Peneliti Temukan Sirkuit Otak untuk bagian Spiritualitas dan Religiositas

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh para peneliti di Brigham and Women’s Hospital menemukan bahwa penerimaan spiritual dapat dilokalisasi ke sirkuit otak tertentu yang berpusat di periaqueductal grey (PAG). 

PAG adalah wilayah batang otak yang telah terlibat dalam sejumlah fungsi termasuk pengkondisian rasa takut, modulasi rasa sakit, perilaku altruistik, dan cinta tanpa syarat. Laporan temuan tim peneliti saraf tersebut telah diterbitkan di jurnal Biological Psychiatry pada 29 Juni 2021.

“Hasil studi kami menunjukkan bahwa spiritualitas dan religiositas berakar pada dinamika neurobiologis yang fundamental dan terjalin erat ke dalam neurofabric kami,” ujar Dr. Michael Ferguson, peneliti utama di Brigham’s Center for Brain Circuit Therapeutics yang menjadi salah satu peneliti dalam studi ini.

- Iklan -
Baca Juga:  Mengenal Stephen Hawking, Salah Satu Ilmuwan Terkemuka

“Kami terkejut menemukan bahwa sirkuit otak untuk spiritualitas ini berpusat di salah satu struktur otak yang paling terpelihara secara evolusioner,” kata Fergusson seperti dilansir Lab Online.

Dalam mengerjakan penelitian ini, Dr. Ferguson dan rekan-rekan penelitinya menggunakan teknik yang disebut pemetaan jaringan lesi yang memungkinkan mereka untuk memetakan perilaku-perilaku manusia yang kompleks ke sirkuit-sirkuit otak tertentu berdasarkan lokasi lesi-lesi otak pada pasien.

Tim memanfaatkan kumpulan data yang telah diterbitkan sebelumnya yang mencakup data 88 pasien bedah saraf yang menjalani operasi untuk mengangkat tumor otak mereka. Para pasien itu telah menyelesaikan survei yang mencakup pertanyaan tentang penerimaan spiritual sebelum dan sesudah operasi.

- Iklan -
Baca Juga:  4 Kebiasaan Ini Bisa Membuat Mesin Cuci Cepat Rusak

Hasil studi para peneliti tidak menyiratkan bahwa agama adalah delusi atau penyakit parkinson muncul karena kurangnya keyakinan agama. Sebaliknya, hasil penelitian ini menunjukkan akar keyakinan spiritual di bagian otak kita terlibat dalam banyak fungsi penting.

Hasil religiositas dari kumpulan data kedua juga selaras dengan temuan ini. Para penulis studi mencatat bahwa para pasien di kedua kumpulan data tersebut berasal dari budaya Kristen yang dominan. Oleh karena itu, untuk memahami generalisasi hasil studi ini, mereka perlu mereplikasi studi ini pada subjek-subjek dengan latar belakang agama dan budaya yang lebih beragam.(*)

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU