Pengertian Hari Tasyrik

Pada hari Nafar Thani, pada hari ketiga belas Dzulhijjah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam meninggalkan Mina dan menuju ke daratan tinggi Bani Kinanah. Di sebuah tanah lapang, beliau tinggal hingga malam. Di sana, Rasulullah menunaikan salat Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Setelah itu, beliau berbaring sejenak, kemudian berdiri, dan berjalan menuju Ka’bah untuk melakukan Tawaf Wada’.

Setelah menyelesaikan semua ibadah, Rasulullah segera naik ke unta dan pulang ke Madinah Munawwarah, memberi kesempatan kepada para sahabat untuk istirahat sebelum melanjutkan perjuangan di jalan Allah.

Roma menunjukkan sikap angkuhnya dengan menolak kehadiran Islam di wilayah mereka, yang mengakibatkan penganiayaan terhadap umat Islam, seperti yang terjadi pada Farwah bin Jazami, Gubernur Maan yang dibunuh oleh Roma karena memeluk Islam.

Rasulullah melihat dengan prihatin peristiwa ini. Sikap sombong dan keras kepala Roma mendorong beliau untuk mempersiapkan pasukan besar pada bulan Safar, tahun ke-11 Hijriyah, untuk menghadapi tantangan ini.

Rasulullah Angkat Pemimpim Muda

Usamah bin Zaid diberi tanggung jawab untuk memimpin angkatan ini oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau memerintahkan pasukan Usamah untuk memasuki perbatasan Balqs dan Darom di bumi Palestina, dengan tujuan untuk mengejutkan Roma dan mengembalikan kepercayaan bangsa Arab yang berbatasan dengan mereka. Ini juga untuk menunjukkan bahwa kebiadaban Roma tidak boleh dibiarkan begitu saja, serta untuk menghapus stigma bahwa memeluk Islam berarti menghadapi kematian.

Baca Juga:  Waspadai Hasad, Penyakit yang Paling Berbahaya

Masyarakat sempat meragukan keputusan untuk mengirim Usamah, yang dianggap masih muda sebagai pemimpin tentara Islam. Namun Rasulullah menjawab dengan sabda beliau bahwa meragukan kepemimpinannya berarti meragukan juga kepemimpinan ayahnya yang terdahulu, yaitu Zaid bin Haritsah yang merupakan salah satu sahabat terdekat Rasulullah. Rasulullah menyatakan bahwa meskipun Usamah masih muda, dia sangat layak untuk tugas ini.

Karena keyakinan ini, masyarakat berkumpul di sekitar Usamah yang sedang bersiap-siap dengan pasukannya. Mereka bergerak bersama hingga mencapai perhentian Jaraf, satu farsakh jauhnya dari Madinah.

Ketika pasukan Islam berada di sana, mereka mendapat kabar bahwa Rasulullah jatuh sakit. Berita ini membuat pasukan Usamah ragu untuk melanjutkan perjalanan mereka ke Roma, karena mereka ingin memastikan bahwa tindakan mereka sesuai dengan ketetapan Allah.

Namun, dengan izin dan takdir Allah, pasukan yang dipimpin oleh Usamah merupakan pengiriman pasukan pertama dalam era pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

- Iklan -
Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Selasa, 17 Desember 2024: Penebusan dan Kebutuhan akan Penebusan

Hari Tasyrik

Hari tasyrik adalah tiga hari yang mengikuti hari raya Idul Adha (Hari Nahr), yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Nubaizah Al-Hudzali meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Hari-hari tasyrik adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim no. 1141).

Hari tasyrik dinamakan demikian karena kata “tasyrik” berarti mendendeng atau menjemur daging qurban di bawah sinar matahari. Dalam tradisi Islam, hari tasyrik adalah hari yang dianjurkan untuk memperbanyak zikir, termasuk takbir dan bentuk dzikir lainnya. Imam Nawawi menjelaskan bahwa hari tasyrik adalah tiga hari setelah Idul Adha, sebagaimana disebutkan dalam Al Igna, 1:412.

Di masa lalu, daging qurban dijemur atau didendeng di bawah sinar matahari karena belum ada pendingin atau freezer seperti sekarang. Oleh karena itu, istilah “tasyrik” menggambarkan proses ini.

Selain itu, hari tasyrik juga dikenal sebagai hari untuk makan dan minum dengan bebas. Pada hari-hari ini, tidak disunnahkan untuk berpuasa, dan pendapat ini lebih ditekankan dalam madzhab Syafi’i. (Ana)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU