Pandemi Covid-19 tengah bertransisi statusnya menjadi endemi, suatu wabah penyakit yang mewabah di seluruh dunia menjadi penyakit yang mewabah hanya di suatu wilayah tertentu. Wabah penyakit tersebut memang sudah bisa lebih dikendalikan, melihat dari grafik kasus konfirmasi yang terus menurun hingga saat ini.
Tercatat per tanggal 1 Mei 2022 bahwa Indonesia memiliki kasus harian sebanyak 244 orang di mana jumlah tersebut lebih rendah dari hari-hari sebelumnya sehingga total kasus konfirmasi di Indonesia menjadi 6.047.040 dengan jumlah kasus aktif yang menurun sebanyak 405 orang menjadi 7.474 kasus, lalu kasus sembuh bertambah sebanyak 633 orang yang menyumbang total kesembuhan menjadi 5.883.293 dan kasus kematian yang bertambah sebanyak 16 orang sehingga total warga yang meninggal akibat virus Covid- 19 dari awal pandemi menjadi 156.273 orang.
Meski begitu Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa beliau tidak ingin terburu-buru dalam melaukan transisi dari pandemi menuju endemi meskipun jumlah kasus aktif harian yang tercatat semakin menurun. Pemerintah juga terus menggerakkan seluruh masyarakat agar melakukan vaksinasi hingga ke tahap booster guna mencapai cakupan pemerataan vaksinasi baik secara global maupun nasional.
Sebagai seorang mahasiswa, penulis ingin pembaca menilik lebih jauh kondisi pendidikan di Indonesia sejak awal wabah ini mempengaruhi pendidikan di Indonesia. Dimulai dari meliburkan sekolah, melakukan pembelajaran jarak jauh hingga kini dapat melakukan pembelajaran tatap muka dengan syarat tertentu atau mengikuti sistem masing-masing di setiap sekolah atau wilayah.
Pemerintah berusaha memastikan akses terhadap pembelajaran merata dan tetap berkualitas, dengan memberikan beragam solusi pendidikan seperti adanya penyiaran program belajar, radio edukasi, modul belajar sesuai kurikulum hingga beragam aplikasi yang menunjang aktivitas belajar mengajar.
Pemerintah juga memberikan bantuan kuota data internet bagi siswa, mahasiswa, guru maupun dosen untuk memudahkan pelaku pendidikan melakukan pembelajaran secara daring hingga adanya program Uang Kuliah Tunggal untuk memberikan keringanan terhadap mahasiswa yang terkena dampak pandemi Covid-19. Pemerintah terus gencar ber-inovasi mengembangkan pendidikan di Indonesia untuk encetak SDM yang berkualitas dan berdaya saing.
Pandemi telah mengubah proses belajar mengajar secara drastis. Seluruh pelaku pendidikan masih beradaptasi hingga kini, masih banyak kendala yang dihadapi baik dari siswa, guru, mahasiswa, dosen, hingga pemerintah.
Masih banyak dari mereka yang tidak memiliki perangkat yang mumpuni untuk melakukan pembelajaran secara daring, akses internet yang belum merata, kurangnya pengetahuan dan kemampuan menguasai teknologi yang digunakan, hingga sulitnya untuk beberapa pelaku pendidikan untuk melakukan proses pembelajaran di rumah dikarenakan fokusnya yang terbagi-bagi.
Beberapa dari mereka dimudahkan dengan fasilitas yang mumpuni dan kesempatan belajar secara optimal. Ada yang menggunakan fasilitas dan kesempatan belajar nya dengan baik, ada juga yang tidak dapat memanfaatkan-nya dengan baik. Penulis sungguh merasakan bahwa sistem pembelajaran secara daring tidaklah optimal. Kami dipaksa oleh keadaan untuk bersikap mandiri, inovatif dan kreatif.
Tentu saja itu adalah hal baik, namun tidak semudah diucap atau ditulis. Penulis melihat banyak pelajar yang kesulitan dala memahami materi, guru atau dosen yang sulit memberikan materi serta penilaian dikarenakan kurangnya penguasaan terhadap teknologi atau masih sulit membuat perencanaan pembelajaran daring secara optimal dan berkualitas. Beberapa dari mereka juga ada yang acuh, melakukan proses belajar mengajar hanya sebagai formalitas keseharian atau pekerjaan semata.
Pembelajaran daring tidaklah buruk, namun pendidikan Indonesia masih harus terus memberikan solusi terhadap kendala dan tantangan ke depannya. Bukan hanya pemerintah yang memiliki pe-er untuk pemerataan fasilitas pendidikan yang memadai guna tercapainya tujuan pendidikan Indonesia. Namun lingkungan dan keluarga juga memiliki andil yang besar untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Bukan hanya pelajar dan ahasiswa yang harus kita berikan pengertian betapa pentingnya pendidikan, harus kita dorong untuk tetap belajar meskipun di rumah, dan sebagainya. Lingkungan dan keluarga harus sadar pentingnya pendidikan, meyakininya, dan mendukung setiap kegiatan belajar mengajar. Pemerataan pendidikan bukan hanya untuk setiap wilayah, namun juga untuk setiap kalangan, untuk semua lapisan masyarakat, untuk semua umur, dimanapun dan kapanpun.