Pengembangan Pesawat Haerul oleh Tim Pendampingan Unhas Masuk Tahap Uji Coba

Pengembangn pesawat Haerul, pemuda asal Kabupaten Pinrang pada Januari 2020 lalu, yang didampingi oleh Tim Universitas Hasanuddin (Unhas) kini memasuki tahapan uji coba.

Saat ini, pesawat swayasa tersebut telah mencapai 80% perampungan, tinggal menambahkan beberapa item yang diperlukan untuk kemudian dilakukan uji coba secara menyeluruh.

Rektor Unhas Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., didampingi Tim Pendamping Pesawat Haerul (PPH) dan jajaran pimpinan FT Unhas meninjau langsung kondisi pesawat.

Kunjungan ini berlangsung di Kampus Unhas Gowa, Kamis (30/12).

Dalam kesempatan tersebut, Rektor Unhas Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., mengapresiasi kinerja tim PPH Unhas dalam mengembangkan pesawat tersebut.

Ia mengatakan, Unhas dengan kompetensi sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum mendukung penyempurnaan pesawat karya Haerul.

Apalagi, didukung oleh Center of Technology yang memiliki laboratorium aerodinamika canggih. Ia mengharapkan, pesawat ini bisa bermanfaat pada masa mendatang.

Ketua Tim PPH FT Unhas, Prof. Dr. Ir. Nasaruddin Salam, MT, menjelaskan bahwa pengkajian desain pesawat ultralight telah dirancang sejak Agustus 2020 lalu.

Pesawat ultralight model sport dirancang Tim PPH dengan menggabungkan beberapa disiplin ilmu. Namun, desain awalnya dimulai dari sisi aerodinamika.

- Iklan -
Baca Juga:  Farmasi: Jurusan Multidisipliner dengan Peluang Karir Tanpa Batas

Terkait proses penyelesaian pesawat, Prof. Nasaruddin mengatakan tantangan yang dihadapi pada kelengkapan komponen mesin yakni engine dan black box yang langsung didatangkan dari Amerika.

Namun, secara menyeluruh komponen lainnya merupakan buatan langsung dari Unhas.

“Pesawat ini sudah selesai, tinggal dilakukan uji coba secara menyeluruh mulai dari sistem kontrol, uji coba terbang hingga daya dorong. Karena pesawat ini awalnya dari Pinrang, maka kita akan kembalikan lagi ke daerah asalnya.

Seluruh pembiayaan merupakan dana internal dari Unhas dengan masa pengerjaan hingga selesai kurang lebih membutuhkan waktu satu tahun,” jelas Prof. Nasaruddin.

Haerul menjadi viral di seluruh Indonesia menyusul keberhasilannya menerbangkan pesawat rakitan sendiri. Pesawat tersebut dibuat secara otodidak.

Walaupun secara faktual dapat terbang, namun belum memiliki standarisasi keamanan dan kelayakan.

Untuk mendukung inovasi Haerul, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (FT Unhas) kemudian berkolaborasi mengembangkan desain dan standarisasi pesawat rakitannya.

Pesawat Haerul yang dikembangkan oleh Tim PPH Unhas memiliki maksimal kecepatan terbang hingga 160 km/jam, jarak tempuh 482,7 km dengan ketinggian jelajah 1.524 m.

Baca Juga:  GenBI Sulawesi Selatan Gelar Aksi Donor Darah untuk Bantu Ketersediaan Stok Darah

Pesawat yang memuat dua penumpang tersebut mampu menerima beban hingga 596 kg. Setiap penumpang memiliki maksima berat rata-rata 65 kg.

Proyek pengerjaan pesawat ultralight ini merupakan pertama kali bagi Unhas dalam pembuatan pesawat langsung.

Walaupun secara teori sudah lama diajarkan, termasuk uji model sudah sering kali dilakukan di laboratorium, seperti uji gaya angkat dan gaya hambat pada pesawat.

Selama pengerjaan pesawat, Tim PPH bersama tim monitoring diawasi oleh Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) sebagai organisasi olahraga dirgantara di Indonesia.

Hal ini dimaksudkan untuk memastikan aspek kelayakan dan keamanan saat beroperasi.

“Pemanfaatan pesawat ini bisa digunakan sesuai kebutuhan, bisa untuk membantu dalam bidang pertanian seperti penyemprotan hama. Kehadiran pesawat ini kita harapkan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Unhas dan tentunya akan menjadi jalan untuk melahirkan inovasi lainnya.

Kita akan terus melakukan pengembangan dan penyempurnaan untuk pesawat ini,” tutup Prof. Nasaruddin. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU