Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Soebianto sudah memantapkan diri untuk maju lagi sebagai kandidat RI1. Kali ini, Menteri Pertahanan (Menhan) RI itu sudah mendeklarasikan diri berpasangan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Muhaimin Iskandar.
Apakah duet ini tetap utuh hingga di Pilpres 2024? Pasalnya, ada pihak yang menggoyang pasangan ini, agar pecah dan Jokowi masuk jadi Cawapresnya?
Itulah salah satu tantangan berat Mantan Danjen Kopassus itu. Apalagi setelah Pilpres 2019 yang disinyalir publik terjadi kecurangan pada institusi KPU yang memenangkan Pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Ditambah lagi dengan bergabungnya Prabowo di kabinet Jokowi-Ma’ruf sebagai Menteri Pertahanan RI.
Fakta-fakta itulah yang membuat banyak pendukung Prabowo di Pilpres 2019, kecewa dan enggan mendukungnya lagi. Sebut saja Ketua Stering Committee (SC) Reuni Akbar 212, Yusuf Martak yang sudah melontarkan sikap Persatuan Alumni (PA) 212, tidak berpihak lagi ke Prabowo Soebianto.
Apa alasan PA 212 tidak lagi mendukung Ketua Umum Partai Gerindra itu pada Pemilu 2024 mendatang? Dari hasil wawancara Refly Harun dengan Yusuf Martak yang diposting pada 26 April 2022, Yusuf Martak membeberkan panjang lebar alasannya.
Menurut Yusuf Martak, ada kekecewaan PA 212 terhadap Prabowo yang memilih gabung dengan Pemerintah. Padahal semasa Pemilu 2019, Prabowo didukung penuh tanpa biaya. ”Umat Islam tidak boleh masuk ke lubang yang sama dua kali,” katanya.
Prabowo juga membikin bunder. Dia menyatakan, ilmu Jokowi di atasnya. Pernyataan tersebut dilontarkan saat mewakili Presiden Jokowi membuka Muktamar VI Persatuan Islam (Persis) di Soreang, Kabupaten Bandung, Sabtu (24/9).
Pernyataan Prabowo tersebut dikomentari banyak netizen. ”Saatnya pilih pemimpin yang lebih dari kita. Bukan di bawah kita,” ucap pengamat politik Hendri Satrio di akun Twitternya, (26/9). Said Didu menambahkan melalui @msaid-didu, ”Kalau lebih bodoh dari dia (Jokowi, red), terus apa yang bisa diharap?”
@mulyamri2 juga memberi komentar, ”Kalau udah ngaku ilmunya lebih rendah, buat apa nyapres, Yang ilmunya saja tinggi, kondisi negara kayak gini.” (ana)