Panel Kolaborasi dalam AICIS 2019 Ulas Peternakan Broiler NON-AGP

Jakarta, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Ulasan ilmiah yang berlangsung di ruang Menteng Hotel Mercure Batavia Jakarta, 1-4 Oktober 2019 dengan Islam, Marketing and Consumption sebagai sub tema, disajikan oleh panel kolaborasi dari tiga institusi, yaitu UIN Alauddin, UIN Sunan Gunung Djati, STAIN Sorong pada even bergengsi Annual International Conference on Islamic Studies-AICIS 2019.

Dalam perhelatan akbar tahunan para ilmuwan dikalangan akademisi Perguruan Tinggi Islam kali ini, disemarakkan oleh delegasi dari berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta yang bergengsi dan kompetitif yang ditandai dengan banyaknya submitter dari para akademisi dan researcher dari dalam dan luar negeri.

Diskusi ilmiah tentang Produktivitas broiler yang mengalami penurunan sejak penerbitan kebijakan pelarangan penggunaan Antibiotics Growth Promoters (AGP) sebagai pemacu pertumbuhan yang diamanatkan oleh UU No. 41 tahun 2014 Jo. UU No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Produksi broiler yang selama ini sangat tergantung pada penggunaan AGP, yang bertujuan untuk meningkatkan immunitas ternak sekaligus sebagai pemicu pertumbuhan broiler.

Baca Juga:  Peran Teknologi dalam Pengujian Obat: Membuka Era Baru Farmasi Modern

Di sisi lain, mendatangkan dampak negatif terhadap manusia yang sangat berbahaya, yaitu residu antibiotik dalam daging broiler akan menurunkan resistensi manusia yang mengkonsumsinya terhadap beberapa jenis antibiotik bahkan antibiotik yang dipersiapkan untuk menangani kasus bakteri multi-resisten. Kini antibiotik diggunakan hanya sebagai terapeutik.

Berdasarkan berbagai hasil penelitian, peran AGP dalam industri broiler dapat disubtitusi dengan penambahan feed additive lainnya seperti probotik sebagaimana yang diulas oleh Anggita hafsari, Dosen Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Enzim dan herbal sebagaihalnya paparan Dr. Hafsan, dan Khaerani kiramang, M.P. secara berturut-turut, serta implementasi manajemen ternak termasuk penerapan biosekuriti yang terstandarisasi seperti yang diterangkan oleh drh. Aminah Hajah thaha yang dipandu oleh Dr. Rusdi Rasyid, M.Ag dalam diskusi panel bertema Peternakan Broiler Non-AGP sebagai Konsepsi Islami dalam Strategi Menuju Produksi Pangan yang “ASUH”.

Upaya konkrit untuk menjaga ketersediaan broiler sebagai sumber protein hewani yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) serta memiliki pangsa pasar yang luas merupakan konteks yang sejalan dengan konsepsi keamanan pangan dalam islam, yaitu keamanan pangan dari segi normatif Islam (halal) dan keamanan pangan dari segi kesehatan (toyyib).

Baca Juga:  Unifa dan Konjen AS Sepakati Kerja Sama Pengembangan SDM

“Dua hal ini sengaja dibedakan karena pada kenyataan ditemukan bahwa aman dari segi normatif agama belum tentu aman secara kesehatan dan begitu sebaliknya aman secara kesehatan belum tentu pula aman menurut Islam,” papar chair panel yang merupakan Wakil ketua STAIN Sorong tersebut mengantarkan makalah-makalah yang disampaikan oleh keempat panelis yang dipandunya.

- Iklan -

Merespon keamanan pangan yang selama ini menjadi kegelisahan seluruh lapisan masyarakat,  pendekatan interdisipliner perlu ditempuh, dengan pertimbangan bahwa dalam melihat problem sosial, agama (termasuk fiqh) tidak boleh melepaskan diri dari disiplin ilmu yang lain.

Seperti kesehatan, gizi, kimia dan lain-lain; dan di sisi lain agama harus bisa memecahkan masalah dan menjawab problem riil di masyarakat dengan arif dan kontekstual.

Dalam wawancara terkait materi pokok panel oleh panitia penyelenggara, Dr. Hafsan, S.Si., M.Pd. menyampaikan, “Sumber pangan yang ASUH menjadi salah satu pemenuhan pencapaian pokok-pokok maqasid al-Syari’ah atau tujuan umum ditetapkan hukum Islam yakni untuk merealisasikan kemaslahatan umum, memberikan kemanfaatan dan menghindarkan kemafsadatan (kerusakan) bagi manusia,” terang Hafsan. (FP/Rls)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU