Perkuat Semangat Perjumpaan, Bersama Institute adakan FGD terkait Anak Muda dan Perjumpaan Iman

Masih dalam rangkaian perayaan hari Toleransi Internasional, Bersama Institute for Interfaith Encounter and Religious Literacy melaksanakan Focus Group Discussion terkait Anak Muda, Perjumpaan Iman dan Literasi beragama yang bertempat di Rumah Kopi Plazzgozz, Makassar.

FGD yang dihadiri oleh anak muda dari kalangan mahasiswa tersebut mencoba menggali lebih dalam bagaimana isu toleransi dan perjumpaan iman yang terjadi di kalangan generasi milenial. Para peserta membagikan pengalaman mereka terkait pengalaman perjumpaan yang mereka pernah rasakan di lingkungan mereka.

Beberapa catatan yang ditemukan dalam FGD tersebut di antaranya adalah; mengkampanyekan semangat penghargaan atas perbedaan dan toleransi haruslah dilaksanakan dengan pelan-pelan. Menuduh seseorang intoleran hanya karena berbeda faham dengan kita bukanlah hal yang bijak dalam mengkampanyekan toleransi.

Baca Juga:  Komunitas MDM, Wujudkan Kepedulian dan Selamatkan Nyawa

Catatan lainnya yaitu harapan agar pembicaraan tentang kasus intoleransi harusnya tidak hanya fokus pada agama tertentu. Kasus intoleransi tidak mengenal agama. Intoleransi terkait dengan konsep mayoritas-minoritas dalam masyarakat. Toleran dan intoleran ditentukan oleh kelompok besar dalam hal ini kelompok mayoritas dimanapun mereka berada dan apapun agamanya.

Selain itu, muncul harapan agar gerakan yang fokus pada isu penghargaan atas iman yang berbeda juga harus fokus pada penghargaan antar golongan dalam suatu agama. Hal ini dianggap sejalan dengan konsep trilogi kerukunan dari Bapak Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, Prof. Dr. H. Mukti Ali yakni kerukunan antar umat beragama, kerukunan intra umat beragama dan kerukunan antara umat beragama dan pemerintah.

Baca Juga:  Komunitas MDM, Wujudkan Kepedulian dan Selamatkan Nyawa

Founder Bersama Institute, Syamsul A Galib menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah upaya untuk mengenalkan generasi muda pada isu perjumpaan iman. “Perbincangan terkait perjumpaan iman seperti ini bukanlah wacana dominan dalam masyarakat. Upaya mengarus utamakan isu ini menjadi penting. Untuk itu perlu ada regenerasi sehingga isu ini tidak terputus dan semakin banyak anak muda yang tertarik untuk membicarakannya.”

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU