Indonesia memiliki segudang warisan budaya yang perlu dilestarikan. Mulai dari Sabang sampai Merauke terdapat beragam unsur budaya yang menjadi kekuatan dan diferensiasi dari negara lain. Bangsa Indonesia berangkat dari keragaman atas kekayaan warisan budaya yang dimiliki. Salah satu warisan budaya Indonesia dengan tradisi-tradisi yang ada.
Perempuan, anak, dan budaya sebagai salah satu pemersatu bangsa. Kedaulatan perempuan sangat berpengaruh besar dalam kebudayaan Indonesia. Ini mencakup kebudayaan leluhur bangsa Indonesia yang berakar dari tradisi dan budaya suku-suku peninggalan yang terdahulu budaya nusantara yang sudah tersebar di seluruh provinsi Indonesia.
Meskipun secara umum budaya masyarakat di dunia memposisikan laki-laki pada kedudukan teratas, sedangkan perempuan menjadi nomor dua. Hal itu mulai berkurang saat ini. Kita bisa melihat pada zaman dulu dalam kehidupan rumah tangga, perempuan bekerja mengurus rumah tangga sedangkan laki-laki bekerja di luar rumah.
Namun seiring kemajuan zaman dan teknologi, perempuan saat ini memilih untuk berkarier di luar rumah. Semuanya demi membantu keuangan rumah tangga serta kebutuhan lainnya. Dari sini sudah terlihat bahwa perjuangan perempuan tidak mudah dalam lingkungan masyarakat di Indonesia.
Menurut Ketua DPR Puan Maharani mengatakan, perempuan memegang peranan penting dalam meningkatkan melestarikan kebhinekaan Indonesia dalam keluarga. Menurutnya, menumbuhkan budaya literasi dari lingkup keluarga penting dilakukan sebagai bekal mewujudkan kemajuan bangsa Indonesia yang tetap terjaga kebhinekaannya.
“Kemampuan literasi adalah kemampuan mendasar yang dapat menjadi pijakan bagi seseorang untuk menghadirkan kehidupan yang lebih baik bagi dirinya sendiri maupun bagi banyak orang,” kata Puan.
Politisi PDI-P itu menuturkan, dalam konteks menumbuhkan budaya literasi, peran aktif perempuan Indonesia sangat menentukan khususnya dalam lingkup keluarga. Puan menjelaskan, keluarga merupakan unit masyarakat yang terkecil tetapi berperan besar dalam kemajuan sebuah bangsa.
“Keluarga adalah titik awal kehidupan seseorang dimulai, dan peran perempuan sangat besar dalam keluarga. Tentunya, kita ingin setiap anak Indonesia memiliki titik awal kehidupan yang baik,” ujarnya.
Ia menambahkan, nilai-nilai yang ditanamkan dalam keluarga adalah nilai-nilai yang akan turut membimbing hidup seseorang sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, kata dia, jika budaya literasi sudah ditanamkan sejak dini di tingkat keluarga, maka mereka akan tumbuh dewasa dengan budaya literasi yang kuat.
“Ketika budaya membaca di rumah menjadi sebuah kebiasaan, maka anak-anak akan terbiasa menjadikan buku atau bahan bacaan sebagai rujukan untuk mendapatkan informasi,” terangnya.
Kendati demikian, Puan menyadari bahwa usaha meningkatkan budaya literasi bukanlah tugas mudah.
Terlebih, seorang ibu biasanya memiliki dua peran yakni sebagai ibu rumah tangga dan sekaligus bekerja. Akan tetapi, dia meyakini bahwa perempuan Indonesia memiliki kreativitas, ide, dan bisa menemukan cara-cara untuk meningkatkan budaya literasi di tingkat keluarga maupun lingkungan sosial terdekat lainnya.
“Taruh persoalan berat di hadapan perempuan Indonesia, maka Insya Allah perempuan bisa menemukan solusinya,” tutup perempuan pertama yang menjadi Ketua DPR RI tersebut.
Puan juga menyampaikan pentingnya peran perempuan dalam ‘13th Summit of Women Speakers of Parliament’ di Wina, Austria, Senin (6/9/2021). Puan diminta menjadi panelis karena perannya dalam komite persiapan yang bertugas menyiapkan substansi pertemuan para ketua parlemen perempuan dunia tersebut.
Bersama empat ketua parlemen negara lain, Puan memimpin jalannya forum yang bertema ‘Women at The Centre: From Confronting The Pandemic to Preserving Achievement in Gender responsive Recovery’.
Dalam forum tersebut, Puan menyatakan dukungan terhadap akses dan peran perempuan yang lebih besar dalam penanganan pandemi Covid-19. Dia menyampaikan, peringkat vaksinasi Indonesia yang berada di ranking ke-7 dunia juga tidak terlepas dari peran perempuan yang menjadi tenaga kesehatan dan vaksinator.
“Kami mendorong terus pemerataan vaksin secara cepat kepada seluruh rakyat. Di Indonesia tingkat vaksin pertama dan kedua telah mencapai 100 juta (penyuntikan),” kata Puan.
Puan menyatakan kontra. Sebab, menurutnya, kesetaraan gender dapat dicapai dengan partisipasi dan dukungan seluruh elemen masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki. “Kita tidak perlu membuat kontradiksi peran salah satunya, perempuan atau laki-laki. Asumsi bahwa perempuan lebih baik dari laki-laki di garis terdepan akan dipersepsikan laki-laki kurang kompeten,” kata Puan.
Kredit visual: freepik.com