Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar acara pengangkatan jabatan Profesor Kehormatan kepada Dr H Syahrul Yasin Limpo, SH., MSi., MH., dalam bidang Hukum Tata Negara dan Kepemerintahan.
Pengangkatan ini ditandai dengan pembacaan orasi ilmiah berjudul “Hibridasi Hukum Tata Negara Positivisitik Dengan Kearifan Lokal dalam Mengurai Kompleksitas Kepemerintahan”.
Kegiatan berlangsung secara luring dengan penerapan protokol kesehatan Covid-19 di Ruang Senat, Lantai 2 Gedung Rektorat, Kampus Tamalanrea, Makassar, Kamis (17/03).
Prosesi pengangkatan dihadiri oleh Rektor Unhas, Senat Akademik, Dewan Profesor, Ketua IKA Unhas, para tamu undangan dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), pejabat Kementerian dan Lembaga Negara, serta keluarga besar Syahrul Yasin Limpo (yang akrab disapa SYL).
Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., dalam sambutannya menjelaskan proses panjang yang dilalui Syahrul hingga diangkat sebagai profesor kehormatan Unhas.
SYL telah berkontribusi besar dalam pemerintahan. Orasi ilmiah ini merupakan hasil pemikiran yang menjadi bukti kedekatan SYL dengan masyarakat selama berkiprah dalam dunia politik dan pemerintahan.
“Kami sudah mengusulkan sejak tahun 2017 dan baru terealisasi. SYL kita tahu mempunyai pengalaman yang luas. Hasil pemikiran beliau merupakan persilangan akademik dengan pengalaman dalam dunia birokrasi.
Karir dimulai dari bawah hingga berada pada posisi saat ini. Tidak banyak tokoh Indonesia seperti beliau,” jelas Prof Dwia.
Dalam orasi ilmiahnya, Prof (Unhas) Dr Syahrul Yasin Limpo, SH., MSi., MH., menjelaskan hibridisasi hukum tata negara positivistik dengan kearifan lokal sudah lama dikenal. Bahkan, sejak dirinya menjadi kepala desa, fenomena tersebut telah ditemui.
SYL mengakui telah akrab dengan kearifan lokal dari berbagai pesan nenek moyang. Tata pemerintahan yang berbasis pada hukum tata negara dan aturan administrasi yang rigid justru perlu dikawinkan dengan kearifan lokal.
Ini menjadi penting agar memiliki spirit partisipatif yang dapat mendorong peran aktif masyarakat.
Berdasarkan pengalaman berinteraksi dengan budaya lokal Bugis-Makassar, SYL mengingatkan sistem hukum Indonesia untuk mempertimbangkan basis budaya dan aspek sosiologis dalam teorisasi hukum.
Bangsa Indonesia harus berani menentukan apa yang paling baik bagi bangsanya, termasuk dalam membangun teori hukum yang memiliki karakteristik ke-Indonesia-an.
“Kami mendorong petani milenial dan transformasi digital dalam praktek pertanian, karena kami sadar bahwa saat ini telah terbentuk generasi baru petani atau new peasant generation yang mengandalkan teknologi digital dan didorong oleh spirit entrepreneurship.
Petani milenial ini kami harapkan bahu-membahu dengan petani generasi tua dalam memajukan dan memoderenkan pertanian Indonesia,” jelas Prof. Syahrul.
Rangkaian kegiatan diisi dengan penyerahan secara resmi surat pengangkatan sebagai profesor kehormatan oleh Rektor Unhas kepada Prof (Unhas) Dr Syahrul Yasin Limpo, SH., MSi., MH.