Pesan Berharga Dari Tradisi Lisan Sulawesi Selatan (Resensi Buku, Bagian III)

Judul Buku:

PAUPAU RI KADONG: Suatu Tradisi Lisan Sulawesi Selatan

Penulis:

Nurdin Yusuf, Sherly Asriany dan Ridwan

Penerbit:

Pustaka Refleksi

Jumlah Halaman:

x + 358 halaman

Tahun Terbit:

- Iklan -

2015

Jenis Buku:

Cerita Rakyat

Diresensi oleh:

Tulus Wulan Juni [Pustakawan Dinas Perpustakaan Kota Makassar]

Buku dapat dibaca di:

Dinas Perpustakaan Kota Makassar [Koleksi Deposit]

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Cerita ke sepuluh tentang Kerbau Belang yang dapat mengobati putri raja yang sedang menderita sakit kulit (maja oli). Dari kisah ini menjelaskan mengapa sebagian orang Bugis tidak makan daging kerbau belang.

Cerita kesebelas berupa fabel yang menceritakan tentang kelicikan Buaya yang sudah melupakan budi baik Kerbau. Berkat pertolongan pelanduk akhirnya Kerbau bisa selamat.

Cerita Kedua belas tentang Burung Gelatik. Burung Gelatik adalah Burung dari Sumatera yang hijrah di pulau Jawa. Setelah memenangkan kontes kecantikan burung di Jawa maka ia dikirim ke Sulawesi sebagai delegasi.

Baca Juga:  Kata-Kata Gelap Anime: Kutipan Psikopat yang Menyeramkan dan Menggugah Pikiran

Sulawesi pun mengirimkan delegasi ke pulau Jawa yang kala itu dimenangkan oleh Burung Serra. Masyarakat burung dijawa ketakutan melihat Serra dengan berkata Mati… Aduh… Seramnya dan akhirnya memberi nama burung itu dengan nama Seram atau Burung Hantu dan kata-kata Mati, Aduh dan Seram akhirnya menjadi cikal bakal nama Madura. Burung Gelatik (Gelaran Cantik) atau Jelatik (Jelas Cantik) di Sulawesi khususnya daerah Bugis disebut Dongi Jawa Sulawesi.

Kisah ketiga belas tentang Petani dan Ternaknya. Kisah ini sangat jenaka karena si Petani bisa mengetahui bahasa binatang setelah bertemu Nabi Sulaiman namun resikonya ia akan mati jika kemampuannya diberitahukan kepada orang lain termasuk isterinya yang ia takuti.

Tetapi dengan kemampuannya itu, dan juga diledek oleh ayam jantan, akhirnya petani itu tidak takut lagi dengan isterinya.

Cerita keempat belas tentang kesabaran yang menceritakan tentang seorang pemuda yang berusaha mencari jawaban dari pertanyaan seorang ratu dan akhirnya menemukan jawaban sehingga ia dijadikan pendampingnya sekaligus Raja.

Baca Juga:  10 Film Jepang Menarik untuk Akhir Pekan Anda: Dari Romantis Hingga Kontroversial

Cerita kelima belas tentang Perempuan Bijak yang menjadi permaisuri yang dapat meredam amarah Baginda Raja karena kasih sayangnya.

Cerita keenam belas tentang anak saleh yang sebenarnya umurnya hanya 20 tahun tetapi karena kesalehannya maka umurnya ditambah lagi 20 tahun.

Kisah ketujuh belas tentang Rezeki di tangan Tuhan yang menceritakan si bujang selalu yakin bahwa rezeki itu ada ditangan tuhan. Setiap hari ia selalu menghabiskan semua rezeki yang diperolehnya pada hari itu dan tidak pernah menyimpannya. Rajapun heran dengan sikapnya karena si bujang tidak pernah kekurangan.

Cerita kedelapan belas kisah orang tua yang menyuruh anaknya menuntut ilmu dengan membeli kata-kata. Alhasil kata-kata tersebut menyelamatkan ia dari berbagai kesusahan dan fitnah.(*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU