Pembelajaran Daring

Penulis : Defri Tri Prasetyo

Sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mencegah pandemi Covid-19, yaitu dengan mengeluarkan kebijakan agar sekolah-sekolah meminta siswanya untuk mengikuti kegiatan belajar dari rumah masing-masing. Kegiatan pembelajaran dari rumah atau biasa disebut pembelajaran daring sudah dimulai sejak 16 Maret 2020. Seberapa efektifkah sekolah dalam menerapkan pembelajaran daring ini?

Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus corona menjadi topik pembicaraan yang hangat selama 2 tahun terakhir. Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Virus ini menyerang siapa saja, mulai dari bayi hingga lansia. Virus corona menyebabkan ganguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.

Terdeteksi pertama kali di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Dapat menular dengat cepat dan telah menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Sehingga pada tanggal 11 Maret 2020 virus ini ditetapkan sebagai pandemi global oleh World Health Organization (WHO).

Hal tersebut membuat negara-negara memberlakukan kebijakan lockdown untuk mencegah penyebaran virus corona. Di Indonesia, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan untuk mengurangi penyebaran virus ini. Karena Indonesia dalam kebijakan PSBB, maka kegiatan yang dilakukan di luar rumah dikurangi sampai pandemi ini mereda.

Pemerintah daerah telah memutuskan untuk menerapkan kebijakan menerapkan metode pembelajaran daring (dalam jaringan) atau online. Kebijakan pemerintah ini mulai berlaku di beberapa provinsi di Indonesia pada Senin, 16 Maret 2020, yang juga diikuti oleh wilayah provinsi lainnya. Namun beberapa sekolah di setiap daerah masih ada yang belum siap dengan sistem pembelajaran online yang membutuhkan media pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer.

Sistem pembelajaran daring adalah sistem pembelajaran tanpa tatap muka langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan secara online dengan menggunakan jaringan internet. Guru memastikan pembelajaran tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah masing-masing. Solusinya, guru dapat merancang media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media online.

Sistem pembelajaran dilakukan melalui perangkat komputer atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran bersama dalam waktu yang bersamaan menggunakan grup di media sosial seperti whatsapp, telegram, aplikasi zoom atau

media lainnya. Dengan demikian, guru dapat memastikan bahwa siswa mengikuti pembelajaran pada waktu yang sama, meskipun di tempat yang berbeda.

Banyak sektor terkena dampak corona. Sektor pendidikan salah satunya. Dilihat dari kejadian yang terjadi, banyak siswa maupun orang tua yang tidak memiliki perangkat untuk menunjang kegiatan pembelajaran online dan merasa kebingungan, sehingga pihak sekolah mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut.

- Iklan -

Beberapa siswa yang tidak memiliki handphone belajar secara berkelompok, sehingga mereka juga melakukan kegiatan belajar bersama. Mulai belajar melalui video call yang terhubung dengan guru yang bersangkutan, bertanya satu per satu, hingga melakukan absensi melalui VoiceNote yang tersedia di WhatsApp. Materi diberikan dalam bentuk video yang berdurasi kurang dari 5 menit.

Permasalahan yang terjadi tidak hanya pada media pembelajaran saja, namun ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya yang cukup tinggi bagi siswa dan guru untuk mempermudah kebutuhan pembelajaran secara online. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet melonjak dan banyak orang tua yang belum siap menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.

Ini juga menjadi masalah yang sangat penting bagi siswa, jam berapa mereka harus belajar dan data (kuota) apa yang mereka miliki, sementara orang tuanya berpenghasilan rendah atau dari kelas menengah ke bawah (miskin). Hingga akhirnya hal seperti ini dibebankan kepada orang tua siswa yang ingin anaknya tetap mengikuti pembelajaran online.

Banyak di berbagai media sosial berbagi pengalaman orang tua saat mendampingi anaknya belajar, baik positif maupun negatif. Misalnya, ternyata ada orang tua yang sering marah karena anaknya nakal sehingga tidak tahan dan ingin anaknya kembali bersekolah. Kejadian ini menyadarkan orang tua bahwa mendidik anak itu tidak mudah, butuh banyak ilmu dan kesabaran. Maka dengan kejadian ini orang tua harus sadar dan tahu bagaimana membimbing anaknya dalam belajar. Setelah mendapatkan pengalaman ini, diharapkan para orang tua dapat belajar bagaimana mendidik anaknya di rumah.

Kegagapan pembelajaran berani memang tampak terlihat di hadapan kita, tidak satu atau dua sekolah saja melainkan secara menyeluruh di beberapa daerah di Indonesia. Komponen-komponen yang sangat penting dari proses pembelajaran berani (online) perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Pertama dan terpenting adalah jaringan internet yang stabil, kemudian gawai atau komputer yang mumpuni,aplikasi dengan platform user yang friendly, sosialisasi berani yang bersifat efisien, efektif, dan integratif.

Solusi dari permasalahan tersebut adalah pemerintah harus memberikan kebijakan dengan membuka layanan aplikasi online gratis bekerjasama dengan internet dan penyedia aplikasi untuk membantu proses pembelajaran online ini. Pemerintah juga harus menyiapkan kurikulum dan silabus untuk pembelajaran berbasis online. Bagi sekolah, perlu dilakukan bimbingan online

tentang proses pelaksanaan online dan sosialisasi kepada orang tua dan siswa melalui media cetak dan sosial mengenai tata cara pelaksanaan pembelajaran online, terkait tugas dan perannya.

Ada pelajaran yang dapat di ambil dari dunia pendidikan di tengah pandemi ini, yaitu kegiatan pembelajaran tatap muka dengan guru terbukti lebih efektif ketimbang secara daring. Hal itu disebut oleh pakar pendidikan Universitas Brawijaya, Aulia Luqman Aziz bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional 2020. “Selamanya profesi guru tidak akan tergantikan oleh teknologi” Luqman dalam keterangannya di laman resmi Universitas Brawijaya, Sabtu (2/5/2020). Menurutnya pembelajaran secara daring ini banyak menimbulkan keluhan dari peserta didik maupun orang tua.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU