Peringkat

Pada akhirnya, hari yang ku tunggu-tunggu akan datang. Dimana aku gugup dengan hasil dari ulangan ku 2 Minggu yang lalu.

Nampak jelas ruang kelas yang biasanya jadi tepat kegiatan belajar mengajar, banyak sekali para orang tua yang sedang mengambil rapor anak nya.

“Ibu, aku disini,” panggil ku. Melihat Ibu yang baru saja keluar kelas setelah mengambil rapot ku. “Bagaimana hasilnya?” Tanyaku dengan senyuman lebar.

Ibu tersenyum sebelum menjawab. “Tidak apa, kamu biasanya mendapat peringkat pertama. Tapi kali ini peringkat ketiga, hanya turun 2 saja kok.”

Mendengar nya, senyum ku luntur. Harapan ku musnah, harapan yang tinggi akan peringkat yang ku dapatkan nanti. Ternyata perkiraan ku salah, aku bukan murid satu-satunya yang pintar.

Setelah kejadian itu, aku menjadi ambisiuntuk mendapatkan peringkat.

Rasanya sungguh tidak memuaskan saat sesuatu yang biasanya kamu dapat, ternyata tidak dapat. Kecewa, pastinya. Apalagi aku kira aku sudah belajar dengan sekuat yang aku bisa, tau-tau nya peringkat ku turun. Huh, mengecewakan.

Tapi tepat pada siang hari, Ibu ku mengetuk pintu kamar. Membuat ku harus mengalihkan pandangan dari buku-buku pelajaran ku. Aku menghampiri Ibu ku.

“Ada apa Bu?. “Tanya ku. Ibu menatap sekeliling kamar ku dahulu lalu berucap.

- Iklan -

“Kenapa tidak keluar?. “Tanya Ibu sambil menatap ku.

Aku menggelengkan kepala. “Tidak, aku sibuk belajar. Aku merasa kecewa dengan peringkat yang ku dapat. Jadinya aku akan belajar dan menjadi nomer satu lagi,” jawab ku.

Ibu nampak menghela nafas nya. “Kamu merasa kecewa dengan hasil ulangan mu, dan kamu sekarang jadi mengurung juga menyiksa diri kamu sendiri. ”

Aku mengerutkan kening, tidak mengerti dengan perkataan Ibu tadi. “Aku suka belajar, daripada bermain aku lebih baik belajar. Melihat peringkat ku turun, aku jadi lebih semangat juga. “Ucap ku tersenyum.

“Ibu tidak ingin kamu seperti itu, Ibu tau kamu kecewa. Tapi bisa kan kamu jangan memaksa diri kamu? Diri kamu butuh istirahat. Seharusnya kamu liburan untuk refreshingotak mu.”

“Bagus kamu jadi lebih semangat lagi, tapi lihatlah. Peringkat ketiga tidak begitu buruk, bukti kalau kamu bisa melewati remedialsaja seharusnya kamu bangga sama diri kamu. Lihatlah perjalanan mu untuk mendapatkan peringkat pertama, dan lihatlah apa yang telah kamu dapat.”Sambung Ibu.

Aku terdiam sejenak. “Aku jadi merasakan yang namanya kekalahan.Bukan soal aku paling atas terus, dan menjadi lebih giat juga berfikir kalau teman kelas ku juga bisa menyaingi ku. “

Ibu tersenyum, sambil mengusap rambut ku dengan lembut. “Jangan melihat keburukannya dahulu, tapi ambil saja hikmah dari hasilnya. Kamu bisa menjadi lebih semangat, dengan peringkat kamu yang turun. Tidak begitu buruk kan?. ”

Aku tersenyum, lalu mengangguk. “Iya, selama ini aku selalu berfikir kalau aku akan terus diatas dan tidak akan ada yang bisa menyaingi ku. Aku terlalu sombong dan sampai lupa kalau semua orang itu pintar. Ternyata mendapatkan peringkat yang tidak sesuai dengan harapan itu juga ada manfaatnya ya Bu. ”

“Yaitu lah, orang-orang selalu melihat keburukannya. Dan melupakan kalau selama ini kegagalan bukan lah hal yang begitu buruk, tapi juga motivasi untuk belajar lebih baik lagi. “Ucap Ibu, sambil tersenyum.

“Daripada memikirkan keburukan dari kegagalan yang kamu dapat, lebih baik kamu memikirkan pelajaran apa yang kamu dapat. Itu akan membuat kamu bersyukur dan bangga sama diri kamu selama ini, bisa melewati semuanya. “Sambung Ibu.

Aku mengangguk lagi, lalu menepuk dada ku pelan. “Maafkan aku ya, selama ini aku kejam sama kamu. Seharusnya aku bangga karena selama ini aku bisa menjalankan nya dengan sebaik-baiknya. Bukan malah stuckdengan kegagalan yang ada. “Ucap ku pada diriku sendiri.

Ibu terkekeh geli melihat nya. “Dirimu akan memanfaatkan mu, kalau kamu mau memanjakan nya. Ibu habis bikin cheesecakes, ayo turun dan manjakan diri mu dengan makan-makanan yang kamu suka. “Ujar ibu.



Aku langsung semangat mendengar nya, lalu berlari menuruni tangga. Dan seketika, melupakan kegiatan belajar ku yang melelahkan sekali. Sebab, sedari tadi otak ku hanya berfikir dan berfikir. Tidak ada kata istirahat untuk diriku. Betul sekali, aku kejam dengan diriku sendiri.

Ya, aku mengerti sekarang. Setelah aku merasakan kegagalan dan harapan yang tidak sesuai ini. Aku menjadi lebih rendah hati, dan tidak sombong dengan apa yang aku miliki. Aku terlalu memikirkan keburukannya, sampai lupa di balik kegagalan bakal ada hikmahdan pelajaran yang kita dapat untuk menjadikan kita lebih baik lagi.

Semua anak akan menjadi sombong dan malas, jika dirinya selalu berfikir ia akan terus di atas. Seperti ku, aku begitu yakin dan menjadi jarang belajar saat diriku selalu mendapatkan peringkat pertama. Tapi sekarang, aku mendapatkan pelajaran nya.

Bukan hanya aku, tapi anak-anak diluar sana pasti akan sama seperti ku. Selalu melihat keburukannya, dan tidak menyadari pelajaran apa yang telah didapat. Semuanya akan menjadi lebih baik, jika kita melakukan nya dengan benar. Dan tidak sombong tentu nya.

Penulis : Maira Azahra

Maira Azahra

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU