Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id-Dialog Akhir Tahun Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) Sulawesi Selatan yang berlangsung di Warkop 88 Daya Makassar Senin, 31 Desember 2018 mengangkat tema Refleksi Pembangunan Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan Prospek di Tahun Politik.
Menurut Ketua PERSAKMI Sulsel, Prof Sukri Palutturi SKM M Kes MScPH PhD, ketidakberpihakan pemerintah Kota Makassar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat ditandai dengan tidak adanya satu orang pun SKM yang menjadi kepala Puskesmas di Kota Makassar.
“Sangat unik dan juga cenderung diskriminatif dan ini hanya terjadi di Kota Makassar sementara daerah lain di Sulawesi Selatan bahkan Indonesia Bagian Timur posisi kepala Puskesmas sebagian besar dipimpin oleh seorang SKM. Puskesmas itu ada ilmunya di Sarjana Kesehatan Masyarakat secara komprehensif. Puskesmas itu adalah pintu gerbang pelayanan kesehatan untuk mencegah seseorang untuk tidak jatuh sakit. Pelayanan Puskesmas tidak sama dengan rumah sakit. Pelayanan Puskesmas itu bersifat pelayanan dasar. Jadi semakin tinggi penyakit menular dari tahun ke tahun misalnya tuberkulosis, diare, DBD dan sebagainya pertanda pemerintah gagal mengelola kesehatan,” kata Prof Sukri Palutturi.
Hal senada juga diutarakan  Dr Atjo Wahyu SKM MKes yang juga hadir dalam dialog tersebut. Ia dengan tegas melihat bahwa pemerintah Kota Makassar gagal dalam pembangunan kesehatan masyarakat dan itu diaminkan oleh peserta dialog.
Kegagalan itu kata Dr Atjo ditandai dengan jumlah pasien yang berkunjung ke Puskesmas yang semakin meningkat, mengartikan banyak orang sakit di Kota Makassar.
“Masalah lainnya adalah pembangunan yang tidak ramah lingkungan dan kantong-kantong perumahan kumuh yang tidak terselesaikan. Bahkan Stunting dan kecacingan pun juga masih menjadi masalah di Kota Makassar seperti yang disampaikan oleh peserta dialog yang tidak ingin disebutkan namanya,” Â jelasnya. Meskipun demikian Dr Atjo mengakui kesuksesan pembangunan fisik di Kota Makassar.
Kembali menggugah Walikota Makassar, mengapa SKM sangat layak memimpin Puskesmas? Menurut Ketua PP PERSAKMI, Prof Dr Ridwan Amiruddin SKM MKes MSc PH bahwa SKM Â dibekali oleh delapan kompetensi dan penjuru keilmuan.
“Seorang SKM dibekali kemampuan melakukan analisis dan diagnosa masalah kesehatan, kemampuan komunikasi dan pemberdayaan masyarakat, kemampuan perencanaan dan kebijakan kesehatan, kemampuan finansial. Seorang SKM Menguasai kompetensi dasar ilmu kesehatan masyarakat misalnya Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Biostatistik Kependudukan dan Keluarga Berencana, Epidemiologi, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Gizi Masyarakat,” ujar  Prof Dr Ridwan Amiruddin.
Selain itu, lanjut Prof Ridwan bahwa seorang SKM itu memiliki kemampuan leadership dan berpikir sistem.
Berbagai peserta hadir dalam dialog tersebut misalnya dari unsur Perguruan Tinggi, rumah sakit, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, BBPK Makassar dan para aktivis mahasiswa. (*)