Pesan Berharga Dari Tradisi Lisan Sulawesi Selatan (Resensi Buku, Bagian IV)

Judul Buku:

PAUPAU RI KADONG: Suatu Tradisi Lisan Sulawesi Selatan

Penulis:

Nurdin Yusuf, Sherly Asriany dan Ridwan

Penerbit:

Pustaka Refleksi

Jumlah Halaman:

x + 358 halaman

Tahun Terbit:

- Iklan -

2015

Jenis Buku:

Cerita Rakyat

Diresensi oleh:

Tulus Wulan Juni [Pustakawan Dinas Perpustakaan Kota Makassar]

Buku dapat dibaca di:

Dinas Perpustakaan Kota Makassar [Koleksi Deposit]

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Cerita kesembilan belas tentang Nasib di Tangan Tuhan yang menceritakan seorang kaya raya jatuh miskin dan mencari ajalnya yang tidak kunjung tiba. Setelah berteman dengan Malaikat Maut, ia kembali kaya namun lupa akan kematiannya.

Cerita kedua puluh mengisahkan asal mula Peppoq dan Parakang. Cerita ini hampir sama dengan kisah di Buku Rupama (Dongeng) dengan kisah I Sapennenre Na I Oro. Hanya saja di Buku Rupama orang tua I Oro tidak disebutkan menjadi Peppoq dan Parakang dan di Buku ini disebutkan.

Cerita kedua puluh satu mengisahkan tentang Wasiat Orang Tua kepada ketiga anaknya sebelum meninggal. Anehnya mereka diberi wasiat harus membagi harta warisan menjadi empat bagian yang satunya diberikan untuk setan.

Perburuan mencari setanpun dilakukan oleh ketiga anaknya dan ternyata setan itu adalah orang yang pertama-tama keluar dari masjid. Cerita kedua puluh dua tentang Suratan Takdir yang mengisahkan empat saudara dengan kemampuan ilmu masing-masing untuk bersama-sama menyelamatkan putri raja dari cengkeraman Burung Kuajang. Karena sudah menjadi Suratan Takdir pada putri raja maka putri raja memilih pemuda kedua untuk menjadi suaminya.

Cerita Terakhir atau yang keduapuluh tiga mengisahkan tentang Harta Warisan yang dimiliki seorang pemuda dari orang tuanya. Harta tersebut ternyata bisa sebagai maskawin walaupun jumlahnya kurang satu untuk melamar putri raja sesuai permintaannya. Namun usaha anak muda tidak berjalan lancar tetapi untunglah putri raja sangat bijaksana dan membantunya.

Seluruh cerita diatas semuanya menarik dan bisa menjadi bahan bercerita kepada siapapun termasuk kepada anak-anak. Karena seluruh cerita tidak dilengkapi dengan gambar ilustrasi maka pembaca dan pendengar dapat berimajinasi sendiri-sendiri untuk menggambarkan tokohnya masing-masing.(*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU