Beranda blog Halaman 75

Gunung Kau Daki, Masjid Kau Lewati

0

Oleh: Asnawin Aminuddin

(Komisi Kominfo MUI Sulsel / Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel)

Di era modern ini, semakin banyak kita menemukan orang-orang yang cerdas, memiliki pendidikan tinggi, mahir berbicara, dan piawai dalam menulis. Mereka memiliki banyak pengalaman, gemar bepergian, bahkan ada yang hobi mendaki gunung serta menjelajah lautan.

Beberapa di antara mereka juga sangat fasih membicarakan agama, mengutip ayat-ayat dan hadits dengan lancar. Namun, ironi yang sering kali muncul adalah, di tengah segala kecerdasan dan kemampuan mereka, justru ada yang jarang terlihat di masjid atau menghadiri kajian agama. Fenomena ini menjadi perbincangan di kalangan masyarakat, yang menyebutnya sebagai, “Gunung kau daki, lautan kau seberangi, masjid kau lewati.”

Tak jarang, orang-orang yang dikenal cerdas dan berprestasi justru menunjukkan sikap yang kontras terhadap kewajiban beribadah di masjid. Mereka memiliki segudang prestasi di bidang akademik, sosial, dan bahkan spiritual dalam aspek-aspek tertentu. Namun, ketika datang urusan menghadiri ceramah agama atau shalat berjamaah di masjid, sering kali muncul rasa malas.

Beberapa di antaranya mengaku merasa bosan, mengantuk, atau bahkan menganggap ceramah di masjid kurang menarik bagi mereka. Kondisi ini menjadi paradoks antara kecerdasan intelektual dan spiritualitas.

Padahal, Islam sangat menekankan pentingnya shalat berjamaah di masjid, terutama bagi laki-laki. Pahala yang dijanjikan bagi orang yang shalat berjamaah di masjid sangatlah besar.

Rasulullah SAW bersabda, “Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim). Artinya, shalat berjamaah memiliki keutamaan yang tidak dapat diabaikan.

Sebaliknya, orang yang meninggalkan shalat berjamaah tanpa alasan yang syar’i juga dihadapkan pada ancaman berat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya ingin rasanya aku menyuruh mengumpulkan kayu bakar hingga terkumpul, kemudian aku perintahkan shalat dan dikumandangkan azan untuknya, kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami orang-orang itu, lalu aku mendatangi orang-orang yang tidak menghadiri shalat berjamaah itu dan aku bakar rumah mereka.

Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya salah seorang di antara mereka tahu bahwa ia akan mendapatkan tulang berdaging gemuk atau tulang paha yang baik niscaya ia akan hadir berjamaah dalam shalat Isyak itu.”

(Muttafaqun ‘alaih dan lafaznya menurut riwayat Al-Bukhari). [HR Bukhari, No 644 dan Muslim, No 651]

Prioritas Bergeser

Mengapa orang yang telah mendaki gunung, menjelajah lautan, bahkan fasih berbicara soal agama, justru mengabaikan masjid? Salah satu penyebabnya adalah adanya pergeseran prioritas dalam kehidupan.

Dalam dunia yang serba cepat ini, godaan untuk terus mencapai prestasi duniawi seringkali mengalahkan kesadaran akan kewajiban spiritual. Beberapa orang merasa telah menjalani kehidupan yang aktif, berprestasi, dan produktif sehingga kewajiban ibadah berjamaah di masjid dipandang sebagai hal yang tidak perlu diutamakan.

Ada juga yang merasa bahwa dengan melaksanakan ibadah di rumah, mereka sudah cukup menjalankan kewajiban. Namun, dalam Islam, masjid bukan hanya tempat untuk shalat, melainkan juga pusat pembinaan keimanan dan kebersamaan. Di masjid, umat Muslim belajar, mendengar ceramah, dan memperkuat ukhuwah Islamiah.

Fenomena ini juga sering terlihat pada orang-orang yang telah melaksanakan ibadah haji atau umrah. Mereka mungkin sudah beberapa kali mengunjungi Tanah Suci, tapi selepas pulang, kaki mereka tetap terasa berat untuk melangkah ke masjid.

Ibadah haji dan umrah adalah rukun Islam yang sangat mulia, tetapi ibadah tersebut seharusnya menjadi motivasi untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, termasuk dengan memperbanyak kehadiran di masjid.

Fenomena ini seharusnya menjadi renungan bagi kita semua. Sebagai Muslim, kesuksesan duniawi dan kecerdasan intelektual adalah hal yang baik, namun tidak boleh mengalahkan komitmen kita terhadap kewajiban agama.

Masjid bukan hanya tempat shalat, tetapi juga tempat untuk menumbuhkan ketenangan batin dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan memprioritaskan masjid dan shalat berjamaah, kita tidak hanya mengejar pahala yang besar, tetapi juga menunjukkan kepatuhan kita kepada perintah Allah dan mengikuti jejak Rasulullah SAW.

Gunung memang penting untuk didaki, lautan menarik untuk dijelajahi, tetapi jangan sampai masjid yang ada di dekat kita malah terlewati. (*)

7 Alat Musik Tradisional Sulawesi Tengah

Sulawesi Tengah memiliki berbagai alat musik tradisional yang mencerminkan kekayaan budaya dan keragaman suku-suku di wilayah tersebut, seperti suku Kaili, Lore, dan lainnya. Berikut adalah beberapa alat musik tradisional dari Sulawesi Tengah:

1. Gimba

Gimba adalah alat musik perkusi yang terbuat dari kayu dengan membran dari kulit binatang. Gimba dimainkan dengan cara dipukul dan sering digunakan dalam upacara adat suku Kaili. Alat musik ini biasanya dipakai untuk mengiringi tarian dan ritual adat, serta memiliki peran penting dalam berbagai upacara tradisional.

2. Kanda Wuta

Kanda Wuta adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu. Kanda Wuta dimainkan dengan cara dipukul, dan menghasilkan suara yang ritmis dan merdu. Alat musik ini banyak digunakan oleh masyarakat Lore di Sulawesi Tengah dalam upacara adat dan acara-acara penting lainnya.

3. Lalove

Lalove adalah alat musik tiup tradisional yang sangat terkenal di Sulawesi Tengah, terutama di kalangan suku Kaili. Terbuat dari bambu, Lalove menghasilkan suara yang melengking dan sering digunakan dalam upacara adat atau ritual keagamaan. Suara lalove yang mistis dipercaya dapat memanggil roh leluhur dalam beberapa tradisi suku.

4. Pare’e

Pare’e adalah alat musik tradisional yang juga dikenal di kalangan suku Kaili. Alat musik ini termasuk dalam jenis perkusi, dan biasanya dimainkan bersama dengan alat musik lain untuk menciptakan harmoni ritmis dalam berbagai upacara adat dan festival budaya.

5. Santu

Santu adalah alat musik petik tradisional yang menyerupai kecapi. Alat ini biasanya terbuat dari kayu dan senar dari serat atau logam. Santu sering digunakan untuk mengiringi nyanyian atau syair tradisional di kalangan masyarakat Sulawesi Tengah, terutama suku Kaili. Santu memiliki suara yang lembut dan menenangkan, sering dimainkan dalam suasana kontemplatif atau keagamaan.

6. Gong

Gong adalah alat musik pukul tradisional yang juga digunakan di Sulawesi Tengah, khususnya oleh suku Kaili. Gong biasanya dimainkan dalam berbagai upacara adat sebagai simbol kehormatan atau untuk menandai dimulainya suatu upacara. Alat musik ini sering digunakan dalam orkestra tradisional untuk mengiringi tari-tarian atau acara ritual.

7. Dodal

Dodal adalah sejenis genderang tradisional yang sering dimainkan dalam upacara adat di Sulawesi Tengah. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan atau stik, menciptakan ritme yang dinamis dan sering digunakan dalam acara adat seperti pernikahan dan upacara penyambutan.

Kelebihan Alat Musik Tradisional Sulawesi Tengah:

  • Fungsi Sosial dan Spiritual: Lalove dan Gimba, memiliki peran penting dalam upacara adat dan ritual keagamaan, yang mencerminkan hubungan kuat antara musik dan spiritualitas di wilayah ini.
  • Melestarikan Warisan Budaya: seperti Santu dan Kanda Wuta berperan dalam melestarikan seni dan budaya tradisional masyarakatnya, sekaligus memperkenalkan generasi muda pada warisan leluhur.
  • Keterkaitan dengan Alam: Sebagian besar alat musik tradisional terbuat dari bahan-bahan alami seperti bambu, kayu, dan kulit binatang, menunjukkan keterkaitan erat antara budaya masyarakat dengan alam sekitarnya.

Alat-alat musik tradisional ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai bagian penting dalam kehidupan sosial, budaya, dan spiritual masyarakat Sulawesi Tengah.

Prodi Arsitektur Universitas Fajar Sukses Gelar Kuliah Tamu

0

Prodi Arsitektur Universitas Fajar sukses menggelar kuliah tamu pada Sabtu, 5 Oktober 2024. Acara ini dihadiri tidak hanya oleh mahasiswa Universitas Fajar, tetapi juga mahasiswa dari kampus-kampus lain diantara Mahasiswa dari Universitas Negeri Makassar yang tertarik mengikuti materi yang dibawakan oleh Ariko Andikabana, Sekjen Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).

Dengan tajuk “Bagaimana Masa Depan Arsitek?”, Ariko Andikabana menyajikan pandangan komprehensif mengenai tantangan dan peluang yang akan dihadapi para arsitek dalam beberapa dekade mendatang. Dia membahas transformasi dunia arsitektur yang semakin dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, perubahan iklim, serta kebutuhan desain berkelanjutan.

“Seorang arsitek masa depan harus lebih peka terhadap kebutuhan lingkungan dan masyarakat, serta mampu memanfaatkan teknologi dalam menciptakan desain yang lebih efisien dan ramah lingkungan,” kata Ariko dalam presentasinya.

Acara ini tidak hanya menjadi ajang bertukar ilmu, tetapi juga memberikan wawasan baru tentang bagaimana para arsitek dapat menghadapi tantangan masa depan. Kuliah tamu yang interaktif ini ditutup dengan sesi tanya jawab yang ramai, di mana peserta aktif bertanya mengenai penerapan teknologi dan peran arsitek dalam membangun kota berkelanjutan di Indonesia.

Kuliah tamu ini menegaskan pentingnya keterlibatan profesional dan akademisi dalam membangun masa depan arsitektur Indonesia, dengan memadukan teknologi, keberlanjutan, dan komitmen sosial dalam setiap rancangan yang mereka hasilkan.

Dengan acara ini, Prodi Arsitektur Universitas Fajar terus menunjukkan komitmennya dalam memberikan pendidikan berkualitas dengan mengundang praktisi-praktisi profesional di bidang arsitektur untuk memberikan wawasan yang relevan dan inspiratif bagi para mahasiswa. (*)

7 Alat Musik Tradisional Khas Gorontalo

Gorontalo, yang dikenal dengan kekayaan budayanya, juga memiliki berbagai alat musik tradisional yang khas dan mencerminkan identitas budaya masyarakat setempat. Beberapa alat musik tradisional Gorontalo yang penting antara lain:

1. Polopalo

Polopalo adalah alat musik pukul yang terbuat dari bambu. Cara memainkannya dengan memukul kedua sisinya secara bersamaan atau bergantian. Polopalo menghasilkan suara yang khas dan sering dimainkan dalam upacara adat, hiburan, dan acara resmi. Alat musik ini melambangkan semangat dan kreativitas masyarakat Gorontalo.

2. Gambusi

Gambusi adalah alat musik petik yang menyerupai gambus Arab, tetapi di Gorontalo memiliki bentuk dan teknik permainan yang unik. Alat musik ini terbuat dari kayu dengan senar yang terbuat dari bahan serat atau kawat. Gambusi sering dimainkan untuk mengiringi nyanyian atau syair tradisional, terutama dalam pertunjukan seni yang lebih religius.

3. Suling Gorontalo

Suling Gorontalo adalah alat musik tiup tradisional yang terbuat dari bambu. Suling ini memiliki nada yang halus dan dimainkan dalam berbagai upacara adat atau sebagai pengiring lagu-lagu tradisional Gorontalo. Suling sering digunakan untuk menciptakan suasana tenang dan kontemplatif.

4. Bajo

Bajo adalah alat musik tradisional yang berbentuk drum kecil. Alat ini terbuat dari kayu dengan kulit binatang yang dipasang di atasnya sebagai membran. Bajo sering dimainkan bersamaan dengan alat musik lain seperti gambusi atau suling untuk mengiringi tari-tarian tradisional.

5. Karatu

Karatu adalah alat musik perkusi yang menyerupai kastanyet. Alat ini terbuat dari kayu dan dimainkan dengan cara ditepukkan di tangan, menciptakan ritme yang sederhana namun menarik. Karatu biasanya dimainkan dalam kelompok, terutama dalam pertunjukan musik rakyat atau tarian.

6. Otal-otal

Otal-otal adalah alat musik tiup tradisional lainnya dari Gorontalo. Bentuknya mirip dengan suling, namun ukurannya lebih kecil. Alat ini digunakan dalam berbagai upacara adat dan acara budaya untuk mengiringi lagu-lagu atau tarian tradisional.

7. Marwas

Marwas adalah alat musik perkusi berbentuk drum kecil yang berasal dari pengaruh budaya Arab. Alat ini dimainkan dengan tangan dan sering digunakan untuk mengiringi syair religius atau pertunjukan seni Islami di Gorontalo. Marwas sering hadir dalam acara-acara keagamaan atau festival tradisional.

Kelebihan Alat Musik Gorontalo:

  • Melestarikan Tradisi: Alat musik ini memainkan peran penting dalam menjaga budaya dan tradisi Gorontalo, digunakan dalam berbagai upacara adat dan festival.
  • Keunikan Suara: Alat musik seperti polopalo dan gambusi memiliki suara khas yang tidak hanya indah, tetapi juga mengandung nilai sejarah dan budaya yang mendalam.
  • Simbol Identitas: Alat musik ini menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Gorontalo, sering digunakan dalam pertunjukan kesenian dan acara resmi.

Alat-alat musik ini mencerminkan kekayaan budaya Gorontalo, serta menunjukkan betapa musik menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat setempat.

Mengenal 6 Jenis Alat Musik Tradisional Sulawesi Utara dan Keunikannya

Sulawesi Utara memiliki beberapa alat musik tradisional yang mencerminkan kekayaan budaya dan warisan musik dari daerah ini. Berikut adalah beberapa alat musik tradisional yang berasal dari Sulawesi Utara:
  1. Kolintang
    Kolintang adalah alat musik tradisional yang paling terkenal dari Sulawesi Utara. Terbuat dari kayu ringan namun kuat, kolintang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik kayu. Alat musik ini sering digunakan dalam berbagai acara adat dan upacara tradisional di Minahasa.
  2. Salude
    Salude adalah alat musik gesek yang mirip dengan rebab, terbuat dari tempurung kelapa dan kayu. Alat musik ini dimainkan dengan cara digesek menggunakan busur dan sering digunakan dalam upacara adat masyarakat Sangihe.
  3. Gong
    Gong adalah alat musik pukul berbentuk bulat besar yang terbuat dari logam. Gong biasanya digunakan dalam upacara adat atau upacara ritual dan juga sering dimainkan bersama alat musik lain seperti kolintang.
  4. Sasambo
    Sasambo adalah alat musik tiup dari Sangihe Talaud. Alat musik ini terbuat dari bambu dan menghasilkan nada rendah. Sasambo biasanya digunakan dalam upacara adat dan kegiatan ritual masyarakat setempat.
  5. Ganda
    Ganda adalah sejenis alat musik perkusi yang berbentuk drum. Alat musik ini terbuat dari kayu dan kulit hewan, dan dimainkan dengan cara dipukul. Ganda sering digunakan dalam acara adat dan festival di Minahasa.
  6. Tetengkoren
    Tetengkoren adalah alat musik tiup sederhana yang terbuat dari bambu. Alat ini digunakan dalam berbagai upacara tradisional, terutama oleh masyarakat Sangihe dan Talaud.

Alat-alat musik ini mencerminkan warisan budaya yang kaya dari Sulawesi Utara dan sering dimainkan dalam berbagai upacara, ritual, dan kegiatan budaya.

Alat musik tradisional dari Sulawesi Utara memiliki kelebihan yang unik, baik dari segi budaya, musik, maupun fungsinya. Berikut adalah beberapa kelebihan alat musik tradisional dari Sulawesi Utara:

1. Mencerminkan Identitas Budaya

Alat musik tradisional seperti kolintang dan salude mencerminkan identitas budaya masyarakat Minahasa, Sangihe, dan Talaud. Mereka tidak hanya menjadi instrumen musik, tetapi juga simbol kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.

2. Keunikan Bahan dan Pembuatan

Banyak alat musik tradisional terbuat dari bahan alami, seperti kayu, bambu, dan tempurung kelapa. Misalnya, kolintang terbuat dari kayu berkualitas tinggi yang memberikan resonansi suara yang kaya, sementara salude menggunakan tempurung kelapa sebagai resonatornya. Penggunaan bahan lokal ini menunjukkan kreativitas dalam memanfaatkan sumber daya alam.

3. Suara yang Kaya dan Beragam

Alat musik tradisional Sulawesi Utara menghasilkan suara yang sangat unik. Kolintang, misalnya, memiliki rentang nada yang luas, memungkinkan dimainkan dalam berbagai genre musik, dari lagu-lagu tradisional hingga modern. Gong dan ganda juga menghasilkan suara yang dalam dan ritmis, sering digunakan untuk membangun suasana yang khusyuk dalam upacara adat.

4. Penting dalam Upacara Adat

Alat musik ini memiliki fungsi sosial dan spiritual yang penting, digunakan dalam berbagai upacara adat seperti pernikahan, upacara kematian, dan ritual keagamaan. Tetengkoren dan sasambo sering digunakan dalam ritual keagamaan, menambah kekhidmatan acara.

5. Mengajarkan Kolaborasi dan Kekompakan

Banyak dari alat musik Sulawesi Utara dimainkan secara berkelompok, seperti dalam ensembel kolintang atau ganda. Hal ini mengajarkan pentingnya kolaborasi, kerja sama, dan kekompakan di antara para pemain. Musik tradisional ini menciptakan harmoni yang membutuhkan sinkronisasi yang baik antara pemain.

6. Berfungsi sebagai Hiburan dan Penghibur Masyarakat

Alat musik tradisional juga berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat. Dalam berbagai pesta rakyat atau festival, alat musik seperti kolintang dimainkan untuk mengiringi tarian dan lagu, menciptakan suasana yang meriah dan menghibur.

7. Melestarikan Warisan Leluhur

Memainkan alat musik tradisional berarti turut melestarikan warisan budaya leluhur. Melalui pertunjukan musik tradisional ini, generasi muda dikenalkan dengan sejarah dan nilai-nilai budaya lokal yang penting untuk dipertahankan.

8. Fleksibilitas dalam Musik Modern

Alat musik tradisional seperti kolintang juga memiliki kelebihan dalam fleksibilitasnya. Kolintang dapat dimainkan untuk berbagai jenis musik, tidak hanya lagu-lagu tradisional tetapi juga musik kontemporer. Banyak kelompok musik modern yang memasukkan alat ini ke dalam komposisi mereka.

Alat musik tradisional Sulawesi Utara memiliki peran penting dalam menjaga dan mempromosikan budaya lokal, sambil tetap relevan dalam konteks modern.

Resep Tiktuk, Kue Tradisional yang Banyak Digemari

0

Rubrik Selera Nusantara edisi kali ini menyajikan resep Tiktuk by @wawawiati. Kue Tiktuk adalah kue tradisional Indonesia yang sering ditemukan di berbagai acara. Kue ini biasanya terbuat dari bahan dasar tepung beras, gula, dan santan, yang menghasilkan tekstur lembut dan rasa manis yang khas.

Kue Tiktuk sering kali memiliki bentuk bulat kecil dan dapat diisi dengan berbagai isian, seperti gula merah atau kelapa. Kue ini sangat populer di beberapa daerah, terutama di pulau Jawa, dan menjadi salah satu jajanan pasar yang banyak digemari. Selain rasanya yang lezat, tampilannya yang menarik juga menjadi daya tarik tersendiri.

Resep Tiktuk

Bahan:

  • 300 gram tepung tapioka/kanji
  • 2 sendok makan tepung terigu (kurang lebih 30 gram)
  • 1/2 sendok teh baking powder
  • 1 sendok teh peres, kaldu bubuk
  • 1/4 sendok teh garam
  • 70 gram margarine
  • 3 siung bawang putih dihaluskan
  • 220 ml air
  • Cabe kering bubuk daun jeruk (beli jadi), secukupnya
  • Bubuk perasa (atom, royco dll) secukupnya

Cara Membuat Tiktuk

  1. Campur dan aduk rata, tepung terigu, tepung tapioka, baking powder, kaldu bubuk, margarine dan garam.
  2. Masukkan margarine. Aduk adonan hingga tercampur rata. Aduk dengan menggunakan sendok kayu atau bisa dengan tangan yang bersih, lalu sisihkan.
  3. Campur air dengan bawang putih yang sudah dihaluskan, saring, lalu masak sampai mendidih. Tuang sedikit demi sedikit ke dalam wadah yang berisi campuran tepung, sampai dirasa cukup kalis.
  4. Takaran air, bisa kurang atau lebih, tergantung dari kalisnya adonan. Aduk dengan sendok kayu. Setelah tidak terlalu panas, uleni dengan tangan, hingga adonan kalis.
  5. Siapkan wajan berisi minyak dingin. Ambil secuil adonan, pelintir di antara tapak tangan dengan bentuknya memanjang dan meruncing di kedua ujungnya. Masukkan langsung ke dalam wajan berisi minyak dingin.
  6. Lakukan sampai wajan terisi secukupnya. Lalu panaskan wajan dengan api sedang, cenderung kecil. Biarkan sampai agak kokoh, baru kecilkan api untuk bisa dibolak-balik, supaya tidak gosong. Goreng sampai matang kekuningan.
  7. Ulangi prosesnya sampai adonan habis. Untuk menggoreng kedua kalnya, diamkan dulu minyak selama 10 menit, agar tidak terlalu panas, tidak perlu tunggu sampai dingin, baru diisi lagi dengan adonan selanjutnya.
  8. Untuk membuat Tiktuk agak pedas, taburkan atom bubuk perasa gurih secukupnya ke dalam wadah berisi Tiktuk. Aduk hingga tercampur rata. Tambahkan minyak bekas menggoreng Tiktuk 2 – 3 sendok makan atau secukupnya, lalu taburi bubuk cabe. Aduk hingga tercampur rata. Atau tutup wadah lalu kocok supaya tercampur rata.

Selamat mencoba dan menikmati. (Ana)

Mengenal Alat Musik Tradisional Di Yogyakarta dan Jawa Timur

DI Yogyakarta maupun Jawa Timur memiliki kekayaan musik tradisional yang beragam dan masih digunakan dalam berbagai upacara adat serta pertunjukan seni hingga saat ini. Artikel ini akan memberikan penjelasan mengenai Alat Musik Tradisional DI Yogyakarta dan Jawa Timur.

Alat Musik Tradisional DI Yogyakarta:

  1. Gamelan
    Gamelan merupakan ansambel musik tradisional yang sangat terkenal di Yogyakarta. Gamelan Yogyakarta terdiri dari instrumen seperti gong, saron, kendang, bonang, dan gender. Gamelan sering digunakan dalam pertunjukan seni seperti wayang kulit, tari tradisional, dan acara adat Keraton Yogyakarta.
  2. Kendang
    Kendang adalah alat musik perkusi yang dimainkan dengan dipukul. Di Yogyakarta, kendang digunakan dalam gamelan untuk mengatur ritme dan tempo dalam pertunjukan musik atau tari.
  3. Rebab
    Rebab adalah alat musik gesek tradisional yang digunakan dalam gamelan. Rebab menghasilkan melodi yang halus dan digunakan untuk mengisi melodi dalam pertunjukan gamelan di Yogyakarta.
  4. Siter
    Siter adalah alat musik petik yang mirip dengan kecapi, digunakan dalam musik gamelan Jawa. Siter sering digunakan dalam acara tradisional dan musik keraton di Yogyakarta.
  5. Gong
    Gong adalah alat musik tradisional yang penting dalam gamelan Yogyakarta. Gong memberikan nada rendah dan bertindak sebagai penanda akhir dari frase musik dalam komposisi gamelan.

Alat Musik Tradisional Jawa Timur:

  1. Gamelan Jawa Timur
    Gamelan juga sangat populer di Jawa Timur, dengan komposisi alat musik yang mirip dengan Yogyakarta dan Jawa Tengah. Perbedaannya terletak pada gaya dan tempo permainan yang lebih cepat. Gamelan digunakan dalam berbagai upacara adat, pertunjukan wayang kulit, dan tarian tradisional.
  2. Bonang
    Bonang adalah instrumen gamelan berbentuk gong kecil yang disusun secara horizontal. Bonang di Jawa Timur memiliki variasi suara dan digunakan dalam gamelan untuk menciptakan melodi utama.
  3. Angklung Reog
    Berbeda dengan angklung Sunda, angklung reog digunakan dalam pertunjukan Reog Ponorogo. Angklung reog dimainkan dengan cara dipukul dan menghasilkan suara yang kuat untuk mengiringi tarian Reog.
  4. Terompet Reog
    Terompet Reog adalah alat musik tiup yang digunakan dalam pertunjukan Reog Ponorogo. Terompet ini memiliki suara yang khas dan digunakan untuk memimpin ansambel musik dalam pertunjukan Reog.
  5. Ketipung
    Ketipung adalah alat musik perkusi berbentuk seperti kendang kecil. Alat ini sering digunakan dalam musik tradisional Jawa Timur dan dalam ensambel musik dangdut untuk memberikan ritme cepat.

Baik Yogyakarta maupun Jawa Timur memiliki kekayaan alat musik tradisional yang masih digunakan dalam berbagai bentuk kesenian dan upacara adat hingga saat ini.

Mengenal Alat Musik Tradisional Khas Jawa Barat dan Jawa Tengah

Jawa Barat maupun Jawa Tengah memiliki kekayaan musik tradisional yang beragam dan masih digunakan dalam berbagai upacara adat serta pertunjukan seni hingga saat ini. Artikel ini akan memberikan penjelasan mengenai Alat Musik Tradisional Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Alat Musik Tradisional Jawa Barat:

  1. Angklung
    Alat musik bambu yang dimainkan dengan digoyangkan, menghasilkan nada tertentu. Angklung merupakan warisan budaya yang diakui oleh UNESCO dan sering digunakan dalam berbagai pertunjukan seni.
  2. Kecapi
    Kecapi adalah alat musik petik yang digunakan dalam musik tradisional Sunda. Biasanya kecapi digunakan untuk mengiringi tembang Sunda, sebuah bentuk nyanyian tradisional Jawa Barat.
  3. Suling
    Suling bambu dari Jawa Barat memiliki ukuran kecil dan biasa digunakan sebagai instrumen tiup pengiring dalam musik tradisional Sunda, termasuk dalam pertunjukan kacapi suling.
  4. Kendang
    Kendang adalah alat musik perkusi yang dimainkan dengan cara dipukul. Di Jawa Barat, kendang digunakan dalam pertunjukan musik gamelan, jaipong, dan dalam pencak silat.
  5. Calung
    Mirip dengan angklung, calung juga terbuat dari bambu, namun dimainkan dengan cara dipukul, bukan digoyangkan. Calung sering digunakan dalam pertunjukan kesenian daerah Sunda.

Alat Musik Tradisional Jawa Tengah:

  1. Gamelan
    Gamelan adalah ansambel musik yang terdiri dari berbagai alat musik seperti gong, kenong, bonang, saron, dan kendang. Gamelan sangat terkenal di Jawa Tengah dan digunakan dalam berbagai acara, termasuk wayang kulit dan upacara adat.
  2. Siter
    Siter adalah alat musik petik yang mirip kecapi, dengan bentuk yang lebih kecil. Biasanya digunakan dalam musik gamelan Jawa Tengah untuk melengkapi melodi.
  3. Bonang
    Bonang adalah salah satu instrumen dalam gamelan yang terdiri dari beberapa gong kecil yang disusun di atas tali. Bonang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pukul khusus.
  4. Kenong
    Kenong juga merupakan instrumen gamelan yang berbentuk seperti gong kecil, tapi dengan suara yang lebih rendah dibanding bonang. Kenong digunakan untuk memperkuat melodi dalam gamelan.
  5. Rebab
    Rebab adalah alat musik gesek yang digunakan dalam musik gamelan di Jawa Tengah. Rebab menghasilkan melodi yang lembut dan berperan sebagai instrumen pengisi melodi dalam ensambel gamelan.

Baik Jawa Barat maupun Jawa Tengah memiliki kekayaan musik tradisional yang beragam dan masih digunakan dalam berbagai upacara adat serta pertunjukan seni hingga saat ini.

Mengenal Alat Musik Tradisional Khas Provinsi Banten dan DKI Jakarta

Ada beragam macam alat musik tradisional di daerah Jawa. Artikel ini akan menjelaskan mengenai alat musik tradisional yang berasal dari daerah Banten dan DKI Jakarta.

Alat Musik Tradisional Banten

Beberapa alat musik tradisional dari Banten yang memiliki nilai budaya dan sejarah khas daerah tersebut adalah:

  1. Angklung Buhun
    Angklung Buhun adalah alat musik yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara digoyangkan. Alat musik ini berasal dari masyarakat Baduy di Banten, digunakan dalam ritual-ritual adat dan memiliki nilai spiritual bagi masyarakat setempat.
  2. Pantun Bambu
    Alat musik ini dimainkan dengan cara memukul bambu yang sudah diatur sedemikian rupa. Pantun Bambu biasanya digunakan untuk mengiringi pantun atau nyanyian tradisional di Banten.
  3. Dogdog Lojor
    Dogdog Lojor adalah alat musik berbentuk tabung panjang yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat ini biasanya digunakan dalam upacara adat dan tradisi masyarakat Baduy, serta untuk mengiringi tarian tradisional.
  4. Lesung
    Alat musik tradisional ini sebenarnya adalah alat untuk menumbuk padi, tetapi di Banten, lesung juga digunakan sebagai alat musik. Biasanya dimainkan dalam kegiatan bersama atau saat ada acara-acara adat.
  5. Rebana
    Rebana merupakan alat musik tabuh yang dimainkan dengan cara dipukul. Di Banten, rebana sering digunakan dalam acara keagamaan dan tradisi budaya, terutama untuk mengiringi musik Islam seperti shalawatan.

Masing-masing alat musik tersebut mencerminkan kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakat Banten.

Alat Musik Tradisional DKI Jakarta

DKI Jakarta memiliki beberapa alat musik tradisional yang mencerminkan budaya Betawi, suku asli Jakarta. Berikut adalah beberapa alat musik tradisional dari DKI Jakarta:

  1. Gambang Kromong
    Gambang Kromong adalah salah satu ensambel musik tradisional khas Betawi yang menggabungkan alat musik dari budaya Cina dan Betawi. Instrumen utamanya adalah gambang (alat musik bilah dari kayu) dan kromong (gamelan kecil dari perunggu). Musik ini sering dimainkan dalam acara adat, pernikahan, dan hiburan tradisional.
  2. Tanjidor
    Tanjidor adalah ensambel musik tradisional Betawi yang dipengaruhi oleh budaya Eropa. Alat-alat musik yang digunakan dalam Tanjidor biasanya adalah alat musik tiup seperti terompet, klarinet, trombon, serta instrumen perkusi seperti drum. Musik ini sering dimainkan dalam pawai atau festival Betawi.
  3. Kendang Betawi
    Kendang Betawi adalah alat musik perkusi yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan. Kendang ini sering digunakan dalam pertunjukan lenong (teater tradisional Betawi) dan juga dalam musik Gambang Kromong.
  4. Rebana Biang
    Rebana Biang adalah jenis rebana yang berukuran besar dan digunakan dalam pertunjukan musik Islam tradisional di Jakarta. Biasanya digunakan dalam upacara keagamaan, pengiring tarian Zapin, dan acara-acara adat Betawi lainnya.
  5. Tehyan
    Tehyan adalah alat musik gesek tradisional yang berasal dari perpaduan budaya Betawi dan Cina. Alat ini memiliki dua senar dan dimainkan dengan cara digesek seperti biola. Tehyan biasanya digunakan dalam ensambel Gambang Kromong dan sering memainkan melodi utama.

Setiap alat musik tersebut memiliki peran penting dalam melestarikan tradisi dan budaya masyarakat Betawi di DKI Jakarta.

Renungan Harian Kristen, Sabtu, 5 Oktober 2024: Sifat Dosa dalam Diri Manusia

0

Renungan Harian Kristen hari ini, Sabtu, 5 Oktober 2024 berjudul: Sifat Dosa dalam Diri Manusia

Bacaan untuk Renungan Harian Kristen hari ini diambil dari Roma 5:12

Renungan Harian Kristen hari ini mengisahkan tentang Sifat Dosa dalam Diri Manusia

Roma 5:12 – Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

Pengantar:

Sifat dari dosa yang ada dalam diri setiap orang, baik yang bermoral ataupun yang tidak bermoral adalah: “… akulah tuhan bagi diriku sendiri — I am my own god!” Saya terlahir bersama dosa tersebut dan tidak dapat menanganinya — hanya Allah yang dapat menangani dosa melalui penebusan salib Yesus Kristus.

Renungan Harian Kristen, Sabtu, 5 Oktober 2024

Alkitab tidak mengatakan bahwa Allah menghukum umat manusia karena dosa satu orang, tetapi bahwa sifat/natur dosa, yaitu klaim saya atas hak saya terhadap diri saya, masuk ke dalam umat manusia melalui satu orang. Dan, Manusia lain menanggung sendiri dosa umat manusia dan menyingkirkannya (Ibrani 9:26) — sebuah wahyu yang dalamnya tiada terhingga. Sifat dari dosa bukanlah keadaan amoralitas dan perbuatan salah, tetapi sifat dari “menyatakan diri” (self realization) yang menggiring kita berkata, “Akulah tuhan bagi diriku sendiri — I am my own god.” Sifat ini dapat bekerja dalam moralitas yang beradab atau amoralitas yang tidak beradab, tetapi hal itu selalu mempunyai persamaan dasar — klaim saya atas hak saya terhadap diri sendiri.

Ketika Tuhan kita menghadapi orang-orang dengan semua kekuatan jahat dalam diri mereka, atau orang-orang yang hidup bersih, bermoral, dan lurus, Dia tidak menghiraukan degradasi moral yang seorang atau pencapaian moral orang yang lain. Dia memandang sesuatu yang tidak kita lihat, yaitu sifat atau perangai manusia. (lih. Yohanes 2:25).

Dosa adalah sesuatu yang saya terlahir bersamanya dan saya tidak dapat menanganinya — hanya Allah yang dapat menangani dosa melalui Penebusan. Melalui Salib Yesus Kristuslah, Allah menebus seluruh umat manusia dari kemungkinan hukuman akibat mempunyai warisan dosa. Allah tidak pernah menuntut tanggung jawab seseorang karena warisan dosa dan tidak menghukum siapa pun oleh karenanya. Penghukuman datang apabila saya menyadari bahwa Yesus Kristus datang untuk membebaskan saya dari dosa, tetapi saya menolak Dia melakukannya untuk saya. Sejak saat itu, saya mulai mendapat meterai hukuman. “Inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang …” (Yohanes 3:19).

Demikian Renungan hari ini, Sabtu, 5 Oktober 2024 diambil dari Roma 5:12 yang mengisahkan tentang Sifat Dosa dalam Diri Manusia dan disadur dari Renungan Oswald Chambers//alkitab.mobi.