Beranda blog Halaman 74

6 Alat Musik Tradisional Khas Dari Provinsi Papua

Provinsi Papua memiliki kekayaan budaya yang unik, termasuk berbagai alat musik tradisional yang mencerminkan kehidupan dan budaya masyarakat asli Papua. Berikut adalah beberapa alat musik tradisional dari Provinsi Papua:

1. Tifa

  • Deskripsi: Tifa adalah alat musik pukul tradisional yang terbuat dari kayu dan kulit binatang (biasanya kulit rusa atau kambing). Bentuknya menyerupai gendang kecil dengan permukaan yang dibalut kulit binatang.
  • Cara Memainkan: Dipukul menggunakan tangan pada permukaan yang tertutup kulit.
  • Fungsi: Tifa digunakan untuk mengiringi berbagai upacara adat, tarian tradisional, dan acara budaya, seperti tarian Cakalele dan Tari Perang. Tifa juga digunakan dalam upacara keagamaan masyarakat Papua.

2. Pikon

  • Deskripsi: Pikon adalah alat musik tiup tradisional suku Dani yang terbuat dari bambu. Alat musik ini menghasilkan bunyi getar yang unik, menyerupai suara dengung atau getaran khas.
  • Cara Memainkan: Dimainkan dengan cara ditiup, lalu pemain harus mengubah tekanan udara untuk mengontrol nada yang dihasilkan.
  • Fungsi: Pikon sering digunakan oleh masyarakat suku Dani sebagai hiburan pribadi, terutama pada saat beristirahat setelah bekerja.

3. Yi

  • Deskripsi: Yi adalah alat musik gesek tradisional yang terbuat dari kayu dan kulit binatang, menyerupai biola dalam bentuk sederhana. Dawai alat musik ini terbuat dari serat alami yang diambil dari kulit kayu.
  • Cara Memainkan: Dimainkan dengan cara digesek menggunakan alat gesek sederhana yang juga terbuat dari kayu.
  • Fungsi: Yi digunakan dalam acara adat tertentu, dan biasanya dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional.

4. Krombi

  • Deskripsi: Krombi adalah alat musik petik yang terbuat dari bambu dan biasanya dimainkan oleh suku-suku pesisir Papua. Krombi memiliki suara khas dan unik, dihasilkan dari dawai-dawai yang diikat pada bambu.
  • Cara Memainkan: Dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari.
  • Fungsi: Krombi digunakan dalam upacara adat serta untuk mengiringi lagu-lagu rakyat dan hiburan sehari-hari.

5. Fuu

  • Deskripsi: Fuu adalah alat musik tiup tradisional yang juga terbuat dari bambu. Alat musik ini menghasilkan suara yang khas melalui lubang yang ditiup.
  • Cara Memainkan: Dimainkan dengan cara ditiup, dan pemain bisa menutup atau membuka lubang-lubang kecil di badan alat untuk mengubah nada.
  • Fungsi: Fuu biasanya digunakan dalam acara-acara adat atau sebagai alat komunikasi antar kelompok dalam kegiatan sosial di masyarakat Papua.

6. Atowo

  • Deskripsi: Atowo adalah alat musik tiup yang terbuat dari kerang besar. Alat ini digunakan oleh beberapa suku di Papua dalam berbagai upacara adat, khususnya yang berkaitan dengan laut.
  • Cara Memainkan: Dimainkan dengan cara meniup bagian ujung kerang, mirip dengan memainkan terompet.
  • Fungsi: Alat musik ini biasanya dimainkan untuk mengiringi ritual adat, terutama dalam upacara yang berhubungan dengan laut atau alam.

Alat musik tradisional Papua ini memainkan peran penting dalam kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Papua. Mereka tidak hanya digunakan sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai bagian integral dari ritual adat dan kegiatan budaya lainnya.

Mengenal Alat Musik Tradisional Yang Berasal dari Maluku Utara

Provinsi Maluku Utara juga memiliki beragam alat musik tradisional yang mencerminkan kekayaan budaya masyarakatnya. Beberapa alat musik tradisional dari Provinsi Maluku Utara antara lain:

1. Salude

  • Deskripsi: Salude adalah alat musik petik tradisional yang terbuat dari bambu. Alat ini berbentuk tabung dengan beberapa dawai yang direntangkan dari satu ujung ke ujung lainnya.
  • Cara Memainkan: Dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari-jari tangan.
  • Fungsi: Salude digunakan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional dan biasanya dimainkan saat acara-acara adat atau hiburan lokal.

2. Gambus

  • Deskripsi: Gambus merupakan alat musik petik tradisional yang mirip dengan mandolin, terbuat dari kayu dengan senar yang terbuat dari bahan alami. Alat musik ini memiliki sejarah panjang dan dipengaruhi oleh budaya Arab.
  • Cara Memainkan: Dipetik dengan jari atau menggunakan alat petik.
  • Fungsi: Biasanya digunakan dalam musik pengiring tarian dan acara adat, serta untuk mengiringi syair-syair keagamaan di masyarakat Maluku Utara.

3. Juk

  • Deskripsi: Juk adalah alat musik tiup tradisional yang terbuat dari bambu. Juk menghasilkan suara dengan cara meniup bagian atas bambu yang sudah dipotong sedemikian rupa.
  • Cara Memainkan: Dimainkan dengan cara ditiup di bagian ujungnya.
  • Fungsi: Alat musik ini digunakan untuk mengiringi upacara adat, terutama pada saat ritual-ritual keagamaan lokal.

4. Floit

  • Deskripsi: Floit merupakan alat musik tiup tradisional yang juga terbuat dari bambu. Alat ini mirip dengan seruling, dengan beberapa lubang untuk menghasilkan nada yang berbeda-beda.
  • Cara Memainkan: Dimainkan dengan cara ditiup, dan jari-jari digunakan untuk menutup dan membuka lubang-lubang di sepanjang bambu untuk mengatur nada.
  • Fungsi: Digunakan dalam berbagai kegiatan adat dan hiburan, terutama sebagai pengiring lagu-lagu rakyat.

5. Cakalele

  • Deskripsi: Cakalele sebenarnya adalah sebuah tarian perang tradisional dari Maluku Utara, namun musik yang mengiringi tarian ini biasanya dimainkan dengan alat musik tradisional seperti gong, tifa, dan alat musik pukul lainnya.
  • Cara Memainkan: Alat musik yang digunakan dalam pengiring tari Cakalele dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh, terutama tifa dan gong.
  • Fungsi: Digunakan sebagai pengiring dalam pertunjukan tari Cakalele, yang merupakan simbol keberanian dan semangat perjuangan masyarakat Maluku Utara.

6. Tifa

  • Deskripsi: Sama seperti di Maluku, Tifa juga merupakan alat musik tradisional yang populer di Maluku Utara. Tifa terbuat dari kayu dan kulit binatang, serta dimainkan dengan cara dipukul.
  • Cara Memainkan: Dipukul dengan tangan pada bagian kulit binatang yang menutupi bagian atas alat musik ini.
  • Fungsi: Tifa digunakan dalam berbagai acara adat dan pertunjukan musik tradisional, serta sering kali digunakan untuk mengiringi tarian perang seperti Cakalele.

Alat musik tradisional ini memainkan peran penting dalam berbagai ritual, upacara adat, dan kegiatan budaya di Maluku Utara, serta menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat setempat.

Mengenal Alat Musik Tradisional yang Berasal Dari Maluku

Provinsi Maluku memiliki beragam alat musik tradisional yang mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah masyarakatnya. Berikut adalah beberapa alat musik tradisional dari Provinsi Maluku:

1. Tifa

  • Deskripsi: Tifa adalah alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan kulit binatang. Bentuknya menyerupai gendang kecil. Alat musik ini banyak digunakan dalam upacara adat, tarian tradisional, serta acara-acara budaya di Maluku dan Papua.
  • Cara Memainkan: Dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan langsung pada permukaan kulitnya.
  • Fungsi: Tifa sering digunakan untuk mengiringi tari-tarian tradisional seperti tari Cakalele, sebuah tarian perang khas Maluku.

2. Totobuang

  • Deskripsi: Totobuang adalah alat musik tradisional berupa gong kecil yang disusun di atas rak. Totobuang biasanya dimainkan bersama dengan alat musik lain seperti Tifa dan Gong.
  • Cara Memainkan: Dipukul dengan alat pemukul khusus yang terbuat dari kayu atau bahan lain yang lembut untuk menghasilkan nada tertentu.
  • Fungsi: Digunakan dalam pertunjukan musik tradisional dan upacara-upacara adat, terutama dalam musik pengiring tarian tradisional.

3. Rumba/Rumby

  • Deskripsi: Rumba atau Rumby adalah alat musik tradisional berbentuk tabung kecil yang terbuat dari kayu atau bambu dan diisi dengan biji-bijian atau batu kecil di dalamnya. Saat digoyangkan, alat ini menghasilkan bunyi gemerincing.
  • Cara Memainkan: Digoyangkan dengan tangan untuk menghasilkan suara ritmis.
  • Fungsi: Biasanya digunakan sebagai alat pengiring dalam tarian tradisional dan berbagai acara adat.

4. Ukulele Maluku

  • Deskripsi: Alat musik petik ini mirip dengan ukulele pada umumnya, namun di Maluku, ukulele memiliki ciri khas tersendiri baik dari segi ukuran maupun cara memainkannya.
  • Cara Memainkan: Dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari-jari tangan.
  • Fungsi: Digunakan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional Maluku, terutama dalam musik-musik yang ceria dan berirama cepat.

5. Jukulele

  • Deskripsi: Mirip dengan ukulele, namun ukurannya lebih kecil dan biasanya hanya memiliki tiga atau empat senar.
  • Cara Memainkan: Dipetik untuk menghasilkan melodi yang khas.
  • Fungsi: Jukulele sering dimainkan dalam pertunjukan musik tradisional, terutama untuk mengiringi lagu-lagu rakyat di Maluku.

6. Gong

  • Deskripsi: Gong adalah alat musik pukul berupa logam besar yang digantung dan dipukul untuk menghasilkan suara yang dalam dan resonan.
  • Cara Memainkan: Dipukul dengan alat pemukul khusus yang biasanya terbuat dari kayu dengan ujung yang dilapisi bahan empuk.
  • Fungsi: Gong sering digunakan bersama Totobuang dan Tifa dalam musik tradisional dan upacara-upacara adat.

Alat-alat musik tradisional ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga memiliki peran penting dalam berbagai upacara adat, tari-tarian, dan kehidupan budaya masyarakat Maluku.

Resep Dodol Ketan Kukus, Hanya 3 Bahan

0

Rubrik Selera Nusantara edisi kali ini menyajikan resep Dodol Ketan Kukus. Dodol Ketan Kukus adalah hidangan tradisional Indonesia yang menawarkan kombinasi rasa manis dan gurih yang sangat menggugah selera.

Dodol Ketan Kukus memiliki tekstur yang kenyal dan lembut, berkat penggunaan beras ketan. Rasa manis yang dihasilkan dari gula, dikombinasikan dengan kelezatan santan, menciptakan harmoni rasa yang sangat memuaskan. Aroma pandan atau daun pisang yang sering digunakan dalam proses pengukusan juga menambah dimensi pada pengalaman menikmati dodol ini.

Dodol Ketan Kukus biasanya disajikan dalam potongan kecil, dengan warna yang bervariasi tergantung bahan tambahan seperti pandan. Penampilannya yang menarik, sering kali dibungkus dengan daun pisang, membuatnya tampak lebih menggoda.

Meskipun proses pembuatan Dodol Ketan Kukus tidak terlalu rumit, dibutuhkan ketelatenan untuk mendapatkan tekstur yang sempurna. Ketan yang direndam dan dikukus dengan baik akan memberikan hasil akhir yang ideal. Memasak campuran ketan, santan, dan gula hingga kental juga memerlukan perhatian agar tidak gosong.

Dodol Ketan Kukus bukan hanya sekadar makanan; ia juga melambangkan tradisi dan budaya. Sering kali disajikan dalam acara-acara penting, makanan ini memiliki makna nostalgia dan mengingatkan banyak orang akan masa kecil dan perayaan bersama keluarga.

Secara keseluruhan, Dodol Ketan Kukus adalah makanan yang menggugah selera, kaya rasa, dan memiliki nilai budaya yang mendalam. Cocok dinikmati sebagai camilan atau hidangan penutup, dodol ini pasti akan menjadi favorit di setiap acara. Jika kamu memiliki kesempatan untuk mencobanya, jangan lewatkan!

Resep Dodol Ketan Kukus

Bahan:

  • 500 gram tepung beras ketan
  • 600 gram gula merah, sisir
  • 800 ml santan kental dari satu biji kelapa tua besar atau empat bungkus santan instant

Cara Membuat Dodol Ketan Kukus

  1. Rebus 800 ml santan kental dalam wajan atau panci. Masukkan gula merah yang sudah disisr, lalu aduk sampai tercampur dengan rata.
  2. Selanjutnya, aduk terus hingga mendidih dan gula merahnya semua larut, lalu matikan kompornya.
  3. Setelah itu, saring, agar ampas atau kotoran gula merah tidak mengganggu proses pembuatan dodol katan kukus.
  4. Kemudian, siapkan tepung ketan yang sudah dimasukkan ke dalam wadah dan whiskernya.
  5. Tuang larutan santan dan gula merah yang masih hangat ke dalam tepung ketannya sedikit demi sedikit. Secara bertahap sambil diaduk-aduk.
  6. Jangan sampai ada yang bergerindil. Sambil terus diaduk dan dituang sedikit demi sedikit, agar tercampur rata.
  7. Jangan heran, semakin lama mengaduknya, semakin susah mengaduknya, karena ketannya menggumpal.
  8. Jika adonan sudah tercampur rata, dan tidak ada lagi yang berindil. Pindahkan ke dalam loyang yang sudah diolesi dengan minyak goreng, yang berukuran 20 cm x 10 cm. Bisa juga menggunakan cetakan lain. Seperti plastik bunga mawar dan sebagainya.
  9. Setelah semua adonan dimasukkan ke dalam loyang, kukus adonan sekitar satu jam. Jangan lupa kukusannya, dipanaskan terlebih dahulu.
  10. Jika sudah 1 jam, keluarkan loyang dari kukusan. Dan biarkan terlebih dahulu dingin. Setelah dingin, keluarkan dodol dari cetakannya. Dodol ketan kukus cuma 3 bahan siap disajikan.

Selamat mencoba dan menikmati. (Ana)

Resep Putri Ayu, Kue Tradisional yang Lembut dan Kenyal

0

Rubrik Selera Nusantara edisi kali ini menyajikan resep Putri Ayu. Putri Ayu adalah salah satu kue tradisional Indonesia yang terkenal, terutama di daerah Jawa.

Kue ini dikenal dengan bentuknya yang cantik dan warna-warni, serta teksturnya yang lembut dan kenyal. Berikut adalah ulasan mengenai Kue Putri Ayu:

  1. Rasa: Kue Putri Ayu memiliki rasa manis yang lembut, biasanya berasal dari campuran gula, santan, dan tepung beras. Ada juga variasi rasa seperti pandan yang memberikan aroma khas yang menggugah selera.
  2. Tekstur: Teksturnya lembut dan sedikit kenyal, berkat penggunaan santan dan tepung ketan. Kue ini sering kali dipadukan dengan taburan kelapa parut di atasnya, yang menambah sensasi gurih dan kaya rasa.
  3. Penampilan: Kue ini biasanya disajikan dalam cetakan kecil dan memiliki lapisan warna hijau atau putih, yang membuatnya sangat menarik. Penampilannya yang cantik menjadikannya pilihan sempurna untuk hidangan di acara-acara khusus.
  4. Ketersediaan: Putri Ayu mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional, toko kue, atau saat acara-acara seperti arisan dan perayaan. Banyak orang juga membuatnya sendiri di rumah karena resepnya yang relatif sederhana.
  5. Kesesuaian: Kue ini cocok untuk semua kalangan, baik anak-anak maupun dewasa. Selain sebagai camilan, Putri Ayu juga sering disajikan dalam acara-acara keluarga atau perayaan.

Secara keseluruhan, Kue Putri Ayu adalah camilan tradisional yang lezat dan menarik. Jika Anda mencari sesuatu yang manis dan khas Indonesia, kue ini adalah pilihan yang tepat!

Resep Putri Ayu

  • 1 kg Tepung Terigu
  • 1 kg Gula pasir
  • 8 butir telur ukuran besar (kalau kecil 10 butir)
  • 1 sendok SP
  • 1 butir kelapa ukuran sedang
  • 4 gelas kecil santan yang sudah dimasak (kasih garam sedikit saja)
  • Vanili
  • Pewarna pasta pandan (sesuai selera)

Cara Membuat Putri Ayu

  1. Kelapa parut dikukus terlebih dahulu agar tidak mudah basi, kasih garam sedikit saja dan 2 lembar daun pandan (bisa ditambahkan 2 sendok makan tepung maizena).
  2. Gula, telur, SP, vanili dimixer dengan kecepatan tinggi. Jika sudah mengembang dan berjejak, tuang santan dan mixer lagi, sebentar saja sampai merata.
  3. Setelah itu, tuang terigu secara bertahap, aduk sampai merata lalu kasih pewarna pasta pandan secukupnya.
  4. Cetakan olesin minyak agar tidak lengket, lalu taruh kelapa parut, ditekan-tekan ya biar kelapanya menyatu dan tidak buyar saat nanti kuenya sudah jadi.
  5. Tuang adonan ke cetakan, lalu kukus. Sebelumnya, panaskan kukusan terlebih dahulu ya, masak dengan menggunakan api sedang.
  6. Kukus selama 15 menit, kalau kue sudah tidak lengket berarti sudah matang.

Semoga bermanfaat dan selamat mencoba. (*)

Renungan Harian Kristen, Minggu, 6 Oktober 2024: Hidup Baru Melalui Kelahiran Kembali

0

Renungan Harian Kristen hari ini, Minggu, 6 Oktober 2024 berjudul: Hidup Baru Melalui Kelahiran Kembali

Bacaan untuk Renungan Harian Kristen hari ini diambil dari Galatia 1:15-16

Renungan Harian Kristen hari ini mengisahkan tentang Hidup Baru Melalui Kelahiran Kembali

Galatia 1:15-16 1:15 Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya,
1:16 berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia;

Pengantar:

Jika Yesus Kristus akan membuat saya baru kembali, hanya jika Dia, menempatkan sifat-Nya dalam diri saya, suatu mukjizat dari penebusan, yang melaluinya saya dapat benar-benar hidup dengan hidup baru. Namun, Allah tidak dapat menempatkan sifat-Nya ke dalam diri saya, kecuali saya sadar bahwa saya membutuhkannya.

Renungan Harian Kristen, Minggu, 6 Oktober 2024

Jika Yesus Kristus akan membuat saya baru kembali, apa masalah yang Dia hadapi? Masalah sebenarnya adalah saya mempunyai suatu (sifat) bawaan yang tidak dapat saya atasi atau ubah. Saya tidak kudus dan tampaknya tidak mungkin menjadi kudus, dan jika semua yang Kristus Yesus dapat lakukan adalah untuk mengatakan bahwa saya harus kudus, ajaran-Nya membawa rasa putus asa. Namun, jika Yesus Kristus adalah Pembangun kembali hidup (regenerator), Seorang yang dapat menaruhkan dalam diri seseorang sifat kekudusan-Nya, maka saya mulai melihat apa yang Dia maksudkan ketika Dia berkata bahwa saya harus menjadi kudus. Penebusan berarti Yesus Kristus dapat menaruhkan ke dalam diri seseorang sifat/natur baka yang dalam diri-Nya. Dan, semua standar yang Ia berikan berdasarkan pada hal ini: ajaran-Nya adalah bagi kehidupan yang Ia letakkan dalam diri seseorang. Transaksi moral yang menjadi bagian saya adalah menerima putusan Allah atas dosa di atas salib Yesus Kristus.

Ajaran Perjanjian Baru tentang lahir kembali adalah ketika seseorang sampai pada pengakuan yang sungguh akan kebutuhannya, dan Allah akan menempatkan Roh Kudus ke dalam roh orang tersebut, dan rohnya akan dimotori oleh Roh Anak Allah, “sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu” (Galatia 4:19). Mukjizat moral dari Penebusan adalah bahwa Allah dapat menaruhkan ke dalam saya suatu sifat/natur baru ke dalam saya yang melaluinya saya dapat benar-benar hidup dengan hidup baru. Ketika saya sampai pada keyakinan akan kebutuhan saya dan tahu keterbatasan saya, Yesus berkata — “Berbahagialah kamu.” Namun, saya harus sampai pada titik itu. Allah tidak dapat menaruhkan ke dalam diri saya, sebagai makhluk moral yang bertanggung jawab, sifat yang ada dalam Yesus Kristus, kecuali saya sadar bahwa saya membutuhkannya.

Sama seperti sifat dosa masuk ke dalam umat manusia melalui satu orang, demikian juga Roh Kudus masuk ke dalam umat manusia melalui satu orang lain (Roma 5:12-19). Dan, Penebusan berarti bahwa saya dapat dibebaskan dari kebakaan dosa (heredity of sin) dan melalui Yesus Kristus dapat menerima hidup yang tidak bercela, yaitu Roh Kudus.

Demikian Renungan hari ini, Minggu, 6 Oktober 2024 diambil dari Galatia 1:15-16 yang mengisahkan tentang Hidup Baru Melalui Kelahiran Kembali dan disadur dari Renungan Oswald Chambers//alkitab.mobi.

Setiap yang Hidup Akan Mengalami Kematian

0

Setiap makhluk yang hidup pasti akan mengalami kematian. Ini tidak hanya berlaku bagi manusia, tetapi juga untuk jin, hewan, dan tumbuhan. Setiap makhluk akan merasakan saat perpisahan tersebut ketika tiba waktunya.

Oleh karena itu, marilah kita saling mengingatkan untuk mempersiapkan bekal menghadapi momen yang tak kita ketahui kapan akan datang. Kita perlu terus meningkatkan kualitas iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi yang diharamkan.

Dalam Al-Quran, Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya” (QS. Ali Imran: 102). Kehidupan adalah perjalanan panjang menuju kematian, dan setiap makhluk bernyawa pasti akan merasakan kematian.

Ayat ini mengingatkan kita bahwa kematian akan datang, tanpa pandang bulu, kapanpun dan dimanapun kita berada. Oleh karena itu, kita harus selalu ingat kepada Allah SWT, yang menghidupkan dan mematikan kita semua.

Dalam Surah Al-Baqarah ayat 28, Allah berfirman: “Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati. Lalu Dia menghidupkan kamu. Kemudian Dia mematikan kamu. Lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan.”

Dalam tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa ayat ini menegaskan kekuasaan Allah. Sangat aneh jika ada yang ingkar kepada Allah, padahal manusia awalnya tidak ada, lalu diciptakan-Nya di muka bumi.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa kita semua pasti akan mati dan dibangkitkan kembali setelahnya. Selama kita hidup, kita harus selalu mengingat kematian dan memikirkan bekal apa yang harus disiapkan untuk menghadapinya. Berikut beberapa hal yang perlu kita siapkan:

Beramal Sebaik Mungkin

Selama hidup di dunia, kita diajarkan untuk beramal soleh sebanyak mungkin tanpa menghitung. Beramal harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT dan istiqomah. Dalam Surah Al-Mulk ayat 1-2, Allah berfirman: “Maha suci Allah yang menguasai segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” Dalam hadist, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik amal adalah yang dilakukan secara rutin, meskipun sedikit.”

Menyiapkan Amal yang Mengalir Pahalanya

Kita perlu menyiapkan amal yang bermanfaat bagi orang lain, yang akan terus mengalir pahalanya meski kita sudah meninggal. Contohnya adalah sedekah jariyah, seperti membangun jalan, saluran air, atau mengajarkan ilmu. Rasulullah SAW bersabda bahwa ketika seseorang meninggal, amalnya terputus kecuali untuk tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya (HR. Muslim).

Berdoa untuk Husnul Khotimah

Kita semua pasti menginginkan akhir hidup yang baik, yaitu husnul khotimah. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan memperbanyak doa dan zikir kepada Allah SWT. Mengingat kalimat “Laa ilaha illallah” sangat dianjurkan, karena jika kita sering mengucapkannya, Insya Allah kita juga akan dapat mengucapkannya di akhir hayat.

Rasulullah SAW memberikan gambaran ciri-ciri husnul khotimah, yaitu seseorang yang istiqomah berbuat baik hingga akhir hayat. Dalam sebuah hadist, beliau bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Dia akan memberinya taufiq untuk beramal soleh sebelum meninggal” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Semoga kita semua menjadi hamba Allah yang selalu ingat kepada-Nya. Dengan mengingat-Nya, iman kita akan bertambah, dan kita akan terus mengerjakan kebajikan. Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang yang wafat dalam keadaan husnul khotimah. Amin. (Ana)

Sarcopenia: Kehilangan Massa dan Kekuatan Otot, Kenali Gejalanya

0

Sarcopenia adalah kondisi yang ditandai dengan hilangnya massa dan kekuatan otot akibat penuaan. Untuk mencegahnya, penting untuk rutin menggunakan otot melalui berbagai aktivitas fisik, seperti berjalan, berlari, bersepeda, dan menaiki tangga.

Usahakan untuk selalu berdiri dan bergerak. Hindari duduk atau berbaring terlalu lama sebelum berolahraga. Minum air hangat dan gunakan alas kaki yang nyaman; hindari alas kaki yang berduri atau berjalan tanpa pelindung di permukaan yang keras.

Setelah usia 50-60 tahun, menurunkan berat badan hanya dengan mengurangi makanan tidak akan cukup. Tanpa olahraga, otot akan semakin berkurang, yang berisiko bagi kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk membangun kebiasaan berjalan kaki selama 30 menit setiap hari, agar otot tetap kuat dan jantung sehat.

Jika seorang lansia dirawat di rumah sakit, jangan anjurkan mereka untuk lebih banyak beristirahat. Berbaring dalam waktu lama dapat mengakibatkan hilangnya hingga 5% massa otot dalam seminggu, dan sulit untuk memulihkan otot yang hilang. Menghindari pekerjaan rumah bukanlah bentuk pengabdian; dorong mereka untuk tetap aktif.

Banyak orang lanjut usia mengalami kesulitan menelan akibat kurangnya aktivitas fisik, yang bisa berakibat fatal. Sarcopenia lebih berbahaya dibandingkan osteoporosis. Selain risiko jatuh, sarcopenia dapat memengaruhi kualitas hidup dan berkontribusi pada masalah kesehatan lain seperti gula darah tinggi akibat kurangnya massa otot.

Hilangnya massa otot paling cepat terjadi di otot kaki. Ketika seseorang duduk atau berbaring, otot kaki tidak bergerak, sehingga kekuatannya menurun. Untuk meningkatkan kualitas hidup di usia tua, penting untuk tetap bergerak. Rata-rata, orang tua menghabiskan 8 tahun di kursi roda sebelum terbaring di tempat tidur, dan tentu saja tidak ada yang ingin hidup seperti itu.

Pastikan kaki tetap aktif dan kuat, karena penuaan dimulai dari kaki ke atas. Meskipun kita semakin tua, jangan khawatir tentang uban atau keriput; yang penting adalah menjaga kesehatan otot kaki. Berjalan setiap hari sangat dianjurkan.

Jika tidak menggerakkan kaki selama dua minggu, kekuatan otot kaki dapat menurun setara dengan penuaan 20-30 tahun. Melemahnya otot kaki dapat memperpanjang waktu pemulihan, meskipun Anda berolahraga secara rutin. Pastikan seluruh berat badan bertumpu pada kaki.

Setiap kaki mengandung 50% tulang dan 50% otot, berfungsi sebagai pilar yang menopang seluruh tubuh. Oleh karena itu, lakukanlah aktivitas berjalan kaki 10.000 langkah setiap hari untuk menjaga kesehatan otot dan tulang. (Bersambung/ana)

8 Alat Musik Tradisional Khas Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tenggara memiliki kekayaan budaya yang tercermin dalam berbagai alat musik tradisional yang digunakan oleh suku-suku di wilayah tersebut, seperti suku Tolaki, Muna, dan Buton. Berikut adalah beberapa alat musik tradisional yang berasal dari Sulawesi Tenggara:

1. Ganda

Ganda adalah alat musik perkusi tradisional yang sangat populer di Sulawesi Tenggara, khususnya di kalangan suku Tolaki. Alat musik ini berupa gendang besar yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan atau stik. Ganda sering dimainkan dalam upacara adat, tarian tradisional, dan acara-acara ritual masyarakat setempat.

2. Bonte-bonte

Bonte-bonte adalah alat musik tiup tradisional yang terbuat dari bambu. Bonte-bonte dimainkan dengan cara ditiup dan menghasilkan suara melengking yang khas. Alat musik ini biasanya digunakan dalam upacara adat dan sebagai pengiring lagu-lagu tradisional. Suku Tolaki di Sulawesi Tenggara sering menggunakan Bonte-bonte dalam pertunjukan budaya.

3. Santu

Santu adalah alat musik petik yang terbuat dari kayu dengan senar dari serat atau kawat. Alat musik ini mirip dengan kecapi dan sering digunakan untuk mengiringi nyanyian atau syair tradisional. Santu biasanya dimainkan dalam suasana yang tenang dan memiliki nilai estetika yang tinggi dalam seni musik masyarakat Tolaki dan sekitarnya.

4. Gong

Gong merupakan alat musik perkusi yang juga digunakan di Sulawesi Tenggara, terutama di kalangan masyarakat Buton. Alat musik ini biasanya terbuat dari logam dan menghasilkan suara yang nyaring dan bergema. Gong sering dimainkan dalam upacara adat, seperti pernikahan atau upacara keagamaan, serta digunakan untuk mengiringi tarian tradisional.

5. Lala

Lala adalah alat musik tiup tradisional dari Sulawesi Tenggara, terutama dimainkan oleh suku Buton. Alat musik ini mirip dengan seruling dan terbuat dari bambu. Lala menghasilkan suara yang merdu dan lembut, sering digunakan untuk mengiringi tarian dan lagu-lagu tradisional.

6. Kompasia

Kompasia adalah alat musik gesek tradisional dari Sulawesi Tenggara, khususnya dimainkan oleh suku Muna. Terbuat dari kayu dengan senar dari serat atau kawat, alat musik ini menghasilkan suara yang lembut dan melankolis. Kompasia sering dimainkan dalam pertunjukan seni dan upacara adat sebagai pengiring lagu atau syair tradisional.

7. Orutu

Orutu adalah alat musik gesek yang mirip dengan rebab, dikenal di kalangan masyarakat suku Buton dan sekitarnya. Terbuat dari kayu dengan senar dari kawat, alat musik ini dimainkan dengan cara digesek dan menghasilkan suara yang melengking. Orutu sering digunakan dalam pertunjukan budaya dan upacara adat di Sulawesi Tenggara.

8. Kazoo Buton

Kazoo Buton adalah alat musik tiup yang unik dan sering digunakan dalam pertunjukan musik tradisional suku Buton. Alat musik ini memiliki bentuk seperti pipa kecil dan dimainkan dengan cara ditiup, menghasilkan suara yang sangat khas dan seru. Kazoo Buton biasa digunakan untuk mengiringi musik dansa atau tarian tradisional.

Kelebihan Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara:

  • Penting dalam Upacara Adat: Alat musik seperti Ganda dan Gong memiliki peran penting dalam berbagai upacara adat dan ritual keagamaan di Sulawesi Tenggara. Mereka sering digunakan untuk menciptakan suasana sakral atau meriah dalam acara adat.
  • Keunikan Suara: Alat musik tradisional Sulawesi Tenggara, seperti Santu dan Lala, menghasilkan suara yang khas dan memikat, membawa nuansa tradisional dan etnik yang mendalam dalam setiap pertunjukan.
  • Penggunaan Bahan Alami: Sebagian besar alat musik terbuat dari bahan-bahan alami seperti bambu, kayu, dan logam, yang mencerminkan keterkaitan masyarakat Sulawesi Tenggara dengan lingkungan alamnya.

Alat musik tradisional dari Sulawesi Tenggara tidak hanya digunakan untuk hiburan tetapi juga memiliki fungsi penting dalam kehidupan sosial, budaya, dan spiritual masyarakat setempat. Alat-alat ini adalah bagian dari warisan budaya yang terus dilestarikan dan dipertunjukkan dalam berbagai upacara dan acara adat.

9 Alat Musik Tradisional Sulawesi Selatan

Sulawesi Selatan memiliki berbagai alat musik tradisional yang mencerminkan kekayaan budaya suku-suku yang tinggal di wilayah ini, seperti Bugis, Makassar, dan Toraja. Berikut adalah beberapa alat musik tradisional dari Sulawesi Selatan:

1. Kecapi

Kecapi adalah alat musik petik tradisional yang sangat populer di kalangan masyarakat Bugis dan Makassar. Terbuat dari kayu dengan senar dari bahan nilon atau logam, kecapi dimainkan dengan cara dipetik untuk menghasilkan melodi lembut dan syahdu. Kecapi sering dimainkan dalam acara adat dan sebagai pengiring nyanyian atau syair-syair tradisional.

2. Gandrang

Gandrang adalah alat musik perkusi berupa gendang yang berasal dari Sulawesi Selatan, khususnya dari suku Bugis dan Makassar. Gandrang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan atau stik kayu. Alat musik ini sering digunakan dalam upacara adat, tari-tarian tradisional seperti tari Pakarena, dan dalam berbagai perayaan.

3. Puik-Puik

Puik-puik adalah alat musik tiup tradisional dari Sulawesi Selatan yang terbuat dari kayu atau bambu. Puik-puik memiliki bentuk menyerupai terompet kecil dan dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik ini sering digunakan untuk mengiringi upacara adat dan tari-tarian, seperti tari Ma’badong di Tana Toraja.

4. Suling

Suling adalah alat musik tiup yang juga sangat umum di Sulawesi Selatan. Terbuat dari bambu, suling menghasilkan suara yang lembut dan merdu. Alat musik ini biasanya digunakan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional, tari-tarian, atau dalam upacara adat. Suling khas Bugis memiliki teknik tiup yang berbeda dari suling di daerah lain.

5. Tolindo

Tolindo adalah alat musik petik tradisional dari Sulawesi Selatan yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini mirip dengan kecapi namun biasanya lebih kecil. Tolindo dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional atau nyanyian rakyat di kalangan masyarakat Bugis dan Makassar.

6. Alosu

Alosu adalah alat musik perkusi kecil yang dimainkan dengan cara dikocok. Terbuat dari bahan alami seperti biji-bijian kering atau kerikil yang dimasukkan ke dalam wadah bambu, alat musik ini menghasilkan suara yang ritmis. Alosu sering digunakan dalam pertunjukan tari-tarian tradisional di Sulawesi Selatan.

7. Lembang

Lembang adalah alat musik tiup dari Tana Toraja yang terbuat dari bambu. Alat musik ini digunakan dalam upacara adat masyarakat Toraja, terutama dalam ritual pemakaman atau upacara Rambu Solo’. Suara lengkingan lembang dipercaya dapat memanggil roh leluhur.

8. Pakkeke

Pakkeke adalah alat musik tiup tradisional yang mirip dengan seruling tetapi memiliki ukuran lebih kecil. Terbuat dari bambu, Pakkeke dimainkan dengan cara ditiup dan menghasilkan suara yang melengking. Pakkeke biasanya digunakan dalam pertunjukan musik tradisional dan acara adat di Sulawesi Selatan.

9. Serunai Bugis

Serunai Bugis adalah alat musik tiup yang berasal dari masyarakat Bugis. Terbuat dari bambu, serunai Bugis menghasilkan suara nyaring dan khas. Alat musik ini digunakan untuk mengiringi tari-tarian adat atau pertunjukan musik tradisional.

Kelebihan Alat Musik Tradisional Sulawesi Selatan:

  • Fungsi dalam Upacara Adat: gandrang dan puik-puik, memiliki fungsi penting dalam berbagai upacara adat seperti pernikahan, pemakaman, dan upacara keagamaan.
  • Melestarikan Tradisi: Alat musik ini menjadi bagian penting dalam melestarikan budaya dan tradisi masyarakat Bugis, Makassar, dan Toraja. Penggunaannya dalam acara adat menunjukkan penghormatan terhadap warisan budaya leluhur.
  • Keunikan Suara dan Bahan Lokal: biasanya terbuat dari bahan-bahan alami seperti bambu, kayu, dan kulit binatang, yang mencerminkan keterkaitan erat masyarakat dengan alam. Selain itu, suara yang dihasilkan sangat unik dan menciptakan suasana sakral, meriah, atau tenang, tergantung konteks penggunaannya.

Alat musik tradisional Sulawesi Selatan tidak hanya sebagai sarana hiburan, tetapi juga merupakan bagian penting dari budaya dan identitas masyarakat setempat.