Platform Sekolah Lapang Kearifan Lokal Kemendikbud, Ajak Pemuda Lestarikan Budaya

Festival Skouw atau Festival Tokok Sagu

Rangkaian Festival Skouw dimulai dengan lomba permainan tradisional di Skouw Mabo, seperti kaki kuda dan kuci yang dimainkan di pinggir pantai, pada 21 Juni 2023. Festival Skouw juga dimeriahkan dengan jelajah kuliner tradisional, melibatkan Papua Chef Jungle, Charles Toto, serta Chef Hassan dari Qatar. Mereka menampilkan ekshibisi memasak menggunakan pengetahuan tradisional “bakar batu”. Dengan aneka olahan berbahan dasar sagu dan aneka menu tradisional tersedia untuk dinikmati bersama.

Selanjutnya di Skouw Yambe diadakan Pembukaan Festival yang dihadiri oleh Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi; Wali Kota Jayapura, Frans Pekey; serta wali kota-wali kota dari Indonesia Timur yang tergabung dalam Asosiasi Wali Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) Wilayah Indonesia Timur.

Dalam festival ini Wali Kota Jayapura, Frans Pekey, mengatakan bahwa Festival Tokok Sagu di Skouw merupakan kegiatan yang sangat bagus dan akan dijadikan agenda tahunan sehingga bisa dikembangkan lagi. “Karena sagu saat ini kondisinya sudah terancam punah, harus ada pelestarian dari pemerintah dan masyarakat,” katanya.

Baca Juga:  FTBI Tanah Papua 2024, Ciptakan Generasi Muda Penjaga Bahasa Ibu

Berbagai kesenian ditampilkan dalam festival ini seperti Atraksi Tokok Sagu. Pengunjung bisa mengetahui proses kearifan lokal mengolah sagu mulai dari menokok sagu, meramas sagu, hingga menjadi olahan sagu. Di sekitar panggung hiburan juga disediakan stand pameran produk unggulan lokal berbahan sagu dan hasil olahan masyarakat Skouw lainnya.

Pada hari kedua Festival Skouw (22-6-2021), diadakan sarasehan “Jalan Kebudayaan Papua dan Jalan Pangan Masyarakat Adat”. Sarasehan ini mempertemukan masyarakat Skouw dengan para pemangku kepentingan serta mengangkat isu-isu dan permasalahan yang terjadi di Papua, khususnya wilayah Skouw. Sarasehan menghadirkan narasumber-narasumber yang kompeten, yaitu Ketua Komisi II DPR Papua, Jhon Gobay; Perwakilan Lembaga Musyawarah Adat (LMA), Port Numbay Eddy Ohoiwutun; Ketua Gugus Tugas Masyarakat Adat (GTMA) dan Mantan Bupati Jayapura, Mathius Awaitouw; Antropolog dan Kurator Universitas Cenderawasih, Enrico Yory Kondologit; dan Perwakilan Dekan Fakultas MIPA Universitas Cendrawasih, Daniel Lantang; serta Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi.

Baca Juga:  Eks Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun Diperiksa Polisi

Dari sarasehan ini dibahas poin-poin penting untuk pemajuan kebudayaan di Skouw ke depan, antara lain pentingnya hutan sagu dan pelestariannya ke depan, pentingnya membangun kembali kebudayaan dari kampung, memasukkan kurikulum kebudayaan ke dalam muatan lokal pendidikan formal, serta mendorong pemerintah untuk mengeluarkan peraturan mengenai kurikulum kebudayaan tersebut.

Skouw adalah satu dari kota perbatasan Indonesia dan Papua Nugini yang berada di Distrik Muaratami, 60 kilometer dari Kota Jayapura. Skouw begitu istimewa memiliki garis pantai yang indah dan kekayaan hutan yang melimpah. Pergeseran alih fungsi lahan hutan menjadi pemukiman mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat, termasuk kebudayaan yang ada di sana.(*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU