • Gong dan gendang: Musik yang mengiringi tarian ini berasal dari instrumen tradisional seperti gong dan gendang. Suara musik dipercaya dapat menarik perhatian roh-roh leluhur dan menjaga ritme tarian tetap sakral.
  • Pohon dedaunan: Dalam beberapa variasi upacara, dedaunan atau tanaman yang dianggap sakral digunakan oleh dukun sebagai bagian dari ritual penyembuhan.
  • Sampar atau pedang: Dukun atau penari sering menggunakan sampar (pedang tradisional) sebagai simbol kekuatan spiritual untuk mengusir roh-roh jahat.

4. Gerakan Tari

Gerakan dalam Tari Belian Bawo sangat khas dan mendalam, mencerminkan proses penyembuhan spiritual. Beberapa gerakan khas dalam tari ini adalah:

  • Gerakan memanggil roh leluhur: Gerakan ini dilakukan dengan tangan yang bergerak melambai-lambai, seolah-olah memanggil roh untuk datang dan membantu dalam ritual.
  • Gerakan mengusir roh jahat: Tarian ini juga mengandung gerakan yang menyerupai aksi mengusir roh jahat, di mana penari bergerak dengan lebih cepat dan tegas.
  • Gerakan melingkar: Penari seringkali menari dalam formasi melingkar, yang dianggap sebagai simbol keabadian dan perlindungan dari energi negatif.

Gerakan-gerakan ini dilakukan secara perlahan dan berulang, mengikuti irama musik yang penuh dengan nuansa magis.

5. Busana Tari

Busana yang digunakan dalam Tari Belian Bawo sangat dipengaruhi oleh pakaian adat suku Dayak. Penari dan dukun yang membawakan tarian ini mengenakan pakaian adat yang khas, di antaranya:

  • Baju berbahan kulit kayu: Penari mengenakan baju tradisional yang terbuat dari kulit kayu atau kain tenun dengan motif Dayak yang khas. Busana ini biasanya dihiasi dengan manik-manik dan hiasan yang melambangkan hubungan dengan alam.
  • Hiasan kepala (tangkai atau topi tradisional): Penari dan dukun sering mengenakan hiasan kepala yang terbuat dari bulu burung atau tanduk binatang. Hiasan ini memiliki makna spiritual sebagai simbol kekuatan dan perlindungan.
  • Kalung dan gelang manik-manik: Manik-manik warna-warni yang menjadi bagian dari pakaian adat Dayak sering digunakan sebagai aksesoris, melambangkan keindahan dan kekayaan budaya Dayak.

Mengenal Tari Babangsai, tarian Tradisional dari Provinsi Kalimantan Tengah

Indonesia terkenal dengan beragam tarian tradisional yang berasal dari berbagai provinsinya. Artikel ini akan membahas mengenai Sejarah Tari Babangsai, Makna Tari Babangsai Properti dan gerakan Tari Babangsai, serta busana yang dipakai oleh penarinya.

Tari Babangsai adalah tarian tradisional dari Kalimantan Tengah yang berasal dari suku Dayak Ngaju. Tarian ini merupakan salah satu tarian khas yang biasa ditampilkan dalam berbagai upacara adat dan acara budaya, terutama dalam acara yang berkaitan dengan kesenian Dayak.

Tari Babangsai dibawakan oleh para wanita suku Dayak Ngaju dengan gerakan yang anggun, menggambarkan kelembutan dan keindahan budaya Dayak.

1. Sejarah Tari Babangsai

Tari Babangsai berasal dari tradisi masyarakat Dayak Ngaju, suku asli Kalimantan Tengah. Sejarahnya erat kaitannya dengan kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Dayak.

Pada awalnya, tarian ini dipentaskan dalam upacara adat atau ritual keagamaan yang dilakukan oleh suku Dayak untuk menghormati roh leluhur atau dalam acara-acara penting seperti perayaan panen dan penyambutan tamu kehormatan.

Seiring waktu, tarian ini berkembang menjadi simbol budaya yang dipentaskan dalam acara-acara non-ritual sebagai bentuk pelestarian seni tradisional Dayak.

2. Makna Tari Babangsai

Tari Babangsai mengandung makna simbolis yang dalam bagi masyarakat Dayak Ngaju. Gerakan dalam tarian ini melambangkan keanggunan, kebersamaan, dan keharmonisan dengan alam.

Tari Babangsai juga sering dianggap sebagai ungkapan syukur dan penghormatan kepada alam serta roh leluhur yang diyakini melindungi dan memberikan berkah bagi masyarakat Dayak. Tarian ini juga bisa diartikan sebagai ekspresi rasa bahagia dan kegembiraan, terutama saat acara perayaan atau pesta adat.

3. Properti yang Digunakan

Tari Babangsai tidak memerlukan banyak properti, tetapi ada beberapa elemen yang sering digunakan untuk memperkuat kesan tradisional, antara lain:

  • Selendang: Penari membawa selendang yang digunakan dalam berbagai gerakan tarian. Selendang ini melambangkan keanggunan dan kecantikan para penari.
  • Kalung manik-manik: Penari biasanya mengenakan aksesori berupa kalung manik-manik khas suku Dayak, yang merupakan bagian penting dari pakaian adat Dayak Ngaju.
  • Hiasan kepala: Beberapa penari juga mengenakan hiasan kepala tradisional yang terbuat dari bulu burung atau manik-manik, yang memberikan kesan indah dan melambangkan hubungan spiritual dengan alam.

4. Gerakan Tari

Gerakan dalam Tari Babangsai didominasi oleh gerakan tangan dan kaki yang lembut serta berirama, menggambarkan kelembutan dan keanggunan para wanita Dayak. Beberapa gerakan khas dalam tarian ini meliputi:

  • Gerakan Melenggok: Penari sering kali melenggokkan badan dengan lembut mengikuti alunan musik tradisional, menciptakan kesan anggun dan indah.
  • Gerakan Tangan Berirama: Tangan penari bergerak dengan halus, mengayunkan selendang dengan pola gerakan yang teratur, melambangkan keseimbangan dan keharmonisan.
  • Gerakan Berputar: Dalam beberapa bagian tarian, penari berputar perlahan sembari melenggokkan tubuh, menciptakan gerakan yang halus namun memikat.

Keseluruhan gerakan tari ini menonjolkan kelembutan yang berpadu dengan irama musik tradisional yang tenang dan syahdu.

5. Busana Tari

Busana yang dikenakan oleh penari Tari Babangsai mencerminkan keindahan dan keunikan budaya Dayak Ngaju. Penari mengenakan pakaian adat yang terbuat dari bahan alami dan dihiasi dengan motif-motif khas Dayak. Beberapa elemen busana dalam tarian ini antara lain:

  • Baju Tradisional Dayak: Penari mengenakan baju adat khas Dayak yang terbuat dari kulit kayu atau kain tenun dengan corak yang melambangkan kekayaan budaya dan alam Dayak.
  • Selendang: Selendang yang dipakai oleh penari sering kali berwarna cerah dan digunakan dalam gerakan tari untuk memperkuat visualisasi gerakan.
  • Aksesori Manik-manik: Penari juga mengenakan berbagai aksesori tradisional seperti kalung, gelang, dan hiasan kepala yang terbuat dari manik-manik berwarna-warni, yang merupakan ciri khas pakaian adat Dayak Ngaju.

Simak Sejarah dan Makna Tari Jepen dari Kalimantan Timur

Indonesia terkenal dengan beragam tarian tradisional yang berasal dari berbagai provinsinya. Artikel ini akan membahas mengenai Sejarah Tari Jepen, Makna Tari Jepen Properti dan gerakan Tari Jepen, serta busana yang dipakai oleh penarinya.

Tari Jepen adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Kalimantan Timur dan dipengaruhi oleh budaya Melayu serta agama Islam. Tari ini sering dikaitkan dengan upacara adat dan kegiatan sosial di masyarakat Kalimantan Timur, khususnya oleh suku Kutai dan Banjar. Tarian ini memiliki gerakan yang dinamis dan atraktif, diiringi dengan musik tradisional yang dikenal sebagai Gamelan Jepen.

1. Sejarah Tari Jepen

Tari Jepen awalnya berasal dari tradisi Melayu yang menyebar ke wilayah pesisir Kalimantan Timur melalui kontak perdagangan dan budaya antara masyarakat Melayu, Banjar, dan Kutai. Pengaruh agama Islam sangat kuat dalam perkembangan tarian ini, terutama pada musik pengiring dan busana yang dikenakan penari. Awalnya, tarian ini dibawakan dalam acara-acara keagamaan dan adat istiadat, tetapi seiring waktu, Tari Jepen juga mulai digunakan dalam berbagai acara hiburan dan perayaan daerah.

2. Makna Tari Jepen

Tari Jepen memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan kebersamaan, keharmonisan, dan penghormatan terhadap tradisi dan nilai-nilai Islam. Dalam konteks budaya Melayu dan suku Kutai, Tari Jepen melambangkan ekspresi kegembiraan dan syukur, terutama dalam acara perayaan keagamaan, seperti Maulid Nabi atau acara penyambutan tamu kehormatan. Gerakan-gerakan dalam tarian ini mencerminkan keanggunan dan keharmonisan dalam kehidupan sosial masyarakat.

3. Properti yang Digunakan

Tari Jepen tidak memerlukan banyak properti, tetapi beberapa alat musik tradisional sangat penting dalam pengiringan tarian ini, yaitu:

  • Gamelan Jepen: Instrumen musik tradisional yang digunakan untuk mengiringi Tari Jepen, terdiri dari berbagai alat musik seperti gambus, gendang, dan biola. Musik pengiring ini memberi ritme pada tarian dan menciptakan suasana yang meriah.
  • Kain Selendang: Dalam beberapa variasi Tari Jepen, penari membawa kain selendang yang digunakan dalam gerakan tari untuk mempercantik penampilan dan menambah nilai estetis.

4. Gerakan Tari

Gerakan dalam Tari Jepen terinspirasi dari budaya Melayu dan Islam, sehingga gerakannya lebih anggun dan sopan. Beberapa gerakan khas dalam tarian ini antara lain:

  • Gerakan kaki yang dinamis: Penari sering menggunakan gerakan kaki yang cepat dan dinamis, dengan lompatan kecil, yang memberikan kesan energik dan atraktif.
  • Gerakan tangan: Gerakan tangan penari dalam Tari Jepen sangat halus dan teratur, sering kali mengikuti irama musik pengiring, memperkuat keanggunan tarian ini.
  • Formasi berpasangan: Dalam banyak penampilan Tari Jepen, penari pria dan wanita menari secara berpasangan, yang melambangkan kerjasama dan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat.

Gerakan-gerakan dalam tarian ini meski dinamis tetap menjaga unsur kelembutan dan kesopanan, sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang diajarkan dalam tradisi Melayu dan Islam.

5. Busana Tari

Busana yang dikenakan dalam Tari Jepen sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu dan adat Islam, yang identik dengan kesopanan dan keanggunan. Beberapa elemen busana yang biasanya dikenakan oleh penari Tari Jepen adalah:

  • Baju Kurung: Penari wanita mengenakan baju kurung panjang yang longgar dan tertutup. Pakaian ini sering kali dihiasi dengan bordiran atau motif tradisional.
  • Celana Panjang dan Songkok: Penari pria biasanya mengenakan celana panjang dan baju longgar, dilengkapi dengan songkok atau kopiah di kepala sebagai simbol adat Melayu.
  • Selendang: Baik penari pria maupun wanita sering menggunakan selendang yang dikenakan di bahu atau dibawa saat menari, sebagai bagian dari aksesoris yang memperindah gerakan.

Busana dalam Tari Jepen tidak hanya mencerminkan keindahan tetapi juga mencerminkan kesopanan dan kesederhanaan yang menjadi ciri khas budaya Melayu dan Islam.

Mengenal Tari Hudog, Tarian Tradisional dari Provinsi Kalimantan Timur

Indonesia terkenal dengan beragam tarian tradisional yang berasal dari berbagai provinsinya. Artikel ini akan membahas mengenai Sejarah Tari Hudog, Makna Tari Hudog Properti dan gerakan Tari Hudog, serta busana yang dipakai oleh penarinya.

Tari Hudog adalah tarian tradisional khas suku Dayak Bahau dan Modang dari Kalimantan Timur yang memiliki hubungan erat dengan kepercayaan animisme. Tarian ini terkenal dengan topeng kayu yang digunakan oleh penarinya, yang disebut Hudog, yang menggambarkan sosok roh atau makhluk gaib dalam kepercayaan masyarakat Dayak. Tari Hudog berfungsi sebagai bagian dari ritual adat, terutama dalam upacara panen, dan memiliki makna spiritual yang mendalam, yaitu memohon berkat kepada para dewa atau roh agar diberikan hasil panen yang melimpah.

1. Sejarah Tari Hudog

Tari Hudog berasal dari suku Dayak Bahau dan Modang yang hidup di sekitar wilayah Kalimantan Timur. Tarian ini awalnya dilakukan dalam upacara ritual keagamaan yang bertujuan untuk mengusir roh jahat dan memohon berkah dari roh leluhur dan dewa-dewa alam. Tari Hudog sering dipentaskan saat upacara adat seperti Upacara Tiwah (upacara kematian) dan Upacara Hudoq Pekayang, yang merupakan ritual syukur setelah masa panen. Tari ini juga menjadi simbol hubungan erat antara manusia dan alam, serta kepercayaan kepada kekuatan spiritual.

2. Makna Tari Hudog

Tari Hudog memiliki makna spiritual yang kuat dalam budaya Dayak. Melalui tarian ini, masyarakat Dayak berharap untuk menjalin komunikasi dengan roh nenek moyang dan roh-roh penjaga alam yang diyakini dapat memberikan perlindungan serta kemakmuran. Hudog, atau topeng yang digunakan oleh para penari, dipercaya sebagai perwujudan dari roh-roh tersebut. Selain itu, tarian ini juga berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat dan melindungi masyarakat dari malapetaka.

3. Properti yang Digunakan

Beberapa properti yang digunakan dalam Tari Hudog meliputi:

  • Topeng Hudog: Topeng kayu besar yang merupakan ciri khas dari tarian ini. Topeng tersebut sering kali memiliki bentuk wajah yang menakutkan, dengan gigi tajam dan mata melotot, yang dimaksudkan untuk menggambarkan roh-roh pelindung atau penjaga.
  • Tombak: Penari biasanya membawa tombak atau senjata tradisional lainnya yang melambangkan kekuatan dan keberanian dalam menghadapi roh-roh jahat.
  • Lonceng atau Gelang Logam: Beberapa penari mengenakan gelang atau lonceng logam di kaki dan tangan mereka, yang menghasilkan bunyi berirama saat mereka bergerak, menambah kesan mistis pada tarian ini.

4. Gerakan Tari

Gerakan dalam Tari Hudog cenderung tegas dan energik, dengan pola yang menyerupai gerakan hewan atau makhluk-makhluk mitologis. Beberapa gerakan utama dalam tarian ini antara lain:

  • Gerakan Melompat: Penari sering kali melompat dengan gerakan cepat dan berulang, yang melambangkan semangat dan kekuatan roh-roh yang mereka wujudkan.
  • Gerakan Mengayunkan Senjata: Penari juga mengayunkan senjata mereka, seperti tombak atau pedang, sebagai simbol perlawanan terhadap roh-roh jahat yang mencoba mengganggu masyarakat.
  • Gerakan Berputar: Gerakan berputar dengan ritme yang cepat dilakukan untuk menciptakan suasana dinamis dan mistis, yang diyakini mampu membangkitkan kekuatan spiritual.

Gerakan-gerakan dalam tarian ini sangat ekspresif dan berfokus pada kekuatan fisik, sesuai dengan tema tarian yang berkaitan dengan roh-roh penjaga dan perlindungan dari ancaman gaib.

5. Busana Tari

Busana yang dikenakan oleh penari dalam Tari Hudog sangat khas dan penuh makna spiritual. Elemen-elemen busana tersebut meliputi:

  • Pakaian berbahan serat alami: Penari mengenakan pakaian tradisional yang terbuat dari kulit kayu atau serat alami lainnya, yang melambangkan hubungan mereka dengan alam.
  • Hiasan Bulu: Bulu-bulu burung dipakai sebagai bagian dari kostum, terutama pada bagian kepala dan tangan, yang melambangkan kekuatan dan keberanian. Burung sering dianggap sebagai perwujudan roh pelindung dalam kepercayaan Dayak.
  • Aksesori Kayu dan Manik-manik: Penari mengenakan aksesoris seperti kalung dan gelang yang terbuat dari kayu dan manik-manik berwarna-warni, yang merupakan ciri khas masyarakat Dayak dan melambangkan keberanian serta kesucian.

Sifat Gula Pasir yang Penting Diketahui

0

Diabetes dan kadar gula tinggi kini menjadi perbincangan hangat, terutama di kalangan orang berusia 50 tahun ke atas. Banyak dari mereka yang mulai menghindari makanan dan minuman manis serta mengurangi konsumsi nasi putih, yang dikenal memiliki kadar gula cukup tinggi, terutama saat masih panas.

Pengaruh Pemanasan pada Gula Pasir

Salah satu sifat penting gula pasir adalah ketika dipanaskan, gula akan meleleh dan berubah menjadi karamel. Proses ini dikenal sebagai Glycation, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan, menyebabkan peningkatan lemak, kolesterol, dan asam urat.

Lemak yang terikat oleh glycation dapat membentuk gumpalan yang menyumbat aliran darah dari jantung, meningkatkan risiko serangan jantung. Selain itu, karamel gula yang mengeras dapat mengkristal di sendi, menyebabkan asam urat.

Hindari Minuman Manis

Sangat dianjurkan untuk menghindari minuman manis seperti Coca-Cola, Sprite, Fanta, dan Kratingdaeng, terutama setelah makan, karena dapat meningkatkan kadar kolesterol. Kelebihan konsumsi gula, yaitu lebih dari 100 gram per hari, dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi kemampuan sel darah putih dalam melawan infeksi, dan meningkatkan peradangan yang berisiko menyebabkan penyakit jantung, stroke, obesitas, bahkan kanker.

Cara Memasak Nasi yang Baik

Salah satu cara memasak nasi yang baik adalah dengan mencuci beras dari kiri ke kanan sambil membaca sholawat. Setelah itu, berdoalah agar nasi yang dimasak diberi berkah dan kesehatan. Melakukan ritual ini secara konsisten dipercaya akan mendatangkan keberkahan dalam rezeki dan kesehatan keluarga.

Mengapa Dari Kiri ke Kanan?

Mencuci beras dari kiri ke kanan sejalan dengan tradisi thawaf di Kabbah, yang berputar berlawanan arah jarum jam. Selain itu, banyak tanaman merambat yang bergerak dari kiri ke kanan. Setelah mencuci beras, masukkan ke dalam air mendidih tanpa menutup panci untuk menghilangkan klorin.

Penyimpanan Nasi

Nasi yang dimasak sebaiknya tidak disimpan dalam rice cooker lebih dari 6 jam, karena bisa memicu risiko diabetes dan kanker. Nasi yang dikonsumsi lebih baik dalam keadaan dingin, karena kadar gula dalam nasi dingin lebih rendah.

Namun, jangan simpan nasi di tempat dingin dalam waktu lama, karena bakteri dapat berkembang biak dengan cepat. Cara aman untuk menghangatkan nasi adalah dengan merebus sedikit air, lalu menambahkan nasi sisa hingga hangat tanpa membuatnya lembek.

Dengan memperhatikan cara memasak dan menyimpan nasi, kita dapat menjaga kesehatan keluarga dengan lebih baik. (*)