Perihal Mentari dan Pandangannya

Ares tergagap. “Yah… Setiap orang punya kebutuhannya masing-masing. Apakah dengan begini Anda setuju dengan Mentari?”

Ayah Mentari tersenyum agak capak. “Baiklah. Bila kau merasa lebih mengenal anak gadisku, Ares, silakan bujuk ia sendiri.”

***

Mungkin ini kali pertama dalam sejarah: seorang dokter membujuk pasiennya untuk dioperasi. Operasi mata pula. Ares menyimpan rapat-rapat “proyek” ini dari rekan-rekan dokter lainnya atau ia akan dikira mengemis operasi. Dokter mengemis operasi? Terdengar sangat memalukan. Juga melanggar kode etik.

Kendati Mentari, seperti yang dijelaskan ayahnya, masih kokoh pada sikap yang sama.

“Baru kali ini aku mendapati dokter yang mengemis operasi,” ujar Mentari polos.

Oh shit! “Aku hanya peduli padamu, Tari,” balas Ares, “eh—sebagai teman. Ya, sebagai teman,” tambahnya cepat.

“Memangnya apa yang harus aku lihat? Aku menikmati duniaku ini. Aku menikmati senyum matahari yang lentik, aku menikmati gelitik rumput yang manja, aku menikmati warna pelangi yang indah…”

“Wow,” potong Ares tak tertahankan, “kau menghapal semuanya dari buku berhuruf Braille?” tanya Ares tanpa tedeng aling-aling.

- Iklan -

“Mungkin.”

“Bagaimana kau bisa membayangkannya tanpa pernah melihatnya?” tanya Ares heran.

“Jangan dipikirkan. Bayangkan saja. Nikmati saja.”

“Dan…” lanjut Ares hati-hati, “jangan-jangan kau takut kecewa bila bayanganmu tak sesuai kenyataan?” Ares tak bisa menahan sikap penyelidiknya.

“Bisa jadi,” ujar Mentari. Ekspresinya mulai murung. “Saat kita kehilangan satu indra, maka yang lain akan bekerja lebih. Aku mendengar banyak hal, senang atau sedih, indah atau buruk. Menurutku, tanpa disaksikan pun, kehidupan ini adalah hal yang memusingkan.

Di titik tertentu aku merasa terancam. Bukan pada kehidupan dan dunia ini, alih-alih aku takut pada diriku sendiri. Lebih baik tidak bisa membuktikan kebenaran tapi meyakininya daripada bisa menyaksikannya tapi menolaknya,” ujar Mentari panjang lebar.

Ares terperanjat. Ia perlu waktu untuk mengutarakan hal yang tak ingin ia katakan. “Dan apakah kau mengetahui kebenaran yang hanya bisa kau lihat dengan mata?”

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU