Tidak banyak orang yang punya pengalalaman berurusan virus Covid19 selengkap
Fryda Lucyana. Awal Februari ini ia kembali tertular virus Covid19 untuk ketiga kali. Dilihat dari rentang waktu “hat trick” itu terjadi — September 2020 – Juli 2021 dan Februari 2022 – kemungkinan virus yang bersarang di tubuh penyanyi itu pun tiga varian pula : Alpha, Delta, dan Omicron. Padahal, dia sudah vaksin Sinovac dua kali.
Catatan Ilham Bintang, Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat
Pelantun lagu ” Segala Rasa Cinta” yang bekerja di kantor Sekretariat Negara itu pertama kali terpapar 10 September 2020. Waktu itu Kasus Covid19 baru mencapai 207.203 pertanggal hari itu. Sedangkan data hariannya, 3861 kasus positif baru. Fryda karenanya hanya isolasi mandiri. Serangan kedua, terjadi 7 Juli 2021. Di bulan itu terjadi lonjakan signifikan varian ganas Delta di seluruh dunia.
Di Tanah Air per 16 Juli 2021 totalnya sudah 2.780.803 kasus. Sementara update hariannya 54.000 kasus per hari itu. Total yang meninggal dunia 71.397 jiwa.
Fryda juga kehilangan ayahnya, H Fadhly Ilhamy (78) yang wafat akibat Covid19 Kamis (15/7) di RSPP Modular Simpruk.
Serangan kedua membuat Fryda sembilan belas hari dirawat di RS. Saat ayah tercinta wafat, ia masih diopname. Hanya bisa meratapi nasib di dalam kamar isolasi RS Muhammadiyah Taman Puring, Kebayoran Baru. Kebetulan saja ada kawannya yang membantu merekam dan menyiarkan secara “live” upacara pemakaman di San Diego Hill, sehingga ia dapat mengikuti pemakaman ayah tercinta.,
Komorbid Asma dan Gerd
Fryda mengaku paling menderita selama pandemi. Ia punya komorbid Asma dan Gerd. Secara medis, Asma tidak menular, namun beberapa infeksi virus seperti salesma dan flu dapat menyebabkan timbulnya serangan pada penderitanya.
Waktu ayahnya sakit dan belum terkonfirmasi Covid19, Fryda yang mengurus di rumah. Serangan Covid kedua diduga kuat Fryda tertular dari sang ayah.
Serangan ketiga, terkonfirmasi pada 1 Februari lalu. Hasil swab PCR nya : Positif. Sampai Kamis (10/2) ia masih di opname di RS Abdi Waluyo. Setiap kali terjangkit, dia sesak nafas. Itu yang menjadi persoalan besar dan berat baginya.
” Yang ketiga ini, saya tidak bisa memastikan kontak dengan siapa dan di mana? kata Fryda saat diwawancara Rabu (9/2) petang. Dia juga tak bisa memastikan yang menyerangnya varia Omicron atau masih Delta. ” Kata dokter untuk memastikan Omicron perlu pemeriksaan khusus di Kemenkes. Makan waktu lama untuk tahu hasilnya karena antrenya juga panjang,” cerita Fryda.
Menurut kisahnya, Sampai 24 Januari dia masih bekerja di kantor ( WFO ). Itu hari terakhir ia masuk kantor. Ia ingat waktu pulang dari kantor sore hari badannya imulai merasa meriang, agak menggigil kalau kena air. Esoknya, selain meriang, pening, juga muncul gangguan di tenggorokan.
Dua hari kemudian dia menerima pesan di WAG kantor. Ada teman kantor yang positif Covid. Tapi pada waktu ia Swab PCR esok harinya, hasil Swab PCR negatif.
Karena negatif, hari itu ia pun kontrol ke dokter syaraf.
Setelah disuntik mendadak rasa pening muncul lagi. Ia lunglai hampir pingsan karena kebanyakan disuntik oleh dokter syaraf (biasanya kalau kontrol, kurang dari 10 suntikan, sedangkan hari itu lebih dari 20 suntikan).
“Yang paling mengganggu adalah rasa gatal di bawah permukaan kulit. Bikin gelisah dan tidak bisa tidur.
Zoom Meeting lembur kantor terpaksa dilakukan sambil tiduran. Kondisinya memburuk.
lemas, batuk-kering, dan mulai sesak lagi. Dia pun Swab PCR lagi 31 Januari sore. Saat bangun pagi 1 Februari hasil PCR sudah dikirim dan ternyata positif covid lagi dengan CT yang rendah (21.75 dan 20.94).
“Gejalanya mirip ketika kena covid yang ke-2 (varian Delta), yaitu meriang, pening, radang tenggorokan, flu, batuk kering diikuti sesak nafas. Bedanya hanya dalam intensitasnya yang lebih ringan.
Update kasus Covid di Indonesia 9 Februari sudah bertengger di angka 46.843 kasus positif. Secara total sudah mencapai 4.626.936 kasus. Sementara kasus kematian bertambah 65 orang, dan totalnya mencapai 144.784 jiwa.
Kisah Fryda menjadi pelajaran berharga buat kita selalu mewaspadai virus Covid19, apapun variannya. Omicron — varian terbaru Covid19 yang mulai terdeteksi 28 November tahun lalu — memang bikin dunia panik meskipun digembar-gemborkan efeknya ringan.
Update harian kasus positif Rabu (9/2) sudah mendekati puncak harian Delta bulan Juli tahun lalu. Pemerintah sejak tahun lalu memang sudah mengantisipasi varian baru tersebut. Segala persiapan dilakukan agar tidak lagi kecolongan seperti tahun sebelumnya. Kemarin PPKM dinaikkan ke level 3 di beberapa daerah. Kecepatan Omicron menjangkiti pasien sudah terbukti. Prediksi pakar mengenai kecepatan Omicron berbanding terbalik dengan keganasannya sementara waktu ini juga terbukti. Update kematian kemarin ” hanya ” merenggutkan 65 jiwa.
Tapi lonjakan kasus dua minggu terakhir tetap mengancam. Seperti saya tulis sebelumnya, belum jelas betul yang sekarang menjangkiti pasien hanya Omicron. Bisa saja varian lain. Omicron saja pun sangat mangancam pasien lansia apalagi yang punya komorbid. Kecepatannya saja sudah membuat panik. Satu rumah tangga bisa lumpuh jika satu positif. Sekurangnya bisa melumpuhkan ekonomi banyak masyarakat karena bolak balik harus tes swab Antigen maupun PCR yang tidak gratis, dan masih dikenakan pula pajak oleh pemerintah.