Beranda blog Halaman 78

8 Alat Musik Khas Daerah Riau, Simak Penjelasannya!!

Riau memiliki kekayaan budaya Melayu yang tercermin dalam berbagai alat musik tradisionalnya. Alat musik ini biasanya digunakan dalam upacara adat, hiburan rakyat, dan acara keagamaan. Berikut adalah beberapa alat musik tradisional khas Riau:

  1. Kompang
    Kompang adalah alat musik perkusi yang terbuat dari kayu dengan membran kulit binatang. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan. Kompang sering dimainkan dalam grup dan digunakan dalam acara-acara keagamaan, seperti pernikahan, serta untuk mengiringi tari tradisional.
  2. Gendang Nobat
    Gendang Nobat adalah gendang tradisional Melayu yang sering digunakan dalam upacara kerajaan dan acara resmi di Riau. Nobat adalah jenis musik upacara kerajaan yang terdiri dari beberapa instrumen, termasuk gendang dan alat musik tiup, yang dimainkan dalam prosesi kenegaraan.
  3. Gambus
    Gambus adalah alat musik petik yang mirip dengan lute atau oud dari Timur Tengah. Alat musik ini sering digunakan untuk mengiringi musik Melayu tradisional dan lagu-lagu religi. Gambus memiliki suara yang khas dan sering dimainkan dalam pertunjukan musik tradisional Riau.
  4. Rebana
    Rebana adalah alat musik perkusi yang mirip dengan kompang, tetapi dengan ukuran yang lebih kecil. Rebana sering digunakan untuk mengiringi nyanyian dan tarian tradisional, serta dalam acara keagamaan. Rebana memiliki peran penting dalam musik Melayu Riau.
  5. Nafiri
    Nafiri adalah alat musik tiup tradisional yang terbuat dari logam. Alat musik ini mirip dengan terompet dan biasanya digunakan dalam upacara adat atau prosesi kerajaan. Nafiri memberikan suara yang kuat dan sering dimainkan dalam grup musik upacara.
  6. Serunai
    Serunai adalah alat musik tiup tradisional yang terbuat dari kayu atau bambu. Serunai menghasilkan nada melodi yang khas dan digunakan untuk mengiringi berbagai pertunjukan seni tradisional, seperti tarian dan nyanyian Melayu.
  7. Akordeon
    Akordeon adalah alat musik tradisional yang diperkenalkan oleh pedagang Eropa dan telah menjadi bagian dari musik Melayu di Riau. Alat musik ini dimainkan dengan menekan tombol dan memompa udara melalui bilah. Akordeon sering digunakan untuk mengiringi lagu-lagu rakyat Melayu.
  8. Marwas
    Marwas adalah alat musik perkusi yang berbentuk seperti gendang kecil. Alat musik ini biasanya dimainkan bersama dengan gambus dalam musik tradisional Melayu. Marwas digunakan untuk mengatur irama dan tempo dalam pertunjukan musik.

Alat musik tradisional Riau sangat kental dengan pengaruh budaya Melayu dan agama Islam. Mereka tidak hanya berperan dalam seni pertunjukan, tetapi juga dalam upacara adat dan ritual keagamaan, sehingga menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat Riau.

Mengenal Jenis-Jenis Alat Musik Tradisional Di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Nanggroe Aceh Darussalam memiliki berbagai alat musik tradisional yang khas dan sarat dengan nilai budaya serta sejarah, terutama yang terkait dengan agama Islam dan budaya Melayu. Berikut adalah beberapa alat musik tradisional khas Aceh:

  1. Rapai
    Rapai adalah alat musik perkusi yang berbentuk seperti rebana besar. Alat musik ini sering digunakan dalam berbagai upacara adat dan kegiatan keagamaan di Aceh. Rapai dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan dan biasanya mengiringi tarian tradisional Aceh, seperti Tari Saman dan Tari Seudati. Ada beberapa jenis Rapai, di antaranya Rapai Pasee, Rapai Pulot, dan Rapai Geleng.
  2. Serune Kalee
    Serune Kalee adalah alat musik tiup tradisional yang mirip dengan seruling, namun dengan suara yang lebih tajam dan nyaring. Alat musik ini biasanya terbuat dari kayu atau bambu dan digunakan untuk mengiringi berbagai tarian tradisional Aceh, seperti Tari Saman dan Seudati.
  3. Gendrang
    Gendrang adalah alat musik perkusi tradisional Aceh yang berbentuk gendang, digunakan dalam upacara adat dan pertunjukan seni. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan atau alat pemukul, dan sering mengiringi tarian serta prosesi adat.
  4. Teganing
    Teganing adalah alat musik gesek yang terbuat dari bambu. Alat musik ini dimainkan dengan cara digesek menggunakan busur dan sering digunakan dalam upacara adat dan pertunjukan seni. Teganing menciptakan suara yang khas, biasanya dipadukan dengan alat musik lainnya.
  5. Arbab
    Arbab adalah alat musik gesek yang terbuat dari kayu dengan senar dari serat alam. Alat musik ini dimainkan dengan cara digesek menggunakan busur, dan biasa digunakan untuk mengiringi nyanyian atau pantun dalam tradisi rakyat Aceh. Arbab sering dimainkan dalam acara hiburan rakyat dan upacara adat.
  6. Canang
    Canang adalah alat musik yang terbuat dari logam dan berbentuk seperti gong kecil. Canang dimainkan dengan cara dipukul dan biasanya digunakan dalam ensambel musik  bersama dengan alat musik lainnya, seperti Gendrang dan Serune Kalee.
  7. Geundrang
    Geundrang adalah gendang tradisional Aceh yang berperan penting dalam berbagai upacara adat dan seni pertunjukan. Geundrang sering digunakan untuk mengiringi tari-tarian tradisional seperti Tari Ratoh Jaroe dan Seudati.
  8. Bangsi Alas
    Bangsi Alas adalah alat musik tiup yang berasal dari suku Alas. Alat musik ini terbuat dari bambu dan memiliki suara lembut serta menenangkan. Bangsi Alas sering dimainkan dalam acara adat suku Alas dan dalam upacara keagamaan.

Alat musik tradisional Aceh sering kali digunakan dalam upacara keagamaan, adat, dan hiburan rakyat. Mereka tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya Aceh, tetapi juga memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas dan tradisi masyarakat Aceh yang berakar kuat pada nilai-nilai agama dan adat.

8 Alat Musik Tradisional Khas Sumatera Selatan

Sumatera Selatan memiliki beragam alat musik tradisional yang mencerminkan kebudayaan dan tradisi lokal, terutama dari masyarakat suku Melayu, Komering, dan Palembang. Berikut beberapa alat musik tradisional khas Sumatera Selatan:

  1. Gending Sriwijaya
    Gending Sriwijaya adalah alat musik perkusi yang biasa digunakan untuk mengiringi tarian adat yang sama, yakni Tari Gending Sriwijaya, yang merupakan simbol kebesaran dan kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Alat musik ini sering dipadukan dengan alat musik lain, seperti gong, untuk menciptakan harmoni yang khas.
  2. Kenong Basemah
    Kenong Basemah adalah alat musik khas dari daerah Besemah, Sumatera Selatan, yang berbentuk mirip dengan kenong dalam gamelan Jawa. Alat musik ini terbuat dari logam dan dimainkan dengan cara dipukul. Biasanya digunakan dalam upacara adat dan pertunjukan seni tradisional.
  3. Terbangan
    Terbangan adalah sejenis rebana yang digunakan dalam musik tradisional Melayu di Sumatera Selatan, terutama dalam upacara-upacara keagamaan, seperti pernikahan atau acara Maulid Nabi. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan.
  4. Gendang Melayu Palembang
    Gendang Melayu Palembang adalah alat musik perkusi khas yang sering digunakan dalam upacara adat dan hiburan masyarakat Palembang. Gendang ini dimainkan dengan cara dipukul dan sering kali diiringi alat musik tradisional lainnya, seperti serunai dan gong, dalam pertunjukan tari tradisional.
  5. Serdam
    Serdam adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu, mirip dengan seruling, namun lebih kecil. Alat musik ini biasa digunakan oleh masyarakat Komering untuk mengiringi acara-acara adat dan pertunjukan seni tradisional.
  6. Genggong
    Genggong adalah alat musik yang terbuat dari bambu atau kayu, dimainkan dengan cara ditiup dan ditarik. Suaranya menyerupai harmonika dan digunakan dalam pertunjukan seni tradisional serta upacara adat.
  7. Burah
    Burah adalah alat musik perkusi yang terbuat dari kayu dan dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini banyak digunakan dalam upacara adat masyarakat Sumatera Selatan, terutama dalam acara keagamaan atau upacara tradisional yang berkaitan dengan leluhur.
  8. Gong Palembang
    Gong Palembang adalah salah satu alat musik tradisional khas yang sering digunakan dalam berbagai acara adat. Gong ini terbuat dari logam dan dimainkan bersama alat musik lain seperti gendang atau kenong, menciptakan suasana yang khidmat dalam upacara.

Alat musik tradisional khas Sumatera Selatan memainkan peran penting dalam menjaga dan memperkaya tradisi serta kebudayaan lokal, serta sering digunakan dalam acara adat, upacara keagamaan, dan pertunjukan seni.

Apakah Saya Perlu DSA, Pak Dokter?

0

Pertanyaan seputar Digital Subtraction Angiography (DSA) semakin sering diajukan oleh pasien dan masyarakat. DSA kini sangat populer, terutama berkat media sosial yang mempromosikan prosedur ini.

Namun, banyak fakta dan mitos yang bercampur, membuat sulit bagi pasien untuk membedakan antara informasi ilmiah dan klaim berdasarkan testimoni. Berikut adalah beberapa pertanyaan umum yang sering diajukan, beserta jawaban berdasarkan fakta ilmiah terkini.

1. Apakah saya perlu DSA, Dokter?

DSA yang dimaksud adalah Digital Subtraction Angiography serebral, yang digunakan untuk mengevaluasi pembuluh darah di leher dan otak. Prosedur ini tidak hanya menampilkan anatomi pembuluh darah, tetapi juga aliran darah dari fase arteri ke fase vena.

Hasil DSA menyajikan foto dan video pembuluh darah beserta alirannya. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan kateter ke pembuluh darah, biasanya dari lipatan paha atau lengan.

Tidak semua orang memerlukan DSA. Hanya pasien dengan dugaan kelainan pada pembuluh darah leher dan otak yang memerlukan pemeriksaan ini, seperti pasien dengan stroke berulang atau penyempitan pembuluh darah otak. Umumnya, kelainan ini telah terdeteksi sebelumnya melalui MRI/MRA atau CT angiografi.

2. Apakah DSA bisa digunakan untuk skrining?

DSA tidak direkomendasikan untuk skrining. Skrining pembuluh darah otak biasanya dilakukan dengan metode non-invasif seperti MRI/MRA atau CT angiografi. Jika ada kelainan yang ditemukan, baru DSA diperlukan untuk evaluasi lebih lanjut.

3. Apakah DSA bisa mencegah stroke?

DSA bukan alat untuk mencegah stroke. Prosedur ini hanya bertujuan untuk memotret pembuluh darah dan tidak memiliki kemampuan untuk mencegah stroke. Pencegahan stroke lebih bergantung pada pengelolaan faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, berhenti merokok, dan mengontrol kolesterol.

4. Apakah DSA bisa mengobati stroke?

DSA hanya digunakan untuk memotret pembuluh darah, bukan untuk mengobati stroke. Pengobatan stroke memerlukan prosedur intervensi lain yang lebih kompleks, menggunakan alat-alat canggih seperti microcatheter dan coil. Tindakan ini biasanya dilakukan setelah DSA untuk mengidentifikasi masalah yang perlu ditangani.

5. Apakah DSA serebral memiliki risiko?

Sebagai prosedur invasif, DSA memiliki risiko, meskipun jarang terjadi. Risiko tersebut meliputi lebam di tempat masuknya kateter, reaksi alergi terhadap bahan kontras, atau perdarahan. Secara umum, risiko ini sangat kecil, kurang dari 3%.

6. Apakah DSA bisa membersihkan pembuluh darah otak?

Klaim bahwa DSA dapat membersihkan pembuluh darah otak tidak benar. DSA menggunakan antikoagulan seperti heparin untuk mencegah pembekuan saat kateter dimasukkan, bukan untuk membersihkan pembuluh darah.

7. Jika saya tidak mengalami stroke, apakah saya perlu DSA?

Jika Anda tidak mengalami stroke dan ingin melakukan skrining, MRI atau MRA adalah pilihan yang lebih baik daripada DSA. Hanya jika ditemukan kelainan pada hasil MRI atau MRA, DSA diperlukan untuk evaluasi lebih lanjut.

Dr. Achmad Firdaus Sani
Ketua Pokja Nasional Neurointervensi
Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi (PERDOSNI)
achmad-f-s@fk.unair.ac.id

Semoga ini membantu!

7 Jenis Alat Musik Tradisional Sumatera Barat

Sumatera Barat memiliki kekayaan budaya yang tercermin dalam berbagai alat musik tradisionalnya, yang sering digunakan dalam upacara adat, pertunjukan seni, dan kegiatan ritual. Berikut beberapa alat musik tradisional khas Sumatera Barat:

  1. Talempong
    Talempong adalah alat musik perkusi khas Minangkabau yang terbuat dari logam atau batu. Bentuknya mirip dengan bonang dalam gamelan Jawa, dan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pemukul. Talempong biasanya digunakan dalam upacara adat dan pertunjukan tari tradisional, seperti Tari Piring.
  2. Saluang
    Saluang adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu tipis. Panjangnya sekitar 40-60 cm dengan empat lubang untuk menghasilkan nada. Saluang memiliki suara yang merdu dan sering digunakan untuk mengiringi dendang (nyanyian tradisional) dalam seni musik Minangkabau.
  3. Rabab Pesisir
    Rabab Pesisir adalah alat musik gesek yang mirip dengan biola, namun terbuat dari kayu dan memiliki senar yang terbuat dari benang atau bahan tradisional lainnya. Rabab sering dimainkan untuk mengiringi cerita tradisional Minangkabau yang disampaikan dalam bentuk pantun atau syair, seperti pada pertunjukan seni Randai.
  4. Gandang Tabuik
    Gandang Tabuik adalah alat musik perkusi berupa gendang besar yang digunakan dalam perayaan Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat. Perayaan Tabuik merupakan tradisi tahunan yang berasal dari syi’ah Islam dan memperingati peristiwa Karbala. Gendang ini dimainkan untuk mengiringi prosesi upacara dengan irama yang khas.
  5. Serunai Minangkabau
    Serunai adalah alat musik tiup tradisional yang terbuat dari kayu atau bambu dengan corong dari tempurung kelapa. Serunai digunakan dalam berbagai acara adat dan pertunjukan tradisional Minangkabau. Suaranya yang khas memberikan nuansa khas musik tradisional Minang.
  6. Bansi
    Bansi adalah seruling bambu khas Sumatera Barat yang memiliki tujuh lubang nada. Bansi sering dimainkan bersama dengan alat musik lainnya, seperti talempong dan gendang, untuk menciptakan suasana meriah dalam acara adat.
  7. Gandang Minangkabau
    Gandang adalah alat musik tradisional yang berbentuk gendang dan digunakan dalam berbagai upacara adat. Gandang Minangkabau biasanya dimainkan bersama Talempong untuk mengiringi tari-tarian adat dan pertunjukan musik tradisional.

Setiap alat musik tradisional dari Sumatera Barat memiliki peran penting dalam memperkaya tradisi dan kesenian Minangkabau, serta terus dilestarikan melalui berbagai upacara adat, pertunjukan, dan kegiatan budaya lainnya.

Mengapa Alat Musik Tradisional Harus Dilestarikan? Simak Beberapa Alasannya!!

Pelestarian alat musik tradisional memiliki alasan penting yang berkaitan dengan nilai budaya, pendidikan, identitas, dan keberlanjutan seni. Berikut beberapa alasan utama mengapa pelestarian alat musik tradisional sangat penting:

  1. Menjaga Warisan Budaya
    Alat musik tradisional adalah bagian dari warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Melestarikannya berarti menjaga kekayaan budaya yang unik dari setiap daerah dan memperkuat jati diri bangsa. Alat musik ini mengandung nilai-nilai sejarah, spiritual, dan sosial yang penting bagi komunitasnya.
  2. Mempertahankan Identitas Lokal
    Setiap alat musik tradisional mencerminkan identitas dan karakteristik unik suatu kelompok etnis atau daerah. Dengan melestarikan alat musik tradisional, kita menjaga keunikan identitas lokal di tengah arus globalisasi yang sering kali mendorong homogenisasi budaya.
  3. Pendidikan dan Pembelajaran Nilai-Nilai Luhur
    Alat musik tradisional sering kali digunakan dalam berbagai ritual adat, upacara keagamaan, atau kegiatan masyarakat yang mengajarkan nilai-nilai luhur, seperti kebersamaan, gotong royong, dan rasa hormat terhadap alam. Melestarikannya memberikan peluang bagi generasi muda untuk belajar dan memahami makna filosofis di balik setiap alat musik dan tradisi yang menyertainya.
  4. Mendorong Kreativitas dan Inovasi Seni
    Melestarikan alat musik tradisional tidak berarti membatasinya dalam bentuk aslinya. Justru, alat musik tradisional dapat menjadi sumber inspirasi bagi seniman muda untuk mengembangkan karya seni baru dengan sentuhan modern. Penggabungan alat musik tradisional dengan genre musik kontemporer dapat melahirkan karya seni yang unik dan inovatif.
  5. Menjaga Keragaman Musik Dunia
    Alat musik tradisional merupakan bagian dari keragaman musik dunia. Setiap alat musik memiliki suara, teknik bermain, dan struktur musik yang unik. Dengan melestarikannya, kita turut menjaga kekayaan variasi musik global dan memberikan kontribusi pada peta musik dunia.
  6. Potensi Ekonomi dan Pariwisata
    Alat musik tradisional juga memiliki potensi ekonomi, terutama dalam sektor pariwisata dan industri kreatif. Pertunjukan musik tradisional sering kali menjadi daya tarik wisata budaya, yang tidak hanya memperkenalkan kekayaan budaya kepada wisatawan, tetapi juga membuka peluang pekerjaan bagi seniman lokal. Selain itu, kerajinan pembuatan alat musik tradisional dapat menjadi sumber penghasilan bagi pengrajin setempat.
  7. Membangun Kebanggaan Nasional
    Pelestarian alat musik tradisional dapat memperkuat rasa kebanggaan terhadap budaya sendiri. Ketika masyarakat, terutama generasi muda, memahami nilai dan keindahan alat musik tradisional, mereka akan lebih menghargai kekayaan budaya lokal dan nasional, serta menjadi duta budaya yang memperkenalkan alat musik tersebut di tingkat internasional.

Melalui pelestarian alat musik tradisional, kita dapat menjaga kekayaan budaya yang menjadi fondasi dari keberagaman dan identitas bangsa.

Mengenal Alat Musik Tradisional Yang Berasal Dari Sumatera Utara

Sumatera Utara memiliki beragam alat musik tradisional yang khas, mencerminkan kekayaan budaya suku-suku yang ada di wilayah tersebut. Berikut beberapa alat musik tradisional khas Sumatera Utara:

  1. Gondang Sabangunan
    Gondang Sabangunan adalah alat musik tradisional dari suku Batak Toba. Biasanya digunakan dalam acara adat, seperti upacara pernikahan atau kematian. Gondang Sabangunan terdiri dari berbagai instrumen, termasuk gendang, gong, dan seruling.
  2. Taganing
    Taganing adalah salah satu bagian dari ensambel Gondang Sabangunan. Alat musik ini berbentuk seperti gendang dan terdiri dari lima buah drum yang disusun dalam satu set. Taganing dimainkan dengan dipukul menggunakan tongkat kayu.
  3. Sarune Bolon
    Sarune Bolon adalah alat musik tiup yang mirip dengan seruling, namun memiliki ukuran lebih besar. Sarune Bolon sering dimainkan bersama dengan Gondang Sabangunan untuk menghasilkan suara yang lebih meriah dalam acara adat Batak.
  4. Hasapi
    Hasapi merupakan alat musik petik tradisional Batak Toba yang berbentuk seperti gitar kecil. Alat musik ini biasanya dimainkan dalam lagu-lagu Batak dan memiliki peran penting dalam kesenian Batak Toba.
  5. Gordang Sambilan
    Gordang Sambilan berasal dari suku Mandailing dan merupakan kumpulan dari sembilan gendang besar yang dimainkan secara bersamaan. Alat musik ini biasanya digunakan dalam upacara adat penting, seperti perayaan atau penyambutan tamu kehormatan.
  6. Ogung
    Ogung adalah alat musik tradisional yang berupa gong besar dari suku Batak. Ogung sering dimainkan dalam ensambel musik tradisional untuk menambah keagungan dalam upacara adat.
  7. Druri Dana
    Alat musik tradisional suku Nias ini terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara dipukul. Druri Dana digunakan dalam berbagai upacara adat Nias sebagai bagian dari kesenian tradisional mereka.

Masing-masing alat musik ini memiliki peran penting dalam kehidupan adat dan budaya masyarakat, dan sering kali digunakan dalam upacara-upacara adat serta pertunjukan seni tradisional.

Alat musik tradisional dari seluruh daerah di Indonesia harus dilestarikan. Pelestarian alat musik tradisional memiliki alasan penting yang berkaitan dengan nilai budaya, pendidikan, identitas, dan keberlanjutan seni. Itulah beberapa alat musik tradisional dari Sumatera Utara.

Amalia Pradifera, Seniman yang Manfaatkan Keramik sebagai Media Melukis

0

Karya seni memiliki keistimewaan tersendiri, baik bagi seniman maupun penikmatnya. Selain menjadi sarana mengekspresikan hobi dan bakat, seni juga dapat membuat seseorang dikenal luas dan bahkan menghasilkan pendapatan.

Hal ini dirasakan oleh seniman Amalia Pradifera (26), yang memanfaatkan keramik sebagai media untuk melukis. Tentu saja, menghasilkan karya seni yang menawan dari coretan tinta bukanlah hal yang mudah.

Amel, sapaan akrabnya, menyatakan bahwa kecintaannya terhadap seni lukis sudah ada sejak usia 6 tahun. Saat itu, dia dikelilingi oleh banyak kesempatan untuk mengekspresikan kreativitasnya melalui lukisan.

“Sejak kecil, saya sudah mulai melukis, dan kebiasaan ini terus berlanjut hingga sekarang,” ujar Amalia Pradifera saat berbincang di Kemenpora, Jakarta, Sabtu (7/9).

Seiring berjalannya waktu, Amel mendirikan Clay Cafe di kawasan Tebet, Jakarta, yang berfungsi sebagai studio. Di tempat ini, masyarakat dapat menuangkan imajinasi mereka melalui lukisan di berbagai media, seperti gelas, mangkuk, dan celengan.

“Clay Cafe diluncurkan pada 2023. Konsepnya adalah melukis keramik, dan ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat, mulai dari anak-anak hingga dewasa,” jelas Amel.

Sebagai alumni Universitas Indonesia, Amalia Pradifera menjalankan bisnisnya dengan bekerja sama dengan pabrik rumahan untuk mendapatkan bahan keramik yang diperlukan.

Selain di Clay Cafe, Amel juga aktif mengadakan berbagai workshop yang diselenggarakan oleh pihak swasta, termasuk di beberapa sekolah. Dia sangat senang anak-anak mengenal seni lukis sejak dini, karena saat itulah mereka dapat mengekspresikan kreativitas mereka.

“Untuk saat ini, workshop diadakan di kawasan Jabodetabek, namun saya juga pernah mengisi acara di Bandung dan Bali,” ungkap Amalia Pradifera.

Amel berharap akan lebih banyak tempat untuk melukis keramik di masa depan, mengingat fenomena ini cukup populer di berbagai negara.

“Misalnya, di Kanada dan Australia, banyak ditemukan tempat seperti ini. Bahkan banyak barang-barang keramik mereka yang diimpor. Saya tahu karena pernah menjelajah ke sana. Di Indonesia, kita sebenarnya sudah memiliki potensi ini, jadi saya ingin hal tersebut dimanfaatkan,” pungkasnya. (jef/kmp)

Renungan Harian Kristen, Kamis, 3 Oktober 2024: Tempat Pelayanan

0

Renungan Harian Kristen hari ini, Kamis, 3 Oktober 2024 berjudul: Tempat Pelayanan

Bacaan untuk Renungan Harian Kristen hari ini diambil dari Markus 9:29

Renungan Harian Kristen hari ini mengisahkan tentang Tempat Pelayanan

Markus 9:29 – Jawab-Nya kepada mereka: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”

Pengantar:

“Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Kita dapat tetap tidak berdaya dengan mencoba melakukan pekerjaan Allah, tanpa memusatkan diri pada kuasa-Nya dengan mengikuti gagasan kita sendiri. Kita sebenarnya menghujat dan tidak menghormati Allah, jika kita melayani tanpa mengenal Dia.

Renungan Harian Kristen, Kamis, 3 Oktober 2024

Para murid bertanya kepada-Nya ketika mereka sendirian dengan Dia, “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” (Markus 9:28). Jawabannya terletak pada hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. “(Roh jahat) Jenis ini tidak dapat diusir keluar, kecuali …” kita memusatkan diri kepada-Nya, dan terus meningkatkan pemusatan diri kepada-Nya.

Kita dapat tetap tidak berdaya (powerless) selama-lamanya, seperti para murid dalam situasi ini, dengan mencoba melakukan pekerjaan Allah tanpa memusatkan diri pada kuasa-Nya dan malah dengan mengikuti gagasan kita sendiri. Kita sebenarnya menghujat dan tidak menghormati Allah jika kita melayani tanpa mengenal Dia.

Apabila Anda berhadapan langsung dengan situasi sulit dan tidak terjadi sesuatu secara lahiriah, Anda terus dapat mengetahui bahwa kebebasan dan kelepasan akan diberikan sebagai akibat pemusatan diri yang terus-menerus pada Yesus Kristus. Kewajiban Anda dalam tugas dan pelayanan ialah mengusahakan agar tidak ada perintang antara Yesus dan Anda.

Adakah perintang antara Anda dan Yesus sekarang? Jika ada, Anda harus menghadapinya, bukan dengan mengabaikannya sebagai suatu gangguan, tetapi dengan menghadapinya dan menanganinya dengan membawanya ke hadirat Yesus Kristus. Lalu, masalah sesungguhnya dan semua yang telah Anda alami berkaitan dengan hal itu akan memuliakan Yesus Kristus dengan cara yang tidak akan pernah Anda ketahui, sebelum Anda menatap wajah-Nya secara muka dengan muka.

Kita harus dapat “seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya” (Yesaya 40:31). Namun, kita juga harus mengetahui caranya untuk turun. Kuasa seorang percaya terletak pada kesanggupannya untuk turun dan dalam hidup di lembah.

Paulus berkata, “Segala hal dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13) dan apa yang diacunya ialah hal-hal yang paling hina/merendahkan? Namun, adalah dalam kuasa untuk kita menolak untuk dihinakan/direndahkan dan berkata, “Tidak, aku jauh lebih suka berada di puncak gunung dengan Allah.”

Dapatkah saya menghadapi kesulitan-kesulitan seperti kenyataan yang ada dalam terang realitas Yesus Kristus, ataukah melakukan hal-hal yang sebenarnya menghancurkan iman saya kepada-Nya, dan membuat saya panik?

Demikian Renungan hari ini, Kamis, 3 Oktober 2024 diambil dari Markus 9:29 yang mengisahkan tentang Tempat Pelayanan dan disadur dari Renungan Oswald Chambers//alkitab.mobi.

Negara Akan Diintervensi Kalau Tidak Mandiri

0

Negara kita harus mandiri. Kalau tidak mandiri dan kemudian minta bantuan antara lain berupa utang luar negeri, maka negara kita harus bersiap diintervensi oleh negara lain yang memberikan bantuan.

“Yang kita butuhkan adalah kemandirian Bangsa Indonesia, sehingga negara kita tidak bergantung dengan bantuan atau pinjaman negara lain dan tidak mudah diintervensi, baik dalam bentuk budaya, maupun tenaga kerja dan lain-lain,” kata Danramil Mandai, Mayor Inf Dr Khaedir Makkasau.

Hal tersebut ia kemukakan saat menjadi pembicara pada Pengajian Umum Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, di Masjid Subulussalam Al-Khoory Kampus Unismuh Makassar, Senin, 30 September 2024.

Khaedir Makkasau yang tampil membawakan materi berjudul; “Ancaman Ideologi Asing terhadap Kedaulatan NKRI: Komunisme, Liberalisme, dan Radikalisme”, menegaskan, negara kita juga harus memiliki sember daya manusia yang profesional dan ahli dalam berbagai bidang yang diperlukan.

“Kita harus menjadi orang yang tahu, profesional. Kalau tidak, maka orang luar (tenaga kerja asing) akan masuk di negara kita,” kata Khaedir.

Dia menambahkan, kita harus menumbuhkan rasa cinta Tanah Air yang merupakan kewajiban seluruh warga negara Republik Indonesia demi menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI dari ancaman ideologi, baik yang datang dari dalam maupun dari luar.

Dalam menjaga kedaulatan NKRI, lanjutnya, kita sebagai warga negara agar selalu menjaga persatuan sesama anak bangsa, saling menghargai antar-agama, golongan dan suku.

“Cinta Tanah Air dengan melakukan kegiatan positif sesuai fungsi dan tanggungjawab masing-masing,” kata Khaedir.

Pengajian Umum dengan tema “Hubbul Wathan minal Iman (Cinta Tanah Air adalah Bagian dari Iman) dan diawali dengan sambutan oleh Ketua Muhammadiyah Sulsel Prof Ambo Asse, menghadirkan dua pembicara, yaitu Mayor Inf Dr Khaedir Makkasau dan Prof KH Mustari Bosra yang membawakan materi berjudul “Peran Kesejarahan dan Komitmen Muhammadiyah terhadap Kedaulatan NKRI.”

Pengajian Umum Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel turut dihadiri Wakil Ketua Muhammadiyah Sulsel Dr Syaiful Saleh, Dr KH Abbas Baco Miro, Dr Dahlan Lama Bawa, Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel Dr Nurdin Mappa, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Maros Muhammad Amin Duddin, Lc, serta seratusan warga Muhammadiyah, termasuk dosen, karyawan, dan mahasiswa Unismuh Makassar. (*)