Perpustakaan tak lagi hanya untuk aktivitas membaca dan meminjam buku. Tapi juga untuk pengembangan kreativitas, minat bakat anak-anak, kelas menulis ibu-ibu, diskusi, tempat lomba, bahkan untuk kegiatan arisan.
Selama masa pandemi Covid-19, fungsi perpustakaan jadi tempat pelaksanaan webinar dan kegiatan daring lainnya.
Maklum, ada kebijakan pembatasan sosial. Sehingga, seminar yang biasa dilakukan secara tatap muka, berubah dengan mengandalkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Gambaran aktivitas perpustakaan seperti itu, sekarang disebut perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Potret perpustakaan berbasis inklusi sosial bisa dilihat di Perpustakaan Gerbang Ilmu SD Negeri Borong, Kecamatan Manggala, Kota Makassar.
Perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan perpustakaan yang memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan melihat keragaman budaya, dan kemauan untuk menerima perubahan.
Juga untuk menawarkan kesempatan berusaha, serta melindungi dan memperjuangkan budaya dan hak asasi manusia.
Sebagai aktivis hak anak dan penggiat literasi, Rusdin Tompo memanfaatkan betul apa yang disebut perpustakaan berbasis inklusi sosial itu.
Sejak perpustakaan berdiri, Desember 2018, bahkan sebelum punya Nomor Pokok Perpustakaan (NPP) dan diberi nama Perpustakaan Gerbang Ilmu, dia sudah mengajak anak-anak menggambar, menulis dan membaca puisi, bernyanyi dan kegiatan pengembangan minat bakat lainnya.
Rusdin Tompo menggunakan pendekatan hak anak, yakni hak partisipasi, pemanfaatan waktu luang untuk kegiatan seni budaya.
Apalagi, Kepala UPT SPF SD Negeri Borong, Dra Hj Hendriati Sabir, M.Pd, dan Komite Sekolah Kompleks SD Borong dan pemangku kepentingan lain, telah berkomitmen mewujudkan sekolah ini sebagai Sekolah Ramah Anak (SRA).
Kegiatan perpustakaan berbasis inklusi sosial itu tampak pada hari Kamis, 13 Januari 2022. Beberapa ibu yang tergabung dalam Bunda Pustaka ikut kelas menulis yang juga didampingi Rusdin Tompo.
Inisiatif kelas menulis ini dibuat oleh Bunda Yusuf. Dia suka membaca novel dan merasa punya kisah menarik untuk ditulis. Kelas ini hanya bersifat sharing pengalaman dan memberi motivasi menulis.
Materinya sederhana, seperti review tulisan, pengembangan ide, memulai tulisan, serta bagaimana bertanya dan menjawab.
Pada Kamis, 7 Januari 2022, pekan lalu, ada kegiatan arisan. Kegiatan awal tahun Bunda Pustaka ini tidak diikuti semua anggota.
Hadir hari itu, Bunda Asyraf, Bunda Syafira, Bunda Taufik, Bunda Aisyah, Bunda Nabila, Bunda Amanda, Bunda Huga, dan Oma Dava. Ketua Bunda Pustaka adalah Bunda Huga.
Sebelum arisan dimulai, Bunda Asyraf memperlihatkan karya daur ulangnya. Rupanya, selama liburan dia terus berkreasi.
Dia mengisi hari-harinya dengan membuat beragam karya, seperti bingkai foto dari kardus, rumah dari pipet dan stik es krim, juga bunga mawar dari tisu serta pot dari botol plastik yang dililit dengan benang wol.
Sambil menunggu arisan dimulai, Oma Dava menemani cucunya membaca. Cucunya, Ahmad Dava Rayyan, baru duduk di kelas 1.
Oma Dava, sapaan akrab Hj Andi Darmawati, itu meminta cucunya membaca buku berjudul Seri Mengenal Hewan tentang Lumba-lumba.
Dia menjelaskan perbedaan lumba-lumba dengan ikan paus. Dia juga mengambilkan buku tentang kisah Nabi Muhammad saw.
Oma Dava berpesan ke cucunya, kalau ke sekolah, singgah di perpustakaan bila belum ada kegiatan.
“Daripada anak hanya memegang gawai, lebih baik membaca di perpustakaan,” katanya.
Di pojok berbeda, sejumlah anak asyik menggambar. Kegiatan ini tak hanya diikuti murid-murid SD Negeri Borong.
Bahkan anak yang belum sekolah juga dibolehkan ikut. Kebetulan, anak-anak itu kerap diajak orang tuanya mengikuti kegiatan Bunda Pustaka.
Karena masih awal tahun, Rusdin Tompo meminta mereka menggambar tentang tema tahun baru.
Andi Muhammad Huga membuat gambar dengan pensil dan menulis: tahun baru hal yang indah, dan tidak ada yang tidak berkesan.
Sedangkan Syifa Putri NH membuat gambar balon dan terompet dengan tulisan, Happy New Year 2022.