Kimy, nama yang identik dengan sifat ceria, lucu, bahagia, pokonya sifat-sifat yang menyenangkan. Itu yang pertama kali orang-orang bayangkan ketika mendengar nama “Kimy”.
Namun berbeda dengan Kimy yang satu ini, Kimy yang penuh dengan misteri. Hoodie hitam dan headphone menjadi barang yang selalu melekat pada Kimy. Orang-orang memanggilnya dengan sebutan Mysterious Girl.
Suasana kelas 2-3 pada pagi ini lebih ramai dari biasanya. Hampir semua anak-anak membicarakan apa yang akan mereka lakukan bersama keluarga atau teman, untuk liburan seusai pembagian nilai akhir semester ini.
Ada yang merencanakan untuk berkemah, mendaki, pergi ke pantai, atau pun pedesaan, bahkan ada yang ingin pergi ke taman hiburan.
Semua tampak senang kecuali Kimy. Ia hanya duduk di pojokan kelas sambil mendengarkan musik favoritnya, hal yang memang selalu Kimy lakukan selain belajar di kelas.
Tidak banyak kegiatan yang Kimy lakukan untuk liburan. Waktu liburan hanya Kimy habiskan di rumah, pergi ke toko buku, atau sekali-kali berjalan-jalan ke taman dekat rumah. Terlihat monoton memang.
Namun berbeda dengan liburan akhir tahun ini. Keluarga Kimy berencana untuk berlibur ke kampung halaman sang ayah, lengkap bersama ibu dan adik Kimy, Yuka. Kebetulan juga mereka sudah lama tidak berkunjung ke kampung halaman sang ayah, di Desa Banjar.
Setelah menyiapkan barang-barang yang harus dibawa, mereka langsung berangkat ke tempat tujuan. Selama perjalanan, Kimy asik dengan dunianya, yaitu mendengarkan musik dan menulis di buku hariannya.
Salah satu hobi Kimy yang lainnya, yaitu menulis buku harian. Banyak hal yang ditulis oleh Kimy dalam buku harian tersebut. Dari yang sederhana, hingga yang rumit.
Buku harian, menjadi salah satu barang bagi Kimy sebagai tempat curhatnya semenjak memasuki bangku SMA. Segala keluh kesah yang ia alami di sekolah, rumah, atau sekitarnya selalu ia curahkan dalam buku harian itu.
Kimy merasa lebih percaya menyimpan uneg-unegnya di buku harian. Ada trauma tersendiri ketika ia bercerita dengan orang lain, terutama kepada seorang teman, teman sekolah.
Terkadang Kimy bercerita juga dengan orang tuanya, namun tidak banyak yang ia ceritakan. Kimy memilih untuk menceritakan semuanya dalam buku harian.
Tak terasa Kimy dan sekeluarga telah sampai di Desa Banjar. Udara yang sejuk, pemandangan alam yang masih asri, dan juga rumah-rumah warganya yang masih sederhana adalah hal yang mereka rindukan dari kampung halaman.
Apalagi rumah nenek Kimy dekat dengan sawah dan kebun yang dikelola oleh sang nenek, sangatlah cocok untuk mengistirahatkan diri dari hiruk pikuk perkotaan.
Saat sampai di rumah nenek, mereka langsung disambut dengan senang oleh nenek. Maklum, nenek sangat rindu dengan anak dan cucu- cucunya.
Seperti biasa, Kimy hanya menyendiri saja, tidak ada kegiatan baru yang menarik hatinya. Setidaknya hingga ia bertemu dengan Farhan, seorang laki-laki yang berusia sama dengan Kimy. Entah apa yang mengawali pertemuan mereka. Seakan-akan pertemuan mereka terjadi begitu saja.
Setiap pagi, Farhan selalu melihat seorang gadis asing yang sedang asik menulis sambil mendengarkan musik di ayunan, dekat dengan kebun milik sang nenek.
Pada awalnya, Farhan tidak menggubrisnya, menganggap itu bukan hal yang aneh. Namun hari demi hari rasa penasaran Farhan bertambah. Kenapa gadis tersebut terlihat seperti kesepian, seakan-akan hanya ada dirinya sendiri di dunia ini.
Dengan keberanian, akhirnya Farhan mencoba untuk menyapa gadis asing itu. Tidak lah mudah bagi Farhan untuk menyapa Kimy. Apalagi dengan sifat Kimy yang penyendiri, membuat Farhan canggung bukan main.
Kimy yang sedang asik mendengarkan musik terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Farhan. Kimy menanggapinya hanya dengan ekspresi datar, merasa aneh ada seorang remaja laki-laki yang menghampirinya tanpa sebab.
Tak lama, Kimy pun langsung pergi dari ayunan dan langsung masuk ke rumah nenek. Farhan yang baru mengucapkan kata “Hai” langsung diam seribu kata. Hanya ada satu kata yang pas dengan kondisi Farhan pada saat itu, “malu”.
Keesokan harinya Farhan mencoba lagi, tak sekadar menyapa namun juga berkenalan. Kimy yang penasaran juga dengan remaja itu, akhirnya berkenalan juga dengan Farhan.
Setelah mengetahui nama satu sama lain, mereka mengobrol ringan. Lebih tepatnya Farhan yang lebih banyak bertanya kepada Kimy. Farhan rasa Kimy tidak semenakutkan yang ia pikirkan. Farhan lebih suka menyebut Kimy unik. Gadis pendiam yang ternyata memiliki seribu cerita darinya.
Farhan, sosok yang membuat Kimy perlahan tidak menyendiri lagi. Sosoknya yang periang, serba ingin tahu, dan juga selalu bersemangat dalam segala hal.
Bisa dibilang Farhan menjadi orang pertama bagi Kimy yang dapat merobohkan sifat kaku dan penyendirinya. Sejak pertama kali bertemu dengan Farhan, ada rasa penasaran juga dalam diri Kimy, namun ia tidak berani.
Ia hanya dapat menuliskannya dalam buku harian. Beruntungnya Farhan dapat memulai pembicaraan dan mencairkan suasana. Terkadang Kimy juga terhibur dengan lelucon atau tingkah laku dari Farhan.
Seperti saat ini, Kimy dan Farhan sedang asik bermain di pinggiran sungai dekat rumah nenek. Kimy yang awalnya tidak mau, tapi yaa bagaiamana, ia dipaksa Farhan untuk ikut dengannya.
Katanya kapan lagi bisa menangkap ikan secara langsung sambil bermain-main air di pinggir sungai. Apalagi Kimy berasal dari perkotaan, sangat sayang jika kesempatan ini dilewatkan katanya.
Selain itu, Farhan mengajak Kimy untuk merasakan bagaimana meminum air kelapa yang baru diambil dari pohonnya. kelapa langsung dari pohonnya. Ya walaupun Kimy tidak ikut memanjatnya. Itu terlalu menakutkan bagi Kimy. Ia hanya menunggu di dekat pohon kelapa.
Selama berkenalan dengan Farhan, Kimy mendapatkan banyak hal yang begitu berarti. Farhan mengajarkannya rasa bersyukur dengan apapun yang kita miliki. Lalu dari Farhan juga Kimy belajar untuk memaafkan.
Memaafkan orang lain dan diri sendiri. Kemudian hal yang paling utama adalah jangan jadikan masa lalu menjadi belenggu bagi dirimu sendiri. Masa lalu memang lah menjadi bagian dari hidupmu, namun jangan jadikan itu menjadi penghalang untuk maju.
Kimy akui, ia sangat beruntung bisa berteman dengan Farhan. Selain Kimy, kedua orang tua Kimy dan nenek ikut senang juga dengan perubahan yang Kimy alami.
Ia menjadi sedikit lebih terbuka daripada sebelumnya, tidak memendam masalah sendiri. Tak terasa, hari ini menjadi hari terakhir Kimy berada di desa. Sebenarnya Kimy ingin mengucapkan perpisahan kepada Farhan, namun pada hari Farhan tidak terlihat melewat depan rumahnya.
Kata orang rumah, Farhan sedang ke kota ikut mengantarkan hasil perkebunan. Sedih memang tidak bisa mengucapkan salam perpisahan. Akan tetapi Kimy berharap ia dapat bertemu lagi dengan Farhan dikemudian hari. Dengan cerita-cerita yang lebih menarik tentunya.
Penulis : Dinan Haryadi