Pernyataan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bahwa memberikan sanksi kepada Rusia, sama saja dengan bunuh diri. Setidaknya, hal ini dibuktikan, dengan dampak yang terjadi di Spanyol.
Masyarakat Spanyol sampai turun ke jalan, memprotes tingginya harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Tak hanya hargnya ‘’mencekik’’, juga langka. Akibatnya, memakasa Pemerintah Spanyol akan memberi subsidi BBM sebesar 25 % dari harga pasar.
Dalam perang di Ukraina kali ini, Rusia adalah Negara besar, Negara super power. Ketika Amerika melakukan sanksi ekonomi, ternyata dalam waktu beberapa minggu setelah dilaksanakan, bukan Rusia yang tertekan secara ekonomi. Ternyata malah Pengusaha Amerika banyak merugi.
Donald Trump, musuh politik Partai Demokrat dan Biden di tahun 2024 nanti, dimana akan menjajal sekali lagi dirinya, untuk menjadi kandidat Partai Republik, tetawa berbahak – bahak meledek Biden dengan kebijakan melakukan sanksi ekonomi terhadap Rusia tersebut. Dan benar, saat ini berbalik merugikan Pengusaha Amerika. Mengapa ?
‘’Karena Starbucks yang berjumlah 1200 gerai harus angkat kaki dari Rusia. Namun cafenya masih berjalan di kelola oleh pihak Rusia. Tinggal ganti nama, Starbucks jadi Tsarbuck !!!. Begitu juga KFC harus hengkang dari Rusia. Diganti logonya saja sama perusahaan mitranya tersebut yang malah mendapat windfall 100 % untung milik sendiri semuanya sekarang. Jadi Siberian Fried Chicken kalau gak salah namanya’’, jelas Trump.
‘’Di sisi sosmed IG, FB, kehilangan lebih dari 9 % income mereka dari Rusia. Dan banyak lagi bidang usaha yang berusaha di Rusia , dalam hitungan global, kehilangan 10 % sales dunia mereka rata – rata. Yang paling parah adalah industry teknologi. Karena chips banyak datang dari Rusia. Juga industri aviasi penerbangan yng titaniumnya 80 % dari Rusia. Intinya, malah memukul balik Amerika,memukul balik Inggris. Karena itu, Uni Eropa tidak menjalankan sanksi ekonomi terhadap Rusia. Takut Eropa Barat sama Rusia’’, jelasnya lagi.
Ditekan Barat, Rubel Bangkit
Dalam dekrit terbaru, pembeli asing harus membayar dalam Rubel untuk gas Rusia, mulai 1 April 2022. Kontrak akan dihentikan jika pembayaran dengan Rubel ini tidak dilakukan. Dikutip dari Kompas.Com, diketahui Rusia sendiri memasok sekira sepertiga gas untuk Eropa.
Atas kebijakan tersebut, nilai tukar Rubel menguat ke 76 Rubel per 1 dollarAS, bahkan lebih kuat. Nila tukar mata uang Rusia itu terus merangkak hingga mencapai level 84 per dollar AS, Kamis 31/3/2022. Kremlin berlakukan kendali modal ketat bagi yang ingin menukar Rubel mereka dengan dollar dan euro.
Ekonom menyebut, pertahanan moneter ini mungkin tidak dapat dipertahankan Putin. Hal ini dikarenakan, sanksi jangka panjang membebani ekonomi Rusia. Tetapi pemulihan Rubel bisa jadi tanda, sanksi saat ini tak bekerja sekuat yang diperhitungkn. Ini juga bisa jadi tanda upaya Rusia menopang mata uangnya secara artificial.
Buat Barat Rugi Besar
Pihak Barat telah melakukan penolakan pembayaran gas alam Rusia. Preiden Rusia Vladimir Putin mendesak Negara – Negara Barat agar membayar tagihan gas alam Rusia menggunakan mata uang Rubel.
Namun Negara – Negara G7 menolak permintaan Rusia tersebut. Juru Bicara Kremlin menegaskan, bila mereka tidak membayar mengguakan Rubel, itu artinya tidak ada gas yang dikirim.
Rusia masih belum mengambil keputusan final terkait penolakan Negara G7. Dalam kondisi demikian, secara tidak langsung membuat Negara lain khawatir akan kekurangan pasokan gas alam di negaranya. Hal ini juga langsung berdampak pada meroketnya harga gas alam, grosir di Inggris dan Belanda sebesar 20 %.
Tak Dapat Diterima
Wakil Konselir Jerman Habeck menyatakan : ‘’Tuntutan Putin soal pembayaran dalam Rubel, tidak dapat diterima’’. Semua menteri G7, katanya talah sepenuhnya setuju, ini adalah pelanggaran sepihak dan jelas, dari perjanjian yang ada. Mereka telah menggaris bawahi lagi bahwa kontrak yang dibuat adalah sah. Dan bahwa perusahaan harus dan wajib setia pada kontrak. ‘’Berarti bahwa pembayaran dalam rubel tidak dapat diterima. Kami masing-masing juga meminta perusahaan terkait untuk tidak memenuhi permintaan Putin, tegas Habeck.
Inggris Peringatkan NATO
Inggris mulai sadar dengan posisi. Dia beusaha agar NATO, tak berperan aktif di Ukraina. ‘’Kami akan melakukan apa yang dapat kami lakukan untuk membantu Ukraina, dalam beberapa hari ke depan.’’, ujar Menteri Angkatan Bersenjata Inggris, James Heappey. ‘’Kita semua harus mengerti’’, katanya.
Menurut James, Inggris menyatakan aliansi NATO tak boleh berperan aktif di perselisihan antara Ukraina dan Rusia. Karena bisa terjadi salah perhitungan yang berdampak parah.
Apa resiko yang diakibatkan dari salah perhitungan ? Dan bagaimana keadaan dapat berubah dengan sangat cepat ? James mengkhawatirkan resiko salah perhitungan, dan keadaan di Ukraina akan semakin kacau jika ada pihak yang melakukannya.
Meski demikian, Inggris tetap mengecam keras invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina yang dimulai Kamis, 24/2/2022. Dilain pihak, NATO sendiri belum mengambil langkah konkret terkait serangan Rusia. (dari berbagai sumber)
Laporan : Nurhayana Kamar