Pak Basse Pedagang Keliling Mainan Anak di Makassar, Bertekad Anak-anaknya Lanjut Kuliah

Laporan: Sari’ul Fahmiati Fadilah (Mahasiswa Komunikasi FISIP Unismuh Makassar)

MAKASSAR – Kota Daeng sebutan lain Kota Metropolitan Makassar tepatnya di Rappokalling seorang lelaki dengan tanpak wajah yang tegar dan ceriah menyapa orang yang bawa anak anak yang lalu lalang di sekitarnya.

Lelaki Basse (40) ini telah melakoni hidupnya dan mengarungi bahtera rumah tangga bersama isteri dan ketiga anak-anaknya dengan pendapatan diperoleh dari hasil penjualan mainan-anak-anak di sudut sudut Kota Makassar.

Basse salah seorang pedangan mainan di Pasar Sentral Makassar, ia juga berkeliling kota Makassar menjual mainan anak-anak di tempat-tempat ramai akan acara keramaian salah satunya di acara wisuda sarjana dan pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, Sabtu pagi 8 Oktober 2022.

“Alhamdulillah jika ada acara besar seperti wisuda saat ini, sangat memberikan peluang untuk kami dapat berjualan” ungkap Basse kepada media.

Lelaki kelahiran 1982 ini sudah mulai menjual mainan kurang lebih 5 tahun lalu sebagai sumber keuangan hidup keluarganya.

Basse menjajakkan jualan dari rumahnya ke berbagai tempat menggunakan sepeda motor, walau matahari sedang terik dan langit telah menurunkan air hujan dia tidak pernah merasa ingin mengeluh demi sebuah kalimat ingin bertahan hidup di Kota Metropolitan.

Baca Juga:  Catatan Ilham Bintang: Kang Farid Telah Tiada

Kita ingin bagaimana lagi, jika ini sudah menjadi jalan untuk memperoleh sumber keuangan keluarga kami, kami harus tetap menjalankannya, ungkapnya.

Jenis mainan yang dijual Pak Basse, mulai dari mobil-mobil, pesawat terbang, robot, mainan masak-masak dan berbagai jenis mainan lainnya dijual dengan harga antara Rp. 15.000 hingga Rp. 25.000.

Sistem penjualan Basse dengan membeli mainan ke berbagai penjual kemudian menjualnya kembali kepada masyarakat Kota Makassar, bahkan juga sering menjual ke Maros dan Gowa jika ada acara-acara besar yang didengar informasinya.

- Iklan -

Keuntungan Basse setiap hari paling banyak Rp.50.000, biasa juga tidak mendapatkan untung dalam sehari namun mengalami kerugian karena bensin yang digunakan ditengah kenaikan BBM semakin membenani jalan hidup yang dipilih jadi pedagang keliling mainan anak anak.

Baca Juga:  Keterbatasan Korban Tindak Pidana dalam Mengajukan Upaya Hukum

Jika dalam sehari dia tidak memperoleh keuntungan, Basse akan meminjam uang ke teman-temannya untuk membeli bensin bahkan untuk memenuhi biaya dapur untuk keluarga.

Hasil untung yang tidak maksimal diperoleh setiap hari ternyata tidak mempengaruhi jenjang pendidikan anak-anaknya.

Dua dari tiga anaknya bersekolah, anak kedua kelas 4 di SD di Rappokalling Makassar dan anak pertama menempuh SMP di Pondok Pesantren Raudhaturrasyidin DDI Cambalagi Tupabiring Maros. Adapaun anak terakhirnya masih berumur kurang lebih 3 tahun.

Basse sendiri bersemangat menyekolahkan anak-anaknya dan bertekad dan impikan agar semua anaknya dapat menjaali jenjang pendidikan tinggi.

Sebagai ayah dari anak anaknys yang sangat luar biasa ini dia tidak pernah menyerah untuk memberikan hal yang paling terbaik untuk keluarganya.

“Apapun caranya saya tetap akan mengusahakan agar anak-anak saya tetap dapat melanjutkan pendidikan”, tegasnya.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU