Beranda blog Halaman 3319

Lestarikan Budaya Baca, ITS Bangun Kampung Literasi

Anak-anak yang mendapatkan donasi buku dari ITS Surabaya (FOTO:Ist.)

 

Surabaya,FAJARPENDIDIKAN.co.id -Ramainya pemakaian gawai (gadget) pada anak- anak saat ini menyebabkan minat baca mereka semakin menurun. Untuk menanggulangi hal tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bersiap mengembangkan sebuah Kampung Literasi.

Dengan mengelola lima wilayah Taman Baca Masyarakat (TBM), program ini turut menjadi bentuk pengabdian ITS pada masyarakat sekitar.

Ketua pelaksana, Dr Kartika Nuswantara SPd MPd menjelaskan, program yang bernama Kampung Literasi sebagai laboratorium pembelajaran sepanjang hayat ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Pusat Studi Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (PDPM)-LPPM ITS, Perpustakaan ITS dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya.

Program yang akan dilaksanakan selama lima minggu dan dimulai pada 16 Juli ini memiliki tujuan untuk mendorong terjadinya pembiasaan masyarakat terhadap aktivitas membaca berbagai jenis teks atau wacana, serta melakukan pemberdayaan TBM sesuai dengan kebutuhan.

Sehingga diharapkan kegiatan ini akan menjadi cikal bakal terbentuknya laboratorium belajar di TBM kawasan sekitar ITS.

Sesuai usulan Perpustakaan Kota Surabaya, lima TBM yang dikelola yaitu TBM RW 3 Keputih, TBM Kelurahan Kejawan Putih Tambak, TBM Rusunawa Keputih, TBM RW 4 Kejawan Putih Tambak, dan TBM RW 1 Gebang Putih. Sedangkan kegiatan pertama sekaligus menjadi acara pembuka dimulai di TBM RW 3 Keputih.

“Tim pengabdi yang terdiri dari dosen, karyawan, mahasiswa lintas departemen di ITS tersebut akan melakukan pendampingan literasi kepada sekitar 100 anak usia 7-12 tahun,” papar perempuan berkacamata tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, tim pengabdi ITS juga memberikan sejumlah donasi berupa karpet, papan tulis, perlengkapan majalah dinding, kipas angin, paket buku baru, serta buku bekas layak baca yang merupakan sumbangan civitas akademika ITS.

“Anak-anak terlihat sangat bersemangat membaca buku-buku donasi dari ITS,” tambahnya.

Berbeda dengan pengabdian yang dilaksanakan di kawasan Dolly tahun lalu, Kampung Literasi ITS ini menekankan pada pembudayaan membaca nyaring.

Hal ini dilakukan untuk membuat kegiatan yang menyenangkan guna melatih kebiasaan mendengar pada anak, meningkatkan kejelasan pelafalan membaca, sekaligus membangun interaksi antar kedua pihak.

“Jika silent mereka pasti sibuk sendiri, sedangkan read aloud minimal dua orang yang melakukan,” jelas dosen bahasa Inggris itu.

Kartika, sapaan akrabnya, menambahkan, selain itu membaca nyaring dinilai penting untuk membentuk dan menanamkan nilai moral pada anak. Meyakini prinsip lebih cepat lebih baik, membaca nyaring akan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk menyimpan informasi di memori jangka panjang.

“Dengan begini kita sebagai orang tua akan melatih mereka menjadi generasi yang lebih baik,” tuturnya.

Untuk menumbuhkan kecintaan pada TBM yang semakin meredup, Kampung Literasi pun didukung oleh program reproduksi cerita. Di sini pengunjung yang mayoritas anak-anak itu akan membaca, menceritakan dan kemudian menuliskan cerita baru sesuai dengan informasi yang mereka terima. Selain itu direncanakan ITS ikut andil dalam membantu penerbitan karya tersebut.

“Ini bisa mendorong perasaan bangga usai menghasilkan karya,” ucap wanita asal Surabaya tersebut.

Program yang berhasil mengumpulkan 500 buku sumbangan dalam sebulan ini juga berkesempatan memamerkan karya yang telah diterbitkan pada kegiatan open house Perpustakaan bulan September nanti. Untuk memeriahkan acara tersebut mereka juga akan mengunang salah satu komunitas menulis di Surabaya.

“Agenda open house nanti ada pameran novel anak, pemberian hadiah pada karya terbaik juga cerdas cermat untuk anak,” pungkasnya.

Reporter : Ahadri

Pelepasan Sejumlah Mahasiswa Unhas Mengikuti ENJ di Pulau Sembilan

Acara pelepasan peserta Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) yang diberangkatkan ke Pulau Sembilan, Sinjai.(Foto: Ist.)
Acara pelepasan peserta Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) yang diberangkatkan ke Pulau Sembilan, Sinjai.(Foto: Ist.)

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim, Dr Ir Safri Burhanuddin, DEA secara resmi melepas peserta Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) Universitas Hasanuddin Makassar (Unhas) yang akan berangkat ke Pulau Sembilan Sinjai, di Aula Prof Syukur Abdullah FISIP Unhas Senin (16/7/2018).

Acara dibuka secara resmi oleh Ketua LP2M Unhas, Prof Dr Ir La Ode Asrul, MP dilanjutkan dengan pelepasan secara simbolik oleh Deputi IV. Acara diakhiri dengan pembekalan oleh Ketua Panitia ENJ se-Indonesia, Kadis Parawisata dan Kebudayaan Sinjai dan Camat Pulau Sembilan Sinjai.

Dalam sambutannya, Burhanuddin menyampaikan Ekspedisi Nusantara Jaya merupakan sutu bentuk kehadiran negara dalam membangun pulau-pulau terluar yang disalurkan melalui mahasiswa dari Universitas-Universitas pilihan.

“Di sana banyak potensi yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, kehadiran mahasiswa disana diharapkan dapat membantu menggali potensi yang ada agar keadaan semakin lebih baik,” terangnya

Lokasi yang menjadi sasaran Tim ENJ Unhas mendapat dukungan besar dari pria asal Sinjai Selatan tersebut karena mengaku memiliki pengalaman berharga di sana.

“Saya berharap agar Tim ENJ Unhas dapat menggali permasalahan yang ada di sana dan memberikan solusinya. Agar nantinya masyarakat dapat mandiri,” harapnya.

“Pulau Sembilan merupakan tempat yang memiliki kekayaan ikan berlimpah. Saya masih ingat betul tahun 1988 pada saat saya kesana, kami menikmati ikan yang berlimpah, hanya dengan menggunakan lampu strongking kita dapat menombak ikan di malam hari pada saat air surut,” kenangnya.

Ia juga mengatakan sampai saat ini sampah merupakan permasalahan utama yang telah banyak merusak ekosistem.

Untuk itu, Burhanuddin menantang peserta ENJ Unhas agar mampu mengatasi permasalahan tesebut. “Saya akan datang di sana ketika ada perubahan besar yang mampu diperbuat oleh tim ENJ Unhas,” tantangnya.

Sementara itu, Kadis Parawisata dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai, Yuhadi Samad, M Si memaparkan sejarah Sinjai dan potensi parawisata yang ada di Sinjai. Secara khusus dipaparkan rencana pembangunan parawisata yang ada di Pulau Sembilan, mahasiswa diharapkan mampu besinergi.

Terakhir pembekalan diisi oleh Camat Pulau Sembilan, A Adityawarman AP, S STP., M Adm KP yang menanggapi pengalaman Burhanuddin terkait perkiraannya mengenai kondisi Pulau Sembilan.

“Pulau Sembilan Sinjai tidak sama dengan tahun 1988. Pulau Sembilan yang sekarang telah mengalami krisis ekosistem akibat penggunaan alat tangkap ilegal (bom dan bius). Sekarang orang dari Pulau Sembilan harus membeli ikan di kota Sinjai (di pelalangan) untuk mendapatkan ikan,” bebernya.

Ia juga banyak menyinggung mengenai keadaan masyarakat yang belum menyadari pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. “Ini merupakan tantangan mahasiswa Unhas agar mampu membantu mengatasi persoalan yang ada,” tutupnya. (FP)

 

Dosen Unibos dan Masyarakat Katomporang Juga Kembangkan Selai Salak

Proses pembuatan selai salak hasil pengembangan dari Dosen Unibos dan Masyarakat Katomporang, Pinrang. (FOTO:Ist)

 

Pinrang, FAJARPENDIDIKAN.co.id
Sebagai salah satu kegiatan pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya bidang Pengabdian Masyarakat, Dosen Universitas Bosowa (Unibos) kini bantu warga Desa Katomporang Kabupaten Pinrang untuk membuat selei salak, Kamis (19/07/2018).

Selain selai tomat, Dosen Unibos juga mengembangkan selai dari buah salak, selai salak yang dibuat sebagai brand pertama desa yang disapa sebagai lumbung salak ini dikoordinir oleh Dr. Abd. Haris Hamid (Dosen Fakultas Hukum Unibos sekaligus Wakil Rektor III) bersama Arief Wicaksono, S.Ip.,MA (Dosen dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unibos).

Pembuatan selai salak sebagai diversifikasi buah salak dipilih warga setempat sebagai salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Pinrang dengan luas lahan 150hm khusus dikelolah untuk pengembangan salak.

Wakil Rektor III Unibos, Dr. Abd. Haris Hamid mengungkapkan bahwa desa Katomporang memang memiliki potensi besar untuk diberikannya inovasi pengembangan salak.

“Sumber daya alam memang melimpah tetapi petani salak masih kurang mengembangkan potensinya dalam pengolahan salak. Sebab salak selama ini hanya dijual gelondongan yang kualitasnya hanya mampu bertahan beberapa minggu saja,” katanya.

“Sebagai civitas akademika memang kami memiliki kewajiban untuk membantu pengembangan potensi masyarakat. Bukan buah salak yang dipetik langsung jual tetapi ada perubahan terhadap kualitas dan nilai jualnya,” tambahnya.

Selain buah salak yang dapat diolah menjadi selai, juga dapat diolah menjadi makanan lainnya termasuk dodol salak, manisan salak, sebagai bahan kue, dan biji salak yang dapat dijadikan kopi khas.

Untuk selai salak hanya membutuhkan bahan gula dan jeruk nipis yang diproses selama lima jam dan dapat bertahan selama enam bulan lamanya.

Kepala Desa Katomporang menuturkan harapannya terhadap keberlanjutan program ini bisa dijadikan ini deklarasi Desa Katomporang sebagai desa salak.

Kami berharap juga dengan salak yang begitu melimpah disini bisa dikembangkan dalam rangka membantu pendapatan ekonomi masyarakat disni,” kata Rustam selaku Kepala Desa Katomporang.

Reporter : Ahadri

Sekda Barru Resmi Dikukuhkan Jadi Sekum Forsesdasi di Sulsel

0


Barru, FAJARPENDIDIKAN.co.id -Sekda Barru, Ir H Nasruddin AM MSi hadiri acara rapat koordinasi bidang pelaksanaan dan rapat kerja sekretaris Daerah Kab/Kota serta pengukuhan pengurus Forsesdasi (Forum Sekretaris Daerah Seluruh Indonesia) Komisariat Sulawesi Selatan masa bakti 2018-2021.

Hadir dalam acara Pj Gubernur Sulawesi Selatan, Pj Sekertaris Provinsi (Sekprov) Sulawesi Selatan, Asisten Deputi III Kemenpan RB, sekda seluruh Sulsel.

Pada acara tersebut Sekda Kab. Barru dilantik menjadi sekretaris umum (Sekum) Forsesdasi.

Berlangsung di ruang rapat pimpinan, Kamis (19/07).

PJ.Gubernur Sulsel, Sumarsono dalam sambutannya berharap dengan pengukuhan Forsesdasi komisariat Sulsel akan menjadi wadah Pemerintah dalam meningkatkan layanan publik serta percepatan pemerintahan di Sulawesi Selatan

Selain itu, “kami berharap agar inovasi-inovasi pelayanan publik lahir dari pemikiran-pemikiran baru, Sekda menjadi garda terdepan dalam menjalankan gerbong inovasi terlebih di kabupaten/kota sehingga masyarakat kita bisa merasakan secara langsung program-program pemerintah terlebih Kepala Daerah,” pungkasnya.

Reporter: Abd Latif Ahmad

1000 Kado untuk Anak Indonesia

Komunitas Kampung Dongeng

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Kampung Dongeng (Kado) didirikan oleh Awam Prakoso pada tahun 2009 di Ibu Kota Indonesia, Jakarta. Namun tak hanya berhenti di Jakarta, karena Kampung Dongeng ini lahir dengan misi membangun 1000 Kampung Dongeng di seluruh tanah air. Dan hingga hari ini, sudah ada 88 titik yang terbentuk dari Aceh sampai Jayapura. Kampung Dongeng hadir di Sulawesi Selatan, Makassar tiga tahun kemudian. Tepatnya di tahun 2011.

Di awal berdiri, Awam hanya sendiri. Namun seiring waktu, Kampung Dongeng sering melakukan pelatihan-pelatihan untuk membentuk kader dan relawan dongeng. Seiring berjalannya waktu, maka semakin banyaklah anggotanya tak terkecuali di Makassar pun demikian.

“Di awal saya bergabung pun demikian. Dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dari Kampung Dongeng pusat, Jakarta. Kemudian menjadi pengisi cerita dunia dongeng di sebuah stasiun radio di Makassar selama tiga tahun,” kenang Rahma, salah seorang relawan Kampung Dongeng Makassar.

Layaknya sebuah jalan, yang tak selamanya lurus dan mulus, begitu juga yang dialami Kampung Dongeng Makassar. Memasuki tahun ketiga, Kampung Dongeng Makassar akhirnya vakum.

Vakumnya Kampung Dongeng Makassar disebabkan padatnya aktivitas para relawannya yang didominisasi oleh beberapa guru TK. “Seiring berjalanannya waktu, karena kerjaan yang juga membutuhkan konsentrasi, serta relawannya dari kaum ibu-ibu yang tiap akhir pekan harus menjalankan tugas seorang ibu rumah tangga, maka perlahan-lahan, satu per satu dari mereka mundur,” ungkap Rahma yang juga merupakan guru di salah satu TK swasta.

Memasuki tahun 2016, Kampung Dongeng Makassar kembali bangkit dan berbenah. Kembali memberikan kepada siapa saja yang ingin menjadi relawan, tak terkecuali kaum muda mudi. Sehingga saat ini sudah memiliki enam tim relawan yang bergabung dan aktif.

“Bersama beberapa relawan yang mulai mau bergabung, akhirnya kami mencoba terus untuk bergerak kembali menceritakan anak-anak melalui dongeng-dongeng kami. Baik itu di hari minggu yang khusus dipilih ataupun menghadiri undangan-undangan. Bahkan kami sekarang sudah bekerjasama dengan pihak perpustakaan kota Makassar dalam dongeng keliling sekolah bersama mobil perpusling (perpustakaan keliling),” jelas Rahma.

Di sini, sambung Rahma, mungkin Kampung Dongeng Makassar butuh sosok-sosok relawan yang betul-betul sangat peduli dengan anak-anak. Lebih dari pada pedulinya seorang guru di sekolah. Namun mampu memberikan kreasinya untuk semua anak-anak tak terkecuali.

Media Berimajinasi

Rahma mengatakan, dongeng bisa menjadi media bagi anak untuk berimajinasi belajar tentang nilai kebaikan, mengenal budaya, mengembangkan kemampuan berbahasa, kreativitas dan pikiran, cerdas emosional, membangun empati dan minat baca serta melatih daya ingat anak.

Hal itu juga yang membuat Rahma tertarik untuk bergabung dengan Kampung Dongeng Makassar. “Saya bergabung karena memang dasarnya senang dengan anak-anak. Senang dengarnya kalau mereka tertawa lepas dan senang jika diakhir cerita, mereka merasakan sesuatu yang mampu membangkitkan perasaan mereka yang kemudian akan menginspirasi pikiran dan tindakan mereka di kemudian hari,” jelas Rahma.

Oleh sebab itu, misi 1000 Kampung Dongeng di seluruh Indonesia dirancang bukanlah tanpa tujuan. Awam, yang merupakan aktor utama lahirnya Kampung Dongeng menyisipkan mimpi besar dibalik misi 1000 Kampung Dongeng di Indonesia yaitu, ingin mengajak banyak orang yang tertarik untuk bergabung sehingga lebih banyak lagi anak-anak Indonesia yang bisa dijangkau.

“Lebih banyak lagi anak-anak yang mendengarkan dongeng. Karena dengan mendengarkan dongeng, kita bisa menanamkan karakter-karakter yang baik yang dapat dicontoh dan ditiru. Tanpa anak merasa digurui atau dipaksa mengikuti suatu aturan,” jawab Rahma saat ditanya tujuan dari misi 1000 Kampung Dongeng di Indonesia oleh FAJAR PENDIDIKAN yang menghubunginya melalui whatsapp.

“Karena mendidik anak itu bukan hanya urusan satu keluarga saja, tapi juga urusan satu kampung. Dengan keberadaan  kampung dongeng di setiap wilayah, maka dapat pula menjadi wahana wisata edukasi dan imijinasi yang sangat bermanfaat untuk anak-anak,” tambahnya.

Kegiatan Kado

“Kegiatan sejak dibentuk adalah memberikan wisata imajinasi kepada anak-anak melalui dongeng dan cerita. Mulai dari jadwal bulanan, mendongeng keliling di taman-taman kota Makassar sampai mengisi dongeng di acara atau kegiatan sekolah. Serta bekerjasama dengan beberapa instansi baik pemerintah maupun swasta untuk melakukan roadshow dongeng ke berbagai sekolah, rumah sakit bahkan ke panti-panti asuhan,” paparnya.

Di hari minggu yang telah ditentukan, relawan Kampung Dongeng Makassar biasanya turun ke perkumpulan anak-anak yang ada di TPA atau taman-taman bermain di lingkungan kota Makassar. “Kegiatan rutin biasanya kami memberikan aktivitas senam, berkreasi draf atau baca buku bersama dan ditutup dengan dongeng ceria dari kakak-kakak relawan dongeng,” jelasnya.

Dongeng yang diceritakan bermacam-macam. “Biasanya anak-anak senangnya model fabel.  Namun tak menutup kemungkinan dongeng-dongeng dari cerita nusantara juga sering kami tampilkan, seperti Nenek Pakande, Timun Mas, Putri Tandan Palik, Bawang Merah-Bawang Putih. Kadang pula kami tampil dengan panggung boneka atau kami menggunakan boneka tangan dengan gaya vertilog,” tuturnya.

“Alhamdulillah. Kampung dongeng sudah mulai dikenal di beberapa sekolah-sekolah. Baik TK atau SD dan TPA. Dan relawan kami juga tiap bulan sudah memiliki jadwal dongeng ceria di berbagai tempat di kota Makassar. Meski kami akui, kami masih kekurangan relawan. Sehingga akun sosial media kami kurang aktif karena tidak mampu menjangkau semua hal. Semoga kedepannya kami akan lebih banyak memiliki relawan dongeng yang peduli dengan anak-anak,” ungkapnya.

Meski sudah mulai dikenal, Rahma mengatakan Kampung Dongeng Makassar untuk saat ini tidak menargetkan berapa sekolah yang harus dikunjungi. Para relawan pada saat ini lebih menargetkan berapa taman di kota makassar ini yang harus dikunjungi agar semua anak bisa ceria bersama.

“Karena jika dongeng di sekolah, mungkin mengena langsung ke anak-anak. Tapi kalau di taman-taman kota, yang mendengarkan dongeng bukan hanya anak dan guru, namun orang tua dan yang lainnya juga bisa mendengarkan. Secara tidak langsung, akan memberikan dampak kepada mereka,” bebernya.

“Kami sangat mengharapkan dongeng-dongeng itu didapatkan anak-anak bukan hanya dari relawan dongeng saja. Namun lebih baik lagi jika orang tua sendiri memiliki waktu khusus buat anak mereka,” katanya.

“Harapan saya, semoga kedepan lebih banyak lagi relawan-relawan dongeng yang bergabung dan misi 1000 kampung dongeng terwujud. Pemerintah dan swasta lebih banyak lagi yang mau berkolaborasi bersama dalam membangun anak-anak penerus bangsa ini,” pungkasnya.

Hingga saat ini, Kampung Dongeng Makassar sudah memiliki dua titik kampung dongeng. Kampung Dongeng Lontara dan kampung Dongeng Mardhati. Rahma sendiri diberikan kepercayaan menjadi koordinator Kampung Dongeng Lontara. (FP)

Pulau Barrang Lompo Menuju Pulau Pelajar

Kegiatan mengajar oleh para relawan yang didominasi mahasiswa. (Foto-foto: Ist.)
Kegiatan mengajar oleh para relawan yang didominasi mahasiswa. (Foto-foto: Ist.)

Komunitas Balla Beru

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Masih termasuk dalam wilayah administratif kota Makassar, Pulau Barrang Lompo menjadi salah satu objek wisata bahari yang wajib dikunjungi. Meski Pulau Barrang Lompo telah dipadati rumah penduduk, namun kita masih bisa merasakan kedamaian bila duduk di bibir pantai sambil menikmati jingganya langit ketika mentari kembali ke peraduannya. Untuk menuju pulau ini, kita bisa menggunakan kapal laut dari Makassar.

Sisi lain dari keindahan Pulau Barrang Lompo adalah dengan hadirnya Komunitas Balla Beru.   Balla Beru adalah ‘Rumah Baru’ bagi pemuda-pemudi yang ada di Pulau Barrang Lompo. “Balla Beru bertujuan untuk mempersiapkan generasi pelajar yang ada di Pulau Barrang Lompo,” kata Takdir.

Takdir, begitu sapaan akrabnya. Mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Makassar ini adalah otak dibalik lahirnya Komunitas Balla Beru. Komunitas yang baru saja resmi berdiri, 18 Desember 2017 namun telah aktif menyebarkan virus positif bagi pemuda-pemudi di Pulau Barrang Lompo.

“Jadi komunitas ini semacam kegiatan yang baru bagi para remaja untuk peningkatan keterampilannya, misal kelas musik dan tari, kelas komputer, bahasa inggris dan literasi yang terdapat dalam pembelajaran di komunitas ini,” jelas Takdir.

Kegiatan mengajar oleh para relawan yang didominasi mahasiswa. (Foto-foto: Ist.)
Kegiatan mengajar oleh para relawan yang didominasi mahasiswa. (Foto-foto: Ist.)

Tiap pekannya, Takdir bersama dengan para relawan yang didominasi oleh mahasiswa bertolak dari Makassar ke Pulau Barrang Lompo untuk mengajar walaupun dengan segala keterbatasan fasilitas. Mereka juga dibantu oleh pemuda setempat yang memiliki kemampuan dalam mengajar di bidangnya.

“Jadi metode pembelajarannya beda-beda setiap kelas. Kalau komputer dan fotografi lebih ke praktek dan kelas tari juga. Metode pembelajarannya diskusi dan praktik,” paparnya.

Kata Takdir, mereka, anak-anak muda berusia SMP dan SMA sangat antusias – sangat respek dengan kehadiran Takdir bersama para relawan Komunitas Balla Beru. “Selalu mereka yang bertanya kapan ada jadwalnya lagi,” cerita Takdir.

Meski demikian, diungkapkan Takdir, mereka masih sangat kesulitan dalam menyesuaikan dengan materi-materi yang diberikan. “Ada beberapa kelas yang masih sulit untuk dipahami. Misalnya, kelas fotografi dan komputer,” kata Takdir.

“Ketika pembelajaran kelas fotografi memakai alat kamera DSLR itu sulit untuk mereka pahami karena jarang mereka sentuh. Dan juga kelas komputer, untuk pengenalan Ms. word saja masih sulit mereka kerjakan kalau praktiknya,” ungkapnya.

“Ada selebaran yang diberikan saat mengajar agar mereka bisa belajar mengenal lebih dulu sebelum praktiknya, dan bisa mereka baca kembali setelah pelajaran selesai,” jawab Takdir ketika ditanya bagaimana solusi yang diterapkan para relawan mengatasi kesulitan anak-anak didik saat menerima pelajaran.

Selain mengajarkan keterampilan, para relawan Komunitas Balla Beru juga menyisipkan pengetahuan tentang pembentukan karakter. “Pembentukan karakter tetap ada. Cuma secara tidak langsung. Ada pesan-pesan pembentukan karakter yang kami lakukan,” tutur Takdir.

“Sebenarnya kalau langsung diarahkan ke pembentukan karakter saya rasa tidak ada peserta yang mau gabung. Makanya pembentukan karakter hanya selingan dari kelas keterampilan,” tambahnya.

Takdir berharap, anak-anak didik setelah mengikuti pembelajaran, mereka bisa memiliki ketrampilan yang bisa digunakan untuk mendapatkan penghasilan sendiri. Semisal menjadi fotografer wedding.

“Rencana kedepan hasil belajar satu tahun nanti, kami akan melihat remaja-remaja yang sudah berkompeten. Misalnya, berkompeten di bidang fotografi dan videografi kami akan arahkan ke sosial preneur, jadi pemberdayaan remaja yang bisa mendapatkan uang, pemakaian jasa fotografi di pernikahan. misalnya, kelas komputer pembuatan undangan pernikahan dan sebagainya,” jelas Takdir.

“Harapanku semoga remaja Pulau Barrang lompo bisa meneruskan gerakan ini dan bisa lebih siap ketika melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi serta bisa menjadi pioneer perubahan untuk pulaunya sendiri,” pungkasnya. (FP)

Memberi Lebih Baik Daripada Menerima

Penyerahan donasi secara simbolis. (Foto: Ist.)
Penyerahan donasi secara simbolis. (Foto: Ist.)

Komunitas Makassar Peduli

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Tepat di hari kemerdekaan Indonesia yang ke-71, komunitas ini lahir. Lahir dari sebuah rasa keprihatinan terhadap sesama manusia yang kurang mampu dalam menjalankan kehidupan. Adalah Komunitas Makassar Peduli atau MKP. Yang setahun kemudian sejak didirikan, memutuskan untuk menjadi sebuah lembaga sosial.

Lahirnya MKP diinisiasi oleh Rudy Wahab. Sehari-harinya, bapak dua anak ini, selain sibuk di MKP, Rudy juga melakoni pekerjaan sebagai driver online. Warga Gowa itu juga dipercayakan sebagai Ketua MKP.

“Bahwasanya tangan di atas jauh lebih baik dibandingkan tangan di bawah. Harta tidak akan di bawah mati. Amal jahiriyahlah yang akan kita bawa mati dengan membantu sesama diharapkan menjadi bekal nanti di akhirat terhindar dari azab kubur dan neraka,” ujar Husain, salah satu pengurus MKP, menjelaskan latar belakang terbentuknya MKP.

“Keprihatinan terhadap sesama manusia yang kurang mampu dalam menjalankan kehidupan dan agar semakin bersyukur akan nikmat yang Allah berikan kepada kami. Karena dasar itulah kami membentuk ini, komunitas MKP. Karena Lillahi Ta’ala tanpa unsur politik pun di dalamnya,” kata Husain.

Husain sendiri memutuskan untuk bergabung dengan MKP karena rasa kemanusiaan dan niat membantu sesama.

“Kekompakan. Walaupun kita awalnya tidak saling kenal. Berbeda-beda aktivitas tapi dengan adanya komunitas MKP, kita disatukan untuk sama-sama bisa membantu orang-orang yang dalam kesusahan menerjang banjir hanya untuk membantu kaum dhuafa,” tutur Husain menceritakan pengalamannya selama bergabung dengan MKP.

Visi dari MKP adalah lembaga kegiatan sosial yang bergerak dalam bidang kemanusiaan, mengedepankan MKP sebagai komunitas rasa peduli dan peka terhadap kemanusiaan dengan niat yang tulus, ikhlas guna memanusiakan manusia.

Untuk mewujudkan visi tersebut, MKP mengusung misi, membangun insan yang peduli dan peka terhadap kondisi sosial yang terjadi di sekitar, membantu meringankan beban saudara kita yang kurang mampu (kaum dhuafa) agar mereka dapat merasakan kehidupan yang layak serta, membantu memfasilitasi rumah ibadah dan menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk saudara kita yang terkena musibah.

Selama ini, yang menjadi kegiatan utama MKP adalah membantu kaum dhuafa dan fakir miskin. Mulai dari pengobatan bagi fakir miskin yang tidak mampu sampai renovasi dan pembangunan rumah bagi kaum dhuafa.

“Renovasi rumah meliputi perbaikan dari sisi luar tanpa merubah bentuk aslinya, serta pengadaan barang-barang yang rusak,” terangnya

Hampir setiap minggu, MKP melaksanakan kegiatan bakti sosial atau baksos. “Tergantung laporan masyarakat yang masuk di MKP,” katanya. kegiatan baksos tersebut meliputi tiga daerah, yakni Makassar, Gowa dan Maros. Tapi lebih fokus di daerah Makassar.

“Sudah banyak sekali. Karena MKP hampir setiap minggu pasti baksos. Dalam sebulan itu minimal dua kali baksos,” jawab Husain saat ditanya sudah berapa banyak kaum dhuafa yang mendapat uluran tangan dari MKP.

Tak jarang MKP bersinergi dengan beberapa komunitas yang ada di Makassar, seperti Indah Berbagi, MI FANS dan sebagainya demi suksesnya tiap kegiatan yang dilaksanakan MKP.

Selain itu, kata Husain, MKP juga bersinergi dengan pihak RS Umum Daerah, Daya. “Jadi kalau ada masyarakat yang butuh perawatan, kami tujukan ke RS Daya,” terangnya.

Kegiatan baksos yang dilaksanakan MKP 100 persen dananya berasal dari donatur. Baik donatur tetap maupun yang tidak. “Langsung saja bergabung dengan MKP. Terus donasinya terserah, mau dalam bentuk tenaga, barang atau uang. Informasi lebih lanjut bisa kunjung facebook MKP,” jelasnya.

“Semoga ke depan, MKP menjadi komunitas sosial terbesar di Sulsel dan mampu membantu lebih banyak lagi kaum dhuafa dan fakir miskin,” harap Husain. (FP)

Tingkatkan Sinergitas, Mahasiswa Teknik Mesin Unifa Melakukan Kunjungan Industri

Sebanyak 60 mahasiswa Unifa melakukan kunjungan industri ke PT Indofood. Senin (16/7). (Foto: Ist.)
Sebanyak 60 mahasiswa Unifa melakukan kunjungan industri ke PT Indofood. Senin (16/7). (Foto: Ist.)

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Sinergitas perguruan tinggi dan dunia industri sangat dibutuhkan dalam menunjang tri dharma perguruan tinggi baik itu dari sisi pendidikan dan pengajaran, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat.

Hal tersebut diungkap Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitaria Fajar (Unifa), Asmeati Sabir ST MT, saat mengunjungi PT Indofood Cbk Makmur Tbk dalam kegiatan Kunjungan Industri Mahasiswa, Senin (16/7).

“Kami sangat bersyukur dan berterimakasih atas sambutan yang sangat baik dari PT Indofood yang sangat terbuka terhadap mahasiswa kami dalam kegiatan ini; dan juga dalam hal kuliah praktek industri serta penelitian untuk tugas akhir,” tutur Asmeati.

Dijelaskannya lagi bahwa, pihak PT Indofood juga bersedia memberikan kuliah tamu kepada mahasiswa sesuai dengan bidang kompetensi yang dikembangkan di Unifa.

Kunjungan Industri yang diikuti sebanyak 60 mahasiswa yang juga didampingi Kepala Laboratorium Teknik Mesin Unifa, Muh Yusuf Ali ST MT, tersebut disambut oleh Manager HRD, Mustamin yang langsung memberikan gambaran umum tentang PT Indofood Cbk Makmur Tbk.

“Kami dari dunia industri menyambut baik dan membuka seluas-luasnya ruang gerak bagi perguruan tinggi dalam hal kegiatan ilmiah termasuk menjadikannya sebagai laboratorium lapangan,” ujar Mustamin.

Menurutnya, hal tersebut juga demi membuka wawasan dan pola pikir mahasiswa sebagai bekal saat memasuki dunia industri nantinya.

Dalam kesempatan tersebut, Mustamin juga mengingatkan agar mahasiswa tidak hanya sebatas mengasah kompetnsi hard skill tetapi juga harus terus mengembangkan kompetensi hard skill. (FP)

 

Tak Hanya Istri Kepala Daerah, Alumni IAIN Bone Juga Ramai-Ramai Nyaleg

0


Bone, FAJARPENDIDIKAN.co.id- Sebagaimana diwartakan sejumlah media istri kepala daerah atau kepala daerah (akhir masa jabatan) ramai-ramai nyaleg. Tak hanya mereka, Alumni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone juga bakal meramaikan kontestasi pemilihan anggota legislatif (Pileg) pada 2019 mendatang.

Umar salah satu alumni IAIN Bone Prodi MPI mengaku sudah punya konsep berjuang yang jelas dan siap berjuang di Pileg 2019 melalui partai PBB dapil IV. Ia melihat, masih banyak problematika di dalam masyarakat yang belum terselesaikan. Hal itulah yang menjadikannya terdorong untuk maju berjuang.

“Tentu itu harus mencari penyelsaian lebih serius, amanah rakyat adalah utang yang perlu ditepati,”kata Umar

Alumni IAIN Bone lainnya, Andi Musdalifah yang akan berjuang melalui partai PKB di Dapil V. Musdalifah mengaku banyak hal positif yang membuat semangatnya berkobar untuk maju di Pileg 2019. Diantaranya, belum adanya gadis di desanya yang berjuang di kursi DPRD.

“Kalau berbicara mengenai motivasi, karena melihat keluarga dan orang Otting itu belum ada yang terlibat didunia politik, jadi saya rasa kenapa Gadis Otting tidak mencoba. Selanjutnya karna saya mendapat dukungan dari keluarga, sahabat, dan orang disekitar, jadi saya tidak ingin membuat mereka kecewa,”kata Alumni IAIN Bone Prodi Ekonomi Syariah kepada FAJAR PENDIDIKAN, Rabu (18/7).

“Dan karna saya ingin mengabdikan diri di daerah dan memperjuangkan aspirasi warga, pemuda maupun mahasiswa,”tambahnya.

Sepengatahuan Musdalifah, ada 7 alumni IAIN Bone bakal meramaikan Pileg 2019 di Bumi Arung Palakka.

Reporter: Abustan

Disumbang Alumni, SMP 2 Mulai Benahi Lapangan Upacara

0

Bone, FAJARPENDIDIKAN.co.id– Sekolah yang belum lama ini menggelar reuni, kini mulai berbenah dengan penataan lingkungan sekolah, yakni melakukan peninggian lapangan olahraga atau lapangan upacara SMP Negeri 2 Ulaweng, Bone.

Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Ulaweng Baharuddin mengatakan, setelah sekolah yang di pimpinnya menerima sumbangan dan harapan dari alumni saat reuni beberapa waktu lalu, pembenahan pun dilakukan. Dengan melihat kondisi halaman sekolah yang tidak rata pada saat turun hujan terkadang digenangi air, sehingga pada saat pelaksanaan upacara dan kegiatan olahraga di sekolah sedikit terhambat.

“Saat ini lapangan upacara atau lapangan olahraga, sudah diberikan timbunan dulu untuk proses pembangunannya tuk lebih baik,”kata Baharuddin yang ditemui FAJAR PENDIDIKAN di Kantornya, Rabu (18/7).

Baharuddin berharap, setelah ditatanya lapangan ini, kedepan sekolahnya semakin bagus dan indah, sehingga para pelajar dapat lebih nyaman dan tenang dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Pembenahan lapangan yang juga dicanangkan disertai penghijauan ulang lingkungan sekolah, agar menjadi sekolah yang asri dan sejuk. Dengan kondisi lingkungan yang demikian, maka diharapkannya menumbuh kembangkan kecintaan pelajar terhadap lingkungan yang asri.

Reporter: Abustan