Rasa cemasku seketika hilang, lega rasanya setelah mengetahui bahwa bunga sudah standby di pinggir panggung. Pementasan berlangsung, kehadirannya kali ini menyukseskan acara Drama Angkatan 17.
Tak hanya itu, Bunga sebagai pemeran tokoh Nina mendapat banyak pujian dari berbagai penonton. Mulai dari penonton biasa sampai para pegiat seni di dunia teater. Mereka berkata “Sungguh luar biasa, pementasan akbar yang keren, terutama yang memerankan tokoh Nina”.
Perasaan senang saat itu menyelimuti benakku dan seluruh panitia yang terlibat. Malam itu menjadi malam yang indah. Kami menghabiskan waktu dengan perasaan sangat gembira.
“Eh, Nina kemana?” tanya Hadyan.
“Bunga, maksudnya?” jawab Azis melemparkan tanya kembali. “Iya, Bunga, yaelah……………………………… Sama aja kali.” balas Hadyan.
“Iya nih, kemana ya?” timpalku.
“Ah, mungkin dia udah pulang, kan kita tahu dia lagi sakit,” jawab Utep.
“Oh, iya juga sih bener, yaudah lah yang penting pementasannya sukses, lagian si Bunga lagi sakit tapi dia dapet banyak pujian tuh, menang banyak,” Hadyan menggelengkan kepala.
Malam telah berlalu, keesokan harinya kami sempatkan waktu ke rumah Bunga. Sesampainya di sana, kutanyakan pada Ibunya tentang keadaan bunga setelah malam tampil di panggung. Namun tak ada tanda-tanda kehadiran bunga di sana.
“Bu, gimana Bunga udah sehat? Semalam bunga dapat pujian dari banyak orang loh Bu karena penampilannya yang luar biasa,” tanyaku kepada Bu Desi, ibunya Bunga.
“Apa? Yang benar nak? Dari kemarin bunga itu masuk rumah sakit. Kondisinya melemah, tapi dokter bilang 3 hari ke depan Bunga boleh pulang.
Dia hanya kecapean saja, butuh waktu istirahat. Semalam juga Ibu nginep di rumah sakit nemenin Bunga,” jawabannya mengejutkan kami yang ada di ruang tamu.
“Oh, be-begitu ya Bu, ya sudah kami pulang ya Bu, semoga Bunga lekas sembuh,” ucapku langsung bergegas pergi.
“Iya nak, hati-hati di jalannya ya,” “Ba-baik bu.”
Hari itu telah membukakan pikiranku, pantas saja keanehan sepanjang pementasan telah kurasakan.
Ternyata penampilan Bunga sebagai tokoh Nina yang luar biasa telah dibayangi oleh sesosok makhluk tak kasatmata. Sejak kejadian itu tak ada lagi yang berani memasuki Aula.
Jangankan untuk melakukan aktivitas, sekedar melewati dari pintu ke pintu setiap Aula saja tak ada yang berani. Pengalaman telah berbicara, aku menyaksikan sesuatu yang belum pernah kualami sebelumnya dan akan tersimpan dalam memori ingatan sepanjang hayatku.
Penulis: Tasamsyah Sam