Profesor Budi Wiweko Raih Penghargaan Internasional RANZCOG

Di tengah polemik wacana naturalisasi dokter asing di Indonesia, minggu lalu (25/7) Profesor Budi Wiweko berhasil menerima penghargaan bergengsi RANZCOG Honorary Fellowship dari Royal Australian and New Zealand College of Obstetricians and Gynaecologists. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu berhasil menjadi dokter Indonesia pertama yang berhasil meraih penghargaan RANZCOG.

Royal Australian and New Zealand College of Obstetricians and Gynaecologists (RANZCOG) adalah sebuah kolegium terkemuka di dunia yang terdiri dari dokter ahli obstetri dan ginekologi di tingkat Australia dan Selandia Baru yang berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan perempuan melalui pendidikan, pelatihan, dan penelitian di bidang obstetri dan ginekologi.

Honorary Fellowship adalah gelar kehormatan tertinggi yang diberikan oleh RANZCOG kepada individu yang telah memberikan kontribusi luar biasa dalam bidang obstetri dan ginekologi. Kandidat untuk Honorary Fellowship dinominasikan oleh anggota RANZCOG atau organisasi profesional terkait.

Seleksi dilakukan melalui proses yang ketat oleh komite khusus RANZCOG/Dewan RANZCOG, komite melakukan penilaian yang sangat ketat dan selektif terhadap setiap nominasi kandidat dari berbagai negara berdasarkan kontribusi signifikan yang telah diberikan oleh masing-masing kandidat dalam bidang kesehatan perempuan.

Keberhasilan Profesor Budi Wiweko menerima Honorary Fellowship dari RANZCOG merupakan pengakuan internasional atas keunggulan dan kepemimpinan dalam bidang obstetri dan ginekologi tentunya bukanlah proses yang singkat dan mudah, karena penghargaan ini diberikan kepada individu yang telah menunjukkan dedikasi dan prestasi luar biasa dalam meningkatkan kesehatan perempuan seumur hidupnya.

Penerima biasanya telah dengan konsisten dan aktif memberikan kontribusi signifikan dalam penelitian, pendidikan, atau pelayanan publik di bidang obstetri dan ginekologi. Pengharggan itu tidak hanya merupakan pencapaian pribadi yang signifikan, tetapi juga mencerminkan dampak positif yang telah diberikan penerima terhadap komunitas medis dan masyarakat secara luas.

Perjalanan panjang dan dedikasi Prof Iko, begitu panggilan akrabnya, melalui upaya dan program-program nyata dalam meningkatkan kolaborasi antara RANZCOG dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) yang tentunya menjadi salah satu penilaian komite yang menghasilkan keputusan bahwa seorang Profesor Budi Wiweko dinyatakan layak menerima tanggung jawab besar ini.

Tentu bukan sesuatu yang mudah ditengah fakta dan data bahwa Indonesia masih memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih sangat tinggi dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara dan Indonesia yang belum mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) untuk menurunkan AKI dan AKB (Angka Kematian Bayi).

Baca Juga:  Tenaga Vokasi Farmasi: Siapa dan Apa Perannya Dalam Dunia Farmasi

Melalui penghargaan ini, menyadarkan kita semua bahwa sesungguhnya Indonesia memiliki berlian-berlian intelektual yang potensial, dan diakui secara nyata dimata dunia.

- Iklan -

Penghargaan ini menandakan bahwa penerima telah mencapai standar profesional tertinggi dan diakui oleh komunitas medis di Australia dan Selandia Baru. Melansir dari website resmi RANZCOG, Profesor Budi Wiweko adalah orang Indonesia pertama yang menerima gelar tertinggi ini.

Sebagai penerima gelar tertinggi ini, Prof Iko memiliki tanggungjawab untuk terus berkontribusi pada kemajuan bidang obstetri dan ginekologi dan menjadi duta untuk RANZCOG di komunitas medis global.

Melalui surat resmi yang diterima oleh Profesor Budi Wiweko, Dr Gillian Gibson, Presiden RANZCOG, menyampaikan ucapan selamat yang tulus atas kontribusi luar biasa Profesor Wiweko terhadap kesehatan perempuan, khususnya melalui kepemimpinannya dalam berbagai komite penting di Ikatan Dokter Indonesia serta perannya dalam memajukan pendidikan dan penelitian di bidang obstetri dan ginekologi di Indonesia dan Asia Tenggara.

Implikasi signifikan dengan diterimanya gelar ini, maka penerima Honorary Fellowship telah diakui secara sah dan profesional menjadi bagian dari jaringan profesional RANZCOG, yang dapat membuka peluang untuk kolaborasi dan pertukaran pengetahuan internasional.

Penghargaan ini dapat meningkatkan profil profesional penerima dan memberi mereka platform yang lebih luas untuk mempengaruhi kebijakan dan praktik dalam obstetri dan ginekologi.

Bagi penerima dari luar Australia dan Selandia Baru, penghargaan ini menandakan pengakuan internasional atas kontribusi mereka dan dapat memperkuat hubungan profesional antarnegara.

Profesor Budi Wiweko, yang lahir pada 15 Agustus 1971, dikenal sebagai salah satu profesor termuda dalam bidang Ilmu Kedokteran. Di antara berbagai pencapaiannya, beliau diakui sebagai dokter pertama yang melakukan simpan beku Folikel Antral di Asia dan aktif dalam pengembangan teknologi kedokteran reproduksi.

Sepanjang karirnya, Profesor Budi telah meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Young Gynecologist Award dari Asia & Oceania pada tahun 2007, Dosen Berprestasi Nasional pada tahun 2015, menjabat sebagai Presiden Asia Pacific Initiative on Reproduction (ASPIRE), menjabat sebagai Presiden Asia Pacific Initiative on Reproduction (ASPIRE) dan merupakan pendiri Asian Society for Fertility Preservation (ASFP).

Prof Budi Wiweko juga merupakan Ketua Komite dari Komite Kedokteran Reproduktif, Endokrinologi, dan Infertilitas dari Federasi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Se-Asia dan Oceania.

Dalam bidang penelitian, Profesor Wiweko telah menghasilkan lebih dari 140 publikasi di Scopus dan 62 publikasi di PubMed. Beliau memiliki H-index 15 dan telah memenangkan berbagai penghargaan penelitian, termasuk Peneliti Terbaik FKUI selama beberapa tahun berturut-turut dan Best Paper Award di Asia Pacific Initiative on Reproduction.

Baca Juga:  Bagaimana Peran GMP dalam Industri Farmasi?

Inovasi beliau meliputi pengembangan teknologi reproduksi seperti SMART IVF dan Indonesia Kalkulator Oosit (IKO). Prof Budi Wiweko telah membuat berbagai inovasi penting di bidang genomik dan kedokteran presisi. Salah satu inovasi utamanya adalah pengembangan Nomogram Anti Mullerian Hormone (AMH) yang digunakan sebagai peramal usia biologis perempuan.

Sebagai salah satu founder dan Wakil Direktur IMERI, Prof Budi Wiweko memiliki peranan strategis untuk mengarahkan berbagai program penelitian dan pendidikan untuk memperkuat kapasitas penelitian medis di Indonesia, memungkinkan kolaborasi yang lebih luas dengan institusi internasional, dan meningkatkan reputasi FKUI sebagai pusat unggulan dalam pendidikan dan penelitian kedokteran.

Medical Technology Research Center, Writing Center, Research Management Office, dan Indonesia Reproductive Medicine Research and Training Center (INA REPROMED), Research Biobank dan Bioinformatics Core Facilities yang mendukung penelitian genomik dan kedokteran presisi adalah bentuk nyata inovasi dan dedikasi beliau selama ini.

Dengan diterimanya penghargaan ini, diharapkan akan semakin banyak tenaga medis Indonesia yang termotivasi untuk terus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas kesehatan perempuan dan menjalin kolaborasi dengan komunitas medis internasional.

“Penghargaan ini merupakan kehormatan besar bagi saya dan seluruh tim yang telah berkolaborasi dalam penelitian dan inovasi di bidang kedokteran reproduksi,” ujar Prof Budi.

“Ini akan menjadi motivasi bagi kami untuk terus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi di Indonesia dan Asia.”

Gelar kehormatan ini diharapkan dapat semakin mendorong kemajuan dalam bidang kedokteran reproduksi dan menginspirasi generasi mendatang untuk terus berinovasi dalam pelayanan kesehatan.

Prof Iko menerima penghargaan bergengsi dunia itu saat di Indonesia saat ini dunia kedokteran sedang menghadapi berbagai tantangan dan polemik yang cukup kompleks. Salah satu isu yang cukup ramai menimbulkan pro dan kontra adalah adanya keraguan terhadap kualitas dokter lulusan dalam negeri, sehingga muncul ide “naturalisasi dokter asing di Indonesia”.

Kehadiran dokter asing diharapkan dapat melatih dan meningkatkan keterampilan dokter lokal, mirip dengan konsep pelatih asing meningkatkan performa tim sepak bola nasional. Nah! Prof Iko yang meraih penghargaan RANZCOG telah menjawab kongkrit mengenai kemampuan dokter Indonesia. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU