Prodi IQT UIN Alauddin Gelar Seminar Nasional Tafsir Al-Quran Millenial

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Prodi Ilmu AL-Quran dan Tafsir (IQT) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar bekerjasama dengan AKURAT.co. malaksanakan Seminar Nasionar pada tanggal 7 September 2020, dengan tema “Tafsir Millenial: Respon al-Quran terhadap Gaya Hidup Generasi Milenial”.

Dalam kegiatan tersebut bertindak sebagai moderator Dr. Abdul Muid H., MA. (Kaprodi Program Magister Ilmu Al-Quran dan Tafsir Institut PTIQ Jakarta).

Sebagai Keynote Speaker Dr. Muhsin Mahfudz, S.Ag., M.Th.I (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin).

Pembicara terdiri dari tiga orang: Dr. H. Mukhlis Hanafi, MA (Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran Kemenag RI), Dr. H. Mujetaba Mustafa, M.Ag. (Dosen Tafsir Prodi IQT UIN Alauddin), Oki Setiana Dewi (Mahasiswi Doktoral Institut PTIQ Jakarta/Selebriti).

Tema kegiatan ini dipilih sebagai respon terhadap perkembangan kaum milenial di Indonesia yang beberapa tahun belakangan ini terlihat mengalami peningkatan dalam hal merespon agama di kehidupan sehari-hari.

“Tentu sebagai sebuah proses berpengetahuan, kaum milineal harus terus mendapatkan bimbingan dan arahan agar tidak salah dalam menempatkan ajaran agama,” ungkap Dr Aan Parhani, Lc., MA., Selaku ketua Prodi IQT UIN Alauddin dan salah satu inisiator terselenggaranya acara seminar kali ini.

Baca Juga:  Asnawin Aminuddin Terpilih Ketua IKA Pascasarjana Unpacti Makassar

Di sisi lain, kata Aan, Al-Quran sebagai sumber utama dalam pengetahuan agama juga harus tersampaikan dengan baik sebagai sebuah ilmu dan maslahat.

Dalam kesempatan ini keynote speaker Dr. Muhsin Mahfudz menjelaskan bahwa al-Quran pasti akan terus merespon tingkah laku manusia di sepanjang zaman, kapan dan di mana saja, sampai hari kiamat nanti.

“Sebab al-Quran itu sohih likulli zaman wa makan,” ucap Muhsin.

- Iklan -

Ia juga menjelaskan, termasuk juga di era kaum milenial ini secara subtantif sudah direspon sejak awal di dalam kitab suci Al-Quran, misalnya bagaimana cara berpakaian, makan dan minum, termasuk cara memanfaatkan teknologi untuk mendapatkan kemudahan, semua sudah diberi tuntunan.

“Salah satunya, jangan berlebih-lebihan,” terangnya.

Statmen pembuka tersebut kemudian direspon secara apik oleh para pembicara selanjutnya. Dr. Mukhlis Hanafi, MA menjelaskan, Al-Quran seharusnya terus diajak berbicara, tentu dengan ilmu.

Menurutnya, kaum milenial ini adalah usia produktif, dalam al-Quran itu antara 30-40 tahun,  jika dilihat dari beberapa kisah nabi, kisah ketangguhan dan masa muda selalu dikaitkan.

Baca Juga:  Jurusan Farmasi dan Masa Depannya di Dunia Kerja

“Contohnya kisah nabi Ibrahim menghancurka berhala terbesar kaumnya,” jelasnya.

Sementara itu, Dr. Mujetaba Mustafa, M.Ag memberi penjelasan makna-makna ayat al-Quran yang berhubungan langsung dengan motivasi hidup bagi kaum millenial.

Ada beberapa pesan kunci yang ia jelaskan yaitu kemampuan adaptasi, melek teknologi, mendorong poin kebaikan untuk menghapus kefasikan di dalam diri dan tidak mudah bersenang-senang pada hal yag tidak subtantif.

Hal ini sejalan dengan yang disampaiakn oleh pembicara ketiga yang biasa disapa ustadzah Oki, yang menjelaskan pengalaman nyata dirinya bersama teman-teman seangkatan dalam mencari pengetahuan agama yang mungkin sampai saat ini masih bisa dikategorikan kaum millenial.

Semakin menarik pembahasan dalam seminar ini karena ketiga pembicara berhasil membawakan suasana seminar ini ke dalam suasana “ngaji” millenial.

Di dalamnya terkandung penjelasan akademik, pencerahan, ceramah, nasihat dan motivasi.

Tidak lupa semua pembicaraan disampaikan dengan penuh senyum sehingga memperdekat dan mempererat suasana silaturahmi di antara 340 peserta seminar dari berbagai kampus dan provinsi Indonesia.(*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU