SD sekompleks Galangan Kapal 1, 2, 3, dan 4 Makassar memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dengan tema “Meneladani Akhlak Nabi dalam Mendidik Anak.”
Resep Homemade Steamboat, Hidangan Lezat dan Bersahabat
Rubrik Selera Nusantara edisi kali ini menyajikan resep Homemade Steamboat by @tsaniwismono. Homemade steamboat adalah pilihan sempurna untuk mengadakan pertemuan santai bersama keluarga atau teman.
Steamboat merupakan hidangan yang populer di Asia, di mana berbagai bahan seperti daging, seafood, sayuran, dan mi dimasak dalam panci berisi kuah panas. Setiap orang dapat memilih dan memasak bahan sesuai selera mereka di meja, menjadikannya pengalaman makan yang interaktif dan sosial.
Kuahnya bisa bervariasi, mulai dari kaldu ringan hingga yang lebih pedas, memberikan rasa yang kaya. Steamboat sering kali dihidangkan saat berkumpul dengan keluarga atau teman, menjadikannya pilihan yang menyenangkan dan hangat.
Secara keseluruhan, homemade steamboat menawarkan pengalaman kuliner yang lezat dan bersahabat.
Resep Homemade Steamboat
Bahan:
- Aneka bakso ikan (crabstick, fish ball, bakso cumi)
- Sosis sapi
- Caisim
- Jamur enoki
Kuah:
- 800 ml air kaldu ayam
- 1/4 bawang bombay, cincang kasar
- 2 cm jahe, geprek
- 2 batang daun bawang, rajang tipis
- 1 sdt kaldu ayam bubuk (boleh diskip kalau sudah pakai air kaldu ayam)
- Secukupnya garam
- 1/2 sdt merica bubuk
- 1 sdm minyak untuk menumis
- 1 sdt kecap ikan
- 1 sdt kecap asin
- 1 sdt minyak wijen
- 1 sdt bawang putih goreng
- Secukupnya chili oil/sambal
Cara Membuat Homemade Steamboat
- Panaskan minyak, tumis bawang bombay sampai harum, masukkan air kaldu dan jahe, masak sampai mendidih. Bumbui dengan merica, kaldu bubuk, minyak wijen, kecap ikan, dan kecap asin. Koreksi rasa, kalau kurang asin tambahkan garam.
- Masukkan caisim, jamur enoki, bakso ikan, sosis, panaskan sebentar. Taburi dengan bawang putih goreng yang banyak.
- Angkat dan sajikan dengan chilli oil sesuai selera. (*)
BERITA FOTO: MPLS di SD Inpres Galangan Kapal 2 Makassar
Pelaksanaan MPLS di SD Inpres Galangan Kapal 2 Makassar dipimpin oleh Kepala Sekolah. PPDB tahun 2024 di UPT SPF SD Inpres Galangan Kapal 2 berlangsung dari 24 Juni hingga 8 Juli 2024, sementara MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) dilaksanakan dari 10 hingga 15 Juli 2024. (*)
BERITA FOTO: Penerimaan Mahasiswa KKN/PPL Terpadu XXIX UNM
Penerimaan Mahasiswa KKN/PPL Terpadu Angkatan XXIX Universitas Negeri Makassar (UNM) pada 5 Oktober 2024, dengan jumlah mahasiswa yang diterima sebanyak 6 orang. (*)
Renungan Harian Kristen, Rabu, 23 Oktober 2024: Tidak Ada Lagi Hidup Lama!
Renungan Harian Kristen hari ini, Rabu, 23 Oktober 2024 berjudul: Tidak Ada Lagi Hidup Lama!
Bacaan untuk Renungan Harian Kristen hari ini diambil dari 2 Korintus 5:17
Renungan Harian Kristen hari ini mengisahkan tentang Tidak Ada Lagi Hidup Lama!
2 Korintus 5:17 – Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Pengantar:
Ketika lahir kembali, Roh Kudus mulai mengerjakan ciptaan-Nya yang baru dalam kita dan akan datang waktunya tidak ada lagi dari hidup lama kita yang tersisa. Bagaimanakah kita dapat memperoleh suatu kehidupan yang tidak ada hawa nafsu, pementingan diri, tidak mudah tersinggung, menaruh kasih yang “murah hati, tidak pemarah, dan tidak menyimpan kesalahan orang lain”?
Renungan Harian Kristen, Rabu, 23 Oktober 2024
Tuhan tidak pernah bertoleransi dengan prasangka kita. Dia langsung menentang dan mematikannya. Kita cenderung berpikir bahwa Allah mempunyai perhatian istimewa terhadap prasangka tertentu kita, dan merasa sangat yakin bahwa Dia tidak akan berurusan dengan kita seperti Dia harus berurusan dengan orang lain.
Kita bahkan berkata kepada diri sendiri, “Allah harus memperlakukan orang lain dengan cara yang sangat keras, tetapi tentu saja Dia tahu bahwa semua prasangkaku baik.” Namun, kita harus belajar bahwa Allah tidak menerima apa pun dari hidup lama kita!
Bukannya berpihak pada prasangka kita, Dia dengan sengaja menyingkirkannya dari kita. Merupakan bagian dari pendidikan moral kita untuk melihat prasangka kita dimatikan-Nya demi kebaikan kita dan untuk melihat bagaimana cara Dia melakukannya.
Allah tidak menghargai apa pun yang kita bawa kepada-Nya. Hanya ada satu hal yang diinginkan Allah dari kita, yaitu penyerahan kita tanpa syarat. Ketika kita lahir kembali, Roh Kudus mulai mengerjakan ciptaan-Nya yang baru dalam kita, dan akan datang waktunya ketika tidak ada lagi dari hidup lama kita yang tersisa. Pandangan lama kita yang buram lenyap, demikian juga sikap kita yang lama terhadap segala sesuatu, dan “semuanya ini dari Allah” (2 Korintus 5:18).
Bagaimanakah kita dapat memperoleh suatu kehidupan yang tidak ada hawa-nafsu, tidak ada pementingan diri, tidak mudah tersinggung dengan cemoohan orang lain? Bagaimanakah kita dapat menaruh kasih yang “murah hati, tidak pemarah, dan tidak menyimpan kesalahan orang lain?” (1 Korintus 13:4-5).
Satu-satunya cara ialah dengan tidak membiarkan apa pun dari kehidupan lama tetap tinggal dalam diri kita, hanya menaruh kepercayaan sederhana (simple trust) dan sempurna kepada Allah — kepercayaan bahwa kita tidak lagi menginginkan berkat-berkat Allah, tetapi hanya menginginkan Allah sendiri.
Sudahkah kita mencapai tahap ketika Allah dapat menarik berkat-berkat-Nya dari kita tanpa memengaruhi kepercayaan dan penyerahan (trust) kita kepada-Nya? Begitu kita benar-benar melihat Allah berkarya dan bekerja, kita tidak akan pernah khawatir lagi terhadap hal-hal yang terjadi karena kita sesungguhnya memercayai Allah kita yang di surga, yang tidak dapat dilihat oleh dunia.
Demikian Renungan hari ini, Rabu, 23 Oktober 2024 diambil dari 2 Korintus 5:17 yang mengisahkan tentang Tidak Ada Lagi Hidup Lama! dan disadur dari Renungan Oswald Chambers//alkitab.mobi.
Tari Selamat Datang: Sejarah, Makna, Gerakan, Properti dan Busana
Tari Selamat Datang adalah salah satu tarian tradisional dari Papua yang biasanya ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan atau tamu penting yang berkunjung. Tarian ini mencerminkan keramahan dan rasa hormat masyarakat Papua kepada tamu, serta menjadi simbol budaya yang kuat dalam memperlihatkan kebersamaan dan persatuan.Berikut adalah penjelasan mengenai sejarah, makna, gerakan, properti, dan busana dalam Tari Selamat Datang:
1. Sejarah Tari Selamat Datang
Tari Selamat Datang berasal dari tradisi masyarakat Papua yang terbiasa menyambut tamu dengan berbagai bentuk penghormatan. Dalam budaya Papua, tamu adalah sosok yang dihormati dan sering dianggap sebagai pembawa berkah atau kabar baik. Karena itu, tarian ini menjadi bagian penting dalam upacara penyambutan tamu, baik tamu adat maupun tamu resmi dalam kegiatan pemerintahan atau acara-acara besar lainnya.
Tari Selamat Datang awalnya dibawakan oleh masyarakat adat dalam acara-acara lokal. Seiring dengan pengaruh modernisasi dan seringnya tarian ini dipentaskan dalam acara-acara formal, Tari Selamat Datang berkembang menjadi salah satu tarian Papua yang paling dikenal dan sering dibawakan di tingkat nasional dan internasional.
2. Makna Tari Selamat Datang
Tari Selamat Datang mengandung makna keramahan, penghormatan, dan kebersamaan. Tarian ini menjadi simbol dari sifat masyarakat Papua yang ramah dan menghargai kehadiran tamu. Melalui tarian ini, para penari menunjukkan rasa syukur dan kegembiraan atas kehadiran tamu, serta mengharapkan hubungan yang baik di antara kedua pihak.
Makna lainnya adalah simbol persatuan dan kerjasama dalam masyarakat Papua. Tarian ini biasanya ditarikan secara berkelompok, melambangkan kebersamaan dan kekompakan masyarakat dalam menyambut dan menghormati tamu.
3. Gerakan Tari Selamat Datang
Gerakan dalam Tari Selamat Datang sangat dinamis, penuh semangat, dan riang, mencerminkan keceriaan serta rasa sukacita. Beberapa ciri khas gerakan dalam Tari Selamat Datang adalah:
- Gerakan kaki: Penari bergerak maju dan mundur dengan langkah-langkah yang energik. Gerakan kaki biasanya mengikuti irama musik yang dimainkan, dengan tempo yang cepat dan ritmis.
- Gerakan tangan: Tangan penari sering diangkat ke atas atau disebarkan ke samping untuk menggambarkan sambutan dan keterbukaan. Penari juga sering melakukan gerakan melambai yang menggambarkan ajakan bagi tamu untuk merasakan kebersamaan.
- Formasi tarian: Penari sering membentuk formasi melingkar atau barisan. Mereka bergerak seirama dengan penuh koordinasi, menggambarkan kerjasama dan kesatuan di antara mereka.
- Ekspresi wajah: Penari selalu menampilkan ekspresi ceria dan penuh senyuman, sebagai simbol kegembiraan dan penghormatan kepada tamu yang hadir.
Gerakan dalam Tari Selamat Datang cenderung lincah dan penuh energi, menekankan semangat yang menyala-nyala dalam menyambut tamu.
4. Properti Tari Selamat Datang
Dalam Tari Selamat Datang, beberapa properti yang digunakan adalah:
- Tifa: Alat musik tradisional Papua yang menjadi bagian utama pengiring tarian. Tifa dimainkan untuk menghasilkan irama yang ritmis dan kuat, mendukung gerakan tarian.
- Noken: Tas tradisional khas Papua yang terbuat dari serat alam kadang digunakan oleh para penari sebagai aksesoris tambahan. Ini menambah kekhasan budaya Papua dalam tarian.
- Daun dan bunga: Kadang penari membawa daun atau bunga sebagai simbol penyambutan tamu, menunjukkan keindahan dan kelestarian alam Papua yang menjadi bagian dari penyambutan.
Properti ini berfungsi sebagai elemen pendukung visual dan menambah kesan adat dalam pertunjukan Tari Selamat Datang.
5. Busana Tari Selamat Datang
Busana yang dikenakan oleh para penari Tari Selamat Datang umumnya mencerminkan budaya dan identitas masyarakat Papua. Busana ini sering kali berwarna cerah dengan aksen-aksen khas Papua. Berikut adalah beberapa elemen busana yang biasa dikenakan:
- Penari pria: Biasanya memakai koteka atau celana pendek yang dihiasi dengan hiasan dari bulu burung cenderawasih atau daun-daunan. Bagian atas tubuh biasanya tidak tertutup, tetapi dihiasi dengan kalung atau aksesoris berbahan alami seperti manik-manik.
- Penari wanita: Mengenakan rok rumbai yang terbuat dari serat daun sagu atau bahan-bahan alami lainnya. Wanita juga sering memakai hiasan kepala yang terbuat dari bulu atau bunga-bunga sebagai simbol keindahan.
- Hiasan kepala: Kedua penari pria dan wanita mengenakan hiasan kepala dari bulu-bulu burung, terutama burung cenderawasih, yang merupakan ikon Papua.
- Aksesoris tambahan: Penari juga memakai aksesoris tambahan seperti gelang, kalung manik-manik, dan hiasan tubuh dari bahan-bahan alami seperti tulang atau kerang.
Busana dalam Tari Selamat Datang umumnya memiliki warna yang mencolok seperti merah, kuning, dan hijau, yang melambangkan semangat dan kehangatan masyarakat Papua dalam menyambut tamu.
Tari Musyoh Sejarah, Makna, Properti, Gerakan Dan Busana
Tari Musyoh adalah salah satu tarian tradisional Papua yang memiliki makna spiritual mendalam. Tarian ini sering kali ditarikan untuk keperluan ritual, terutama dalam konteks kematian yang tidak wajar. Berikut penjelasan mengenai sejarah , makna, gerakan, properti, dan busana dalam Tari Musyoh:
1. Sejarah Tari Musyoh
Tari Musyoh memiliki akar kuat dalam kepercayaan masyarakat Papua terkait dengan arwah orang yang meninggal dunia secara tidak wajar, seperti karena kecelakaan atau kejadian yang mendadak. Dalam tradisi masyarakat Papua, kematian yang tidak wajar dianggap sebagai gangguan spiritual, dan arwah yang meninggal tidak bisa pergi dengan tenang. Oleh karena itu, Tari Musyoh ditampilkan sebagai bentuk ritual untuk “mengusir” atau menenangkan arwah tersebut agar mereka bisa mencapai kedamaian di alam lain.
Musyoh, yang secara harfiah berarti “menenangkan roh,” merupakan upaya masyarakat untuk memperbaiki hubungan spiritual dengan alam dan arwah leluhur, sehingga tarian ini memiliki peran yang sangat penting dalam ritual adat Papua.
2. Makna Tari Musyoh
Tari Musyoh memiliki makna utama sebagai tarian pengusir arwah orang yang meninggal secara tragis atau tidak wajar. Tarian ini bertujuan untuk memberikan jalan bagi arwah tersebut menuju tempat peristirahatan terakhir yang damai. Dengan tarian ini, masyarakat Papua berusaha menenangkan roh yang dianggap masih bergentayangan, dan memberikan penghormatan agar arwah bisa meninggalkan dunia dengan tenang.
Tarian ini juga melambangkan kebersamaan dan hubungan spiritual antara masyarakat Papua dengan dunia arwah serta alam sekitarnya. Bagi mereka, menjaga keseimbangan antara dunia manusia dan arwah sangat penting untuk menjaga keharmonisan hidup.
3. Gerakan Tari Musyoh
Gerakan dalam Tari Musyoh biasanya bersifat ritualistik dan penuh makna. Beberapa ciri khas gerakannya antara lain:
- Gerakan tangan: Penari sering mengangkat tangan ke atas, ke samping, atau ke depan sebagai simbol “mengantar” arwah menuju ketenangan. Gerakan ini sering dilakukan secara berulang-ulang dan perlahan.
- Gerakan kaki: Gerakan kaki cenderung lebih lambat dan ritmis, diiringi dengan langkah-langkah teratur yang menggambarkan proses mengiringi arwah.
- Ekspresi wajah: Ekspresi penari dalam Tari Musyoh sangat serius dan khidmat, mencerminkan kesakralan dan keseriusan dalam menjalankan ritual pengusiran roh.
- Tari berkelompok: Tarian ini biasanya dilakukan oleh sekelompok penari yang bergerak secara serempak untuk menciptakan suasana kebersamaan dan kekuatan dalam mengantarkan roh.
Gerakan dalam Tari Musyoh juga memiliki unsur magis yang mencerminkan hubungan masyarakat Papua dengan alam dan kekuatan spiritual.
4. Properti Tari Musyoh
Tari Musyoh, karena fungsinya sebagai tarian ritual, sering kali menggunakan properti yang terkait dengan kepercayaan adat. Beberapa properti yang digunakan dalam tarian ini antara lain:
- Tifa: Seperti banyak tarian Papua lainnya, tifa (alat musik pukul tradisional) digunakan untuk mengiringi Tari Musyoh. Irama tifa membantu menciptakan suasana yang sakral dan ritmis.
- Lilin atau obor: Dalam beberapa variasi, lilin atau obor dapat digunakan untuk melambangkan cahaya atau petunjuk bagi arwah yang sedang diantar ke tempat peristirahatan.
- Alat-alat ritual adat: Selain tifa, alat-alat khusus seperti tombak atau benda ritual lainnya yang dianggap memiliki kekuatan spiritual dapat digunakan sebagai bagian dari properti tarian.
5. Busana Tari Musyoh
Busana dalam Tari Musyoh mencerminkan kesederhanaan dan kesakralan yang sesuai dengan fungsi tarian ini sebagai upacara ritual. Beberapa elemen busana yang biasa digunakan adalah:
- Penari pria: Biasanya mengenakan koteka atau kain yang menutupi tubuh bagian bawah, disertai dengan aksesoris seperti ikat kepala dari daun atau bulu burung cenderawasih. Penari pria juga sering kali dihias dengan cat tubuh yang menggambarkan motif-motif adat Papua, terutama di bagian wajah, dada, dan lengan.
- Penari wanita: Mengenakan rok rumbai yang terbuat dari serat daun sagu atau serat alam lainnya. Aksesoris tambahan seperti kalung manik-manik atau gelang dari bahan alami juga sering digunakan.
- Warna busana: Warna yang digunakan dalam Tari Musyoh cenderung gelap dan alami seperti cokelat, hitam, dan hijau. Hal ini mencerminkan hubungan masyarakat Papua dengan alam dan kesakralan dari upacara tersebut.
Busana yang dikenakan dalam Tari Musyoh biasanya tidak terlalu mencolok karena fokus utamanya adalah pada kesakralan dan tujuan spiritual tarian tersebut.
Unpacti Makassar Integrasikan Perkuliahan S1 Farmasi dan Apoteker
Perkuliahan pada Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Pancasakti (Unpacti) Makassar, mengintegrasikan perkuliahan S1 Farmasi dengan Program Studi Profesi Apoteker (PSPA).
“Integrasi kurikulum S1 Farmasi dan Pendidikan Profesi Profesi Apoteker ini sebagai langkah awal untuk membuka Program Studi Apoteker, sebagai persiapan menghadapi perubahan kurikulum apoteker, sehingga mahasiswa farmasi S1 telah siap untuk melanjutkan ke program studi profesi apoteker,” kata Ketua Prodi S1 Farmasi, FMIPA Unpacti Makassar, Suprapto Prayitno SSi MSi Apt, kepada wartawan di Makassar, Selasa, 22 Oktober 2024.
Mahasiswa S1 Farmasi Unpacti Makassar, katanya, pada proses perkuliahannya diwajibkan melakukan praktek profesi apoteker di rumah sakit, industri farmasi, kantor dinas kesehatan, serta di Kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Kami sekarang sedang menyusun kurikulum baru S1 Farmasi yang terintegrasi dengan Program Studi Profesi Apoteker yang kami awali dengan melakukan workshop kurikulum prodi farmasi,” ungkap Pak Anto, sapaan akrab Suprapto Prayitno.
Workshop kurikulum Prodi S1 Farmasi, FMIPA Unpacti Makassar denga tema “Terintegritas Kurikulum S1 Farmasi – PSPA” dilaksanakan di Hotel Almadera, Makassar, Rabu, 09 Oktober 2024, dan Sabtu, 12 Oktober 2024.
Workshop dibuka oleh Rektor Unpacti Dr Ampauleng, dihadiri Wakil Rektor I Imam Mukti SSos MIKom, Wakil Rektor II Dr Jafar, Wakil Rektor III Nur Afny Shahnyb SE MM, Dekan FMIPA Unpacti Drs Abdul Muzakkir Rewa MSi Apt, Ketua Prodi S1 Farmasi Suprapto Prayitno, dan para dosen S1 Farmasi FMIPA Unpacti Makassar.
Pada workshop hari pertama, Rabu, 09 Oktober 2024, tampil dua narasumber, yakni Prof Dr Elly Wahyudin DEA Apt (Dosen Fakultas Farmasi Unhas/Asesor BAN PT dan LAM-PTKes) dan Abdul Rakhmat Muzakkir SSi Apt (Ketua IAI PC Makassar).
Pada hari kedua, Sabtu, 12 Oktober 2024, juga tampil dua narasumber yakni Prof Junaidi Khotib MKes PhD Apt (Dosen Fakultas Farmasi Unair Surabaya/Pengurus APTFI) dan Dr Mansur Ibrahim MSi Apt (Owner PT Ismut). (*)
Tari Sajojo : Sejarah, Makna, Properti, Gerakan Dan Busana
Tari Sajojo adalah salah satu tarian tradisional Papua yang sangat populer dan sering kali dianggap sebagai representasi budaya Papua dalam berbagai acara nasional maupun internasional. Berikut penjelasan mendetail tentang sejarah, makna, properti, gerakan, dan busana Tari Sajojo:
1. Sejarah Tari Sajojo
Tari Sajojo berakar dari budaya masyarakat Papua dan sudah ada sejak lama, walaupun tidak diketahui pasti kapan tarian ini pertama kali muncul. Tarian ini berkembang bersamaan dengan lagu rakyat populer yang juga berjudul “Sajojo,” yang menceritakan kisah seorang gadis Papua yang terkenal di kampungnya. Lagu ini menjadi sangat populer di Papua dan juga di seluruh Indonesia, sehingga tarian yang menyertainya, yakni Tari Sajojo, semakin dikenal luas.
Awalnya, Tari Sajojo hanya ditarikan oleh masyarakat Papua dalam acara-acara adat atau perayaan khusus. Namun, seiring waktu, Tari Sajojo menjadi tarian yang sering ditampilkan dalam berbagai acara besar seperti festival budaya, penyambutan tamu, hingga peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.
2. Makna Tari Sajojo
Tari Sajojo mencerminkan kebersamaan, persatuan, dan kegembiraan masyarakat Papua. Tarian ini mengekspresikan keceriaan dalam interaksi sosial dan sering kali menggambarkan hubungan yang harmonis antara sesama warga Papua. Tarian ini tidak hanya menonjolkan kekompakan penari, tetapi juga mengajak penonton untuk ikut merasakan semangat gotong royong dan persaudaraan yang sangat kuat di Papua.
Selain itu, Tari Sajojo juga dianggap sebagai salah satu simbol perayaan dan sukacita. Setiap gerakannya mencerminkan semangat hidup yang dinamis, seperti cara masyarakat Papua menyikapi kehidupan dengan penuh semangat dan kegembiraan.
3. Properti Tari Sajojo
Secara umum, Tari Sajojo tidak memerlukan banyak properti khusus. Namun, ada beberapa elemen yang terkadang digunakan dalam pertunjukan untuk memperkaya visual dan makna tarian:
- Tifa: Alat musik tradisional Papua yang sering digunakan sebagai pengiring dalam Tari Sajojo.
- Bambu atau Kayu: Beberapa variasi Tari Sajojo mungkin melibatkan penggunaan tongkat bambu atau kayu sebagai properti penunjang gerakan.
- Alat musik modern: Seiring perkembangan, Tari Sajojo juga sering diiringi oleh alat musik modern seperti gitar atau keyboard untuk memberikan variasi pada iringan lagu Sajojo.
4. Gerakan Tari Sajojo
Gerakan dalam Tari Sajojo sangat energik dan dinamis, mencerminkan semangat kebersamaan dan kegembiraan. Beberapa ciri khas gerakannya meliputi:
- Gerakan kaki: Kaki penari sering bergerak cepat dengan irama yang dinamis, mengikuti alunan musik yang dimainkan. Ada juga gerakan melangkah maju dan mundur atau ke samping yang diikuti oleh lompatan-lompatan kecil.
- Gerakan tangan: Penari menggerakkan tangan ke atas dan ke samping, sering kali diikuti dengan tepuk tangan yang selaras dengan irama musik.
- Formasi berkelompok: Tari Sajojo biasanya dilakukan secara berkelompok, baik dalam barisan melingkar atau lurus, yang menggambarkan kekompakan dan kerja sama di antara penari. Penari sering kali berputar atau melompat sambil saling merespons gerakan penari lainnya.
Karena Tari Sajojo adalah tarian yang menggambarkan kegembiraan, gerakan tarian ini sangat ceria dan penuh semangat. Penari tampak bebas mengekspresikan diri mereka, dan penonton sering kali diajak ikut menari.
5. Busana Tari Sajojo
Busana yang dikenakan oleh para penari Tari Sajojo biasanya mencerminkan identitas budaya Papua, dengan penggunaan bahan-bahan alami dan aksesoris khas Papua. Berikut adalah beberapa elemen utama dari busana Tari Sajojo:
- Penari pria: Biasanya memakai koteka atau celana pendek yang dihiasi dengan berbagai ornamen khas Papua. Bagian dada dan tangan biasanya tidak tertutup, namun kadang dilengkapi dengan aksesoris seperti kalung dari biji-bijian atau gigi hewan.
- Penari wanita: Mengenakan rok rumbai yang terbuat dari serat daun sagu atau bahan alami lainnya. Para wanita juga sering memakai hiasan kepala yang terbuat dari bulu burung atau bahan alami lainnya.
- Aksesoris tambahan: Kedua penari pria dan wanita sering kali mengenakan aksesoris tambahan berupa gelang dan kalung dari kulit kerang, bulu, atau manik-manik, serta hiasan di pergelangan tangan dan kaki.
- Lukisan tubuh: Baik pria maupun wanita sering menghias tubuh mereka dengan lukisan cat tradisional di bagian wajah, tangan, dan tubuh, yang menggambarkan motif-motif khas Papua.
Busana dalam Tari Sajojo biasanya berwarna cerah dengan dominasi warna-warna alam seperti hijau, coklat, dan merah, yang melambangkan kedekatan masyarakat Papua dengan alam sekitar mereka.
Tari Yospan : Sejarah, Makna, Gerakan, Properti dan Busana
Tari Yospan adalah salah satu tarian tradisional yang sangat terkenal dari Papua. Tarian ini memiliki sejarah Tari Yospan, makna, gerakan, properti, dan busana yang unik serta merefleksikan keanekaragaman budaya Papua. Berikut penjelasan mendetail tentang Tari Yospan:
1. Sejarah Tari Yospan
Tari Yospan merupakan gabungan dari dua jenis tarian tradisional Papua, yaitu Yosim dan Pancar. Kedua tarian ini digabungkan menjadi satu sejak tahun 1960-an sebagai bagian dari ekspresi budaya masyarakat Papua yang menggambarkan persahabatan dan pergaulan muda-mudi. Tari Yosim berasal dari wilayah Teluk Sairei (Serui dan Waropen), sedangkan Tari Pancar berasal dari wilayah Biak, Supiori, dan Manokwari. Seiring waktu, kedua tarian tersebut bergabung dan dikenal dengan nama Yospan, yang merupakan singkatan dari Yosim dan Pancar.
2. Makna Tari Yospan
Tari Yospan memiliki makna yang sangat dalam, yakni melambangkan persahabatan, kebersamaan, dan kerja sama di antara masyarakat Papua. Tarian ini sering dipertunjukkan dalam berbagai acara adat, upacara penyambutan tamu kehormatan, dan perayaan budaya, menunjukkan keharmonisan antar-suku dan generasi muda Papua. Gerakan tariannya yang dinamis mencerminkan semangat kebersamaan dan kegembiraan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Gerakan Tari Yospan
Gerakan dalam Tari Yospan sangat khas dan enerjik, menggabungkan elemen gerakan tarian Yosim dan Pancar:
- Gerakan Yosim: Lebih halus dan lambat, dengan gerakan kaki yang saling melangkah secara ritmis. Gerakan ini menunjukkan keindahan dan keselarasan.
- Gerakan Pancar: Lebih cepat dan bertenaga, biasanya dilakukan dengan lompatan yang menggambarkan semangat muda-mudi. Gerakan ini melibatkan gerakan melompat dan meluncur yang mirip dengan gaya melompat pesawat terbang, sehingga dinamakan “Pancar” yang berarti “meluncur” atau “terbang”.
Secara keseluruhan, gerakan Tari Yospan sangat dinamis, menggambarkan kehidupan yang penuh energi dan kebebasan di antara masyarakat Papua. Tarian ini umumnya ditarikan secara berkelompok, baik oleh pria maupun wanita.
4. Properti Tari Yospan
Properti yang digunakan dalam Tari Yospan umumnya sederhana namun berperan penting dalam menambah keindahan tarian. Beberapa properti yang biasa digunakan antara lain:
- Tifa: Alat musik tradisional Papua yang digunakan untuk mengiringi tarian, menghasilkan irama yang khas.
- Tombak: Kadang-kadang penari pria membawa tombak atau tongkat sebagai aksesoris yang melambangkan keberanian.
- Piringan bambu atau alat musik tradisional lain: Kadang digunakan untuk memperkaya bunyi ritmis selama tarian berlangsung.
5. Busana Tari Yospan
Busana yang dikenakan oleh para penari Yospan mencerminkan kekayaan budaya Papua dengan penggunaan bahan alami seperti daun sagu, kulit kayu, dan bulu burung cenderawasih. Berikut adalah ciri khas busana Tari Yospan:
- Penari pria: Biasanya memakai koteka (penutup kemaluan) atau celana pendek dengan tambahan aksesoris berupa ikat pinggang dari serat tumbuhan. Pada bagian kepala, pria biasanya memakai mahkota bulu burung cenderawasih atau hiasan bulu lainnya. Badan dan wajah sering kali diberi lukisan atau hiasan cat.
- Penari wanita: Mengenakan rok rumbai yang terbuat dari daun sagu atau serat alam lainnya. Mereka juga menggunakan hiasan kepala dan aksesoris di tangan dan kaki berupa gelang atau kalung dari biji-bijian.
- Warna busana: Warna-warna alami seperti cokelat, hijau, dan putih mendominasi busana Tari Yospan, melambangkan kedekatan masyarakat Papua dengan alam sekitarnya.